Mohon tunggu...
Desi Afifah
Desi Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Deforestasi: Nestapa bagi Masyarakat Adat

8 Juni 2021   14:55 Diperbarui: 8 Juni 2021   15:09 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Representasi Masyarakat Adat Papua Bergandeng Tangan Melindungi Hutan Adat Sumber: http://media.greenpeace.org/

Namun, sejak maraknya deforestasi, kehidupan masyarakat adat terganggu. Berdasarkan hasil penelusuran Human Rights Watch tahun 2019 tercatat bahwa, pengoperasian perkebunan kelapa sawit oleh PT. Ledo Lestari di Kalimantan Barat berdampak buruk bagi masyarakat adat suku Iban. 

Pihak PT merelokasi rumah masyarakat yang berjarak beberapa kilometer dari perkebunan kelapa sawit kemudian membakar rumah tradisional di lokasi tersebut. Akibat relokasi tersebut, masyarakat suku Iban saat ini terkepung dalam perkebunan kelapa sawit dan kehilangan hutan leluhur yang menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar.

Adapun kerugian lain dari adanya deforestasi bagi masyarakat adat, diantaranya:

  • Hilangnya Kebudayaan dan Identitas Masyarakat. Pemindahan pemukiman akibat deforestasi dapat mengganggu sistem budaya dan menghilangkan situs - situs sakral yang dimiliki masyarakat adat. Pada akhirnya, tradisi yang telah diwariskan secara turun - temurun akan lenyap dan masyarakat adat akan kehilangan identitas aslinya.
  • Hilangnya Mata Pencaharian. Sebagai kelompok yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai mata pencaharian utama, deforestasi sangat berdampak negatif bagi kelangsungan hidup masyarakat adat. Beberapa wilayah transmigrasi yang dijadikan sebagai pemukiman baru nyatanya tidak memiliki sumber daya yang memadai. Banyak kasus dimana masyarakat kesulitan bertani dan bercocok tanam, akibat lahan baru yang tidak subur. Hal ini tentu berakibat pada ketahanan pangan yang menurun.
  • Meningkatnya Risiko Terjadi Konflik. Konflik sosial bisa saja terjadi akibat adanya tekanan pada masyarakat adat. Perebutan lahan dan sengketa tanah antara masyarakat adat dan pihak investor menjadi hal yang tidak terelakkan. Penggusuran paksa yang sering terjadi juga rentan menimbulkan tindakan anarkisme di wilayah - wilayah adat. Tentunya, hal semacam ini akan melahirkan konflik - konflik baru yang tidak dapat dihindari kedepannya.
  • Kerusakan Lingkungan. Umumnya proyek perkebunan atau pertambangan sangat rentan menimbulkan kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya hutan yang menjadi penghasil oksigen dan menampung air di wilayah tersebut. Akibatnya, saat musim kemarau atau hujan akan rentan terjadi kekeringan dan banjir. Bencana ini tentu tidak hanya berdampak bagi pihak industri, namun juga kepada masyarakat sekitar.

Dari banyaknya kerugian yang dirasakan masyarakat adat akibat adanya deforestasi dan pembebasan lahan yang berlebihan, hendaknya pemerintah dan pihak - pihak terkait perlu mengkaji pembangunan - pembangunan yang ada di masa depan. 

Sebagai pihak industri, investor juga memiliki peran penting terhadap keberlangsungan hidup masyarakat adat yang telah mendiami wilayahnya sekian puluh tahun. Alih - alih melakukan penggusuran, alangkah baiknya jika suatu pembangunan dapat mengikutsertakan masyarakat adat dalam setiap proyeknya. Hal ini bertujuan agar sumber daya alam tetap terjaga kelestariannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun