Mohon tunggu...
Desi Fatmawati
Desi Fatmawati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Jarene bapak " gak oleh sombong"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Merengek Minta Gawai, Konsistensi Orangtua Masih Dibutuhkan?

10 November 2019   23:08 Diperbarui: 10 November 2019   23:12 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punya kesepakatan dirumah tentang gawai dan penggunaan mesia sosia? Tapi susah sekali untuk berkonsisten! Ayo siapa??

Era digital 4.0 atau revolusi 4.0 memberikan peluang dan tantangan yang berbeda dengan masa sebelumnya. Era ini ditandai dengan penggunaan teknologi internet dalam semua dimensi kehidupan, termasuk dunia pendidikan.

Dalam artian KBBI istilah inkonsistensi berupa ketidakserasian atau tidak sungguh-sungguh. Masalah inkonsistensi dialami oleh semua keluarga. Nah, untungnya kalau kita belajar bersama dikeluarga kita, jawaban apapun yang perlu orang tua ingat adalah selalu memakai prinsip cinta. 

Yang pertama adalah mencari cara: Jadi, kalau sudah punya aturan bersama kesepakatan di rumah tetapi belum berhasil tetap perlu cari arah yang lain. Bisa juga tertulis di tempat menyimpan handphone ketika di malam hari dengan kita terus cari cara.

Karena tujuanya jangka panjang kita memang seringkali tidak mudah tercapai tetapi jangan sampai kemudian kesepakatannya dibuang tetap mencari cara untuk tetap konsisten . 

Yang kedua ingat impian yang tinggi, kadang-kadang rasanya kesepakatannya tidak membiarkan anak bebas tanpa aturan di rumah,  percayalah anak, anak  pasti akan bisa terus bisa punya batasan untuk dirinya sendiri akan tetapi seringkali waktunya agak lebih lama daripada apa yang ada di bayangan orang tua.  

Dari mulai dengan kesepakatan, kesepakatan yang satu atau dua saja yang lebih sederhana adalah membiarkan anak dapat latihan dan sesuai tahapan sampai pada akhirnya bisa mengikuti semua kesepakatan bersama.  

Yang ketiga  paling susah adalah menerima tanpa drama, seringkali di temui anaknya nangis atau berteriak-teriak dan meminta kita untuk mengalah. Sering kali inkonsistensi muncul pada saat ada di rumah mertua  atau ditempat-tempat tertentu  pada saat kita sedang terburu-buru. 

karena apa ? Itu merupakan suatu kesempatan buat anak ketika merengek dan menangus  meminta gawai, dan mertua tidak tahan melihatnya lalu merasa kasihan dan akhirnya memberikan sebuah gawai biar anak bisa tenang .

Hati-hati ya, ingat!  untuk selalu mengendalikan emosi dan menerima bahwa kesalahan emosi anak yang meledak-ledak adalah bagian dari proses belajar yang tidak pernah takut salah. 

Kalau menjadi orang tua apalagi menghadapi tantangan yang berkaitan dengan dunia digital dan sosial media kita seringkali memang perlu terus mencoba, kadang-kadang ada masa di mana rasanya anak memasukinya.  

Kita jangan khawatir Itu merupakan bagian dari peran kita, Peran kita untuk menerapkan disiplin yang selalu dengan cara positif di rumah masing-masing .  Ada proses trial dan error nya biasa tapi pasti ada jalan keluarnya. 

Yang terakhir penting sekali asyik main bersama,  Kenapa?  Karena didalam keluarga kita,  kita percaya bahwa yang paling penting adalah jadwal yang seimbang penggunaan gawai yang bukan dilarang sama sekali tetapi dilengkapi dengan interaksi yang Morris di dalam keluarga dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan permainan bersama dan  mencari cara.

Ingat impian tinggi, terima tanpa drama, tidak takut salah dan asyik bermain bersama , dan ikut belajar terus di keluarga kita karena tidak ada orang tua yang sempurna. Jadi marilah kita belajar bersama untuk menjadikan acuhan ubtuk nanti ke depanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun