Mohon tunggu...
Desi Aulia Ulpa
Desi Aulia Ulpa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

stay foolish, stay hungry

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengelolaan Energi Terbarukan Sebagai Paradigma Baru dalam Kemandirian Energi Indonesia Di Era Globalisasi

31 Desember 2015   22:22 Diperbarui: 31 Desember 2015   23:13 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sudah saatnya Indonesia memiliki paradigma baru, dan meninggalkan paradigma lama. Mengapa diperlukan paradigma baru di suatu bangsa? Apakah paradigma lama tidak menjadikan resolusi yang diharapkan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita ketahui apa itu paradigma baru. Di era globalisasi saat ini, dikenal sebuah paradigma baru yaitu paradigma Tekno Ekonomi (Techno-Economy Paradigm), yang menyakini bahwa teknologi merupakan kontributor signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa.

Oleh sebab itu, paradigma ini membawa implikasi yaitu terjadinya pergeseran perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya ekonomi (Resource Based Economy) menuju perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE), dan teknologi juga merupakan kunci utama demi tercapainya KBE.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa sesuai yang terlampir dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 secara tegas menyatakan bahwa isu strategi pembangunan IPTEK 2015-2019 adalah peningkatan kapasitas iptek berupa: (1) kemampuan memberikan sumbangan nyata bagi daya saing sektor produksi, (2) keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam, dan (3) penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global yang maju dan modern.

Lebih lanjut disebutkan pula bahwa penyelenggaraan riset difokuskan pada bidang-bidang yang diamanatkan RPJPN 2005-2025 yaitu: (1) pangan dan pertanian; (2) energi, energi baru dan terbarukan; (3) kesehatan dan obat; (4) transportasi; (5) telekomunikasi, informasi, dan komunikasi (TIK); (6) teknologi pertahanan dan keamanan; dan (7) material maju.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, yang diwujudkan dalam visi pembangunan diatas atau yang dikenal dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dimana RPJPN yang bernotabenekan membangun energi, energi baru dan terbarukan tersebut harus diakselerasi dengan memperhatikan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan energi yang berkelanjutan tersebut, BUMN seperti Pertamina memiliki peran penting sebagai perusahaan penyedia energi dan pilar pendukung perekonomian nasional.

Pilar yang difokuskan oleh Pertamina dalam mengimplementasikan perekonomian nasional terdiri dari 5 Prioritas Strategis. Pertama, yakni pengembangan sektro hulu dimana Pertamina melakukan pengembangan, ekspansi, maupun akuisisi blok-blok migas baik di dalam maupun di luar negeri. Ekspansi Pertamina di luar negeri antara lain di Malaysia, Irak, dan Aljazair. Sedangkan di dalam negeri Pertamina mengambil alih blok NSO & NSB di 2015 dan blok Mahakam mulai 2018.

Perusahaan pelat merah itu pun menjalankan enam proyek prioritas hulu, seperti proyek pengembangan Banyu Urip, Donggi Senoro LNG plant, Matindok Gas Development, WMO POD Integrasi 1, Senoro Gas Development, serta proyek Ulubelu unit 3 & 4. Kedua, Pertamina melakukan efisiensi di semua lini, yakni melakukan sentralisasi procurement dan pembenahan tata kelola arus minyak. Ketiga, peningkatan kapasitas kilang dan pertrokimia melalui proyek refinery development masterplan program (RDMP), pembangunan kilang baru (grass root refinery), dan revitalisasi serta integrasi kilang swasta.

Keempat, melakukan pembangunan infrastruktur dan marketing, antara lain peningkatan kapasitas storage dan terminal, pengembangan jaringan SPBU dan pemasaran bertaraf internasional, pengembangan infrastruktur penerimaan dan regasifikasi LNG serta SPBG, pembangunan pipa transmisi gas sepanjang 2.900 km hingga 2018, marketing operation excellence, dan go international. Kelima, perbaikan struktur keuangan.

Berdasarkan data Pertamina, bahwa Pertamina memiliki proyek prioritas hingga September 2016, dengan total ada 11 proyek yang sedang dan telah dijalankan. Proyek tersebut yakni:

  1. Senoro Toili dengan progres fisik 100 persen dan target onstream Juli 2015
  2. PLTP Kamojang 5 dengan progres fisik 100 persen dan target onstream kuartal II-2015
  3. DS LNG dengan progres fisik 100 persen dan target onstream Agustus 2015
  4. Banyu Urip dengan progres fisik 100 persen dan target onstream kuartal IV-2015
  5. RFCC dengan progres fisik 100 persen dan target onstream kuartal IV-2015
  6. Pengembangan Gas Matindok dengan progres fisik 79,92 persen dan target onstream Desember 2015
  7. Muara Tawar-Tegal Gede dengan progres fisik 53,54 persen dan target onstream Januari 2016
  8. TBBM Pulau Sambu dengan progres fisik 70,99 persen dan target onstream Februari 2016
  9. Semarang-Gresik dengan progres fisik 61,36 persen dan target onstream Juli 2016
  10. Ulubelu 3 & 4 dengan progres fisik 56,64 persen dan target onstream Agustus 2016
  11. WMO integrasi dengan progres fisik 32,37 persen dan target onstream September 2016

Begitu banyak prestasi yang telah diraih oleh Pertamina dalam memenuhi kebutuhan energi di seluruh pelosok Indonesia baik itu mengeksplorasi, mengolah dan mendistribusikannya ke masyarakat-masyarakat dalam kurun waktu ke 58 tahun ini. Energi sangat dibutuhkan dan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Dalam era abad ke 21 ini, Pertamina berpegang teguh untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan yang bersih dan berkelanjutan, untuk menghadapi tantangan terkini, masa depan yang lebih baik. Mengamankan energi bangsa Indonesia demi masa depan dengan cara mendapatkan sumber daya energi yang stabil dan berkecukupan dengan harga yang terjangkau.

Dalam mewujudkan hal tersebut, menjadi tantangan tersendiri bagi Pertamina. Mengingat dalam dekade tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7 persen pertahun sementara pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya 2,6 persen pertahun. Konsumsi energi yang tinggi tersebut menimbulkan banyak masalah yang nantinya akan terjadi dan terlihat dampaknya.

Guna untuk mencegah hal tersebut, terjadi berkepanjangan dan menunggu terjadi krisis energi terlebih dahulu baru memulai mengatasi berbagai persoalannya. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mengversifikasi dan mengkonversi energi. Diversifikasi energi adalah penganekaragaman pemakaian energi dengan meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti tenaga surya, biomassa, angin, nuklir, energi air, panas bumi, biogas, BBN, mikrohidro, bioenergi, biodiesel, bioetanol dan biofuel.

Sedangkan, konversi energi yaitu penggunaan energi yang efisien, meliputi penggunaan manfaat energi yang efisien dan menerapkan manajemen energi di semua sektor yaitu sektor industry, transportasi, rumah tangga, dan komersial.

Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi

Tenaga Surya

Indonesia memiliki potensi energi surya yang cukup besar mengingat letak geografisnya yang berada pada daerah tropis. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) mencapai 4,5kWh/m 2/hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.

Penyediaan energi surya di Indonesia, telah diterapkan pengembangannya yaitu pengembangan energi surya forovoltaik dan energi surya termal. Namun, karena kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau terpencil yang sangat sulit terjangkau oleh jaringan listrik yang menggunakan tenaga surya. Serta tingginya biaya modul surya yang masih menjadi komponen utama teknologi energi surya fotovoltaik untuk diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu, pada energi surya ini yang memiliki peran penting sebagai sumber tenaga listrik.

Panas bumi

Indonesia memiliki sumber energi panas bumi terbesar didunia (40% dunia) karena sepanjang jalur gunung api aktif mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, dan Maluku serta merupakan potensi panas bumi terbesar di dunia. Namun, pemanfaatannya yang masih belum optimal. Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkitan tenaga listrik, saat ini masih sangat kecil dibandingkan dengan pontensi sumber daya dan cadangan yang ada, yaitu baru mencapai 1,189 MW atau sebesar 4% dari potensi yang ada (Luluk, 2011)

Berbagai inisiatif untuk mengembangkan energi terbarukan yang ditujukan pada eksplotasi panas bumi dimana Indonesia pada tahun lalu menandatangani perjanjian kerjasamanya dengan pemerintah Selandia Baru, dimana pemerintah Selandia Baru telah aktif dalam mengembangkan energi panas bumi yang telah berkontribusi hingga 70%. Sejumlah investor pun baru-baru ini telah memasuki sektor dalam mengelola energi panas bumi, diantaranya Jepang dan India.

Berdasarkan Kebijakan Energi Nasional telah mentargetkan sebesar 9.500 MW pada tahun 2025 dari pembangkit listrik dari panas bumi.

Biofuel

Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat produksi biofuel, misalnya pada cadangan biomass yang besar dari industry pertanian termasuk gula, karet, dan minyak sawit. Walaupun pada saat ini masih banyak sumber biofuel kita diekspor karena kualitas makanan yang tinggi.

Bioetanol

Bioetanol telah menjadi rencana Indonesia untuk mengurangi impor energi dan meningkatkan standar kualitas udara. Bioetanol ini berasal dari lignoselulosa, lignoselulosa adalah salah satu sumber energi biomassa yang potensial yang berasal dari limbah pertanian atau limbah industri. Hal tersebut dapat terlihat dan belajar dari pemerintah Brazil, yang mana pemerintah Brazil dalam mengembangkan bioethanol yang mulai berinvestasi besar-besaran untuk memproduksi. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya kandungan oksigen yang tinggi sehingga jika dibakar sangat bersih, serta ramah lingkungan karena emisi gas karbon monoksidanya lebih rendah antara 19-25% dibanding BBM. Oleh sebab itu, tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di atmosfer.

 

 

Energi air

Energi air termasuk salah satu energi terbarukan sebesar 10.000 MW, dengan memanfaatkan energi air ini sebagai bahan bakar pembangkit listrik dimana merupakan salah satu upaya untuk mengurangi emisi CO2 atau 0%. Keuntungan lainnya pun dapat mengurangi terhadap minyak bumi dan menciptakan multiplier effect. Jadi, guna mendorong pengembangan energi air tersebut, walaupun sudah diupayakan oleh pemerintah. Namun, perlu dikaji ulang mengenai penerapan feed in tariff tenaga air dan kebijakan insentif untuk pemanfaatan energi baru terbarukan dan teknologi energi yang efisien.

Energi Nuklir

Berdasarkan data Dirjen EBTKE bahwa pemanfaatan energi nuklir didasarkan atas prinsip yang selaras, siap, dan selamat. Teknologi nuklir sebagai salah satu opsi sumber energi masa depan, serta mengenai pemanfaatannya di Indonesia masih terbatas karena perlu beberapa pertimbangan dari PLTU. Keuntungan dari pemanfaatannya sebagai sumber energi ramah lingkungan, dan dapat mengatasi krisis listrik dalam dekade waktu yang relatif cepat.

Bioenergi

Pengembangan bioenergi merupakan salah satu pengembangan energi baru dan energi terbarukan di Indonesia. Melalui pemanfaatan teknologi bioenergi, Indonesia hanya dapat meningkatkan ketahanan energinya, namun juga harus memberikan kontribusi kepada masyarakat dunia terhadap penyediaan energi bersih. Indonesia memiliki tidak kurang dari 50 jenis tanaman yang potensial untuk menghasilkan bahan baku BBN (Bahan Bakar Nabati). Walaupun, program bioenergi ini, khususnya BBN telah dicanangkan oleh Pemerintah melalui Inpres No. 1 tahun 2006. Namun, meskipun kebijakan telah diterapkan masih belum optimal untuk mendorong percepatan penyediaan dan pemanfaatan BBN.

Energi Angin

Berdasarkan proyek pengalaman yang dilakukan oleh Pemerintah Denmark pada tahun 1991 yang memanfaatkan energi terbarukan pada perkembangan energi angin dan energi matahari. Langkah-langkah yang dirilis oleh Pemerintah Denmark sebagai langkah penting dalam menuju masa depan yang ramah lingkungan, serta memiliki banyak pasokan energi berkelanjutan yang saat ini telah diterapkan oleh Danish political thingking and priorities dan diterima oleh penduduk dan industri di Denmark. Jadi, dengan memanfaatkan tenaga angin lepas pantai sebagai era pasar baru yang masih menjadi dekade pada saat ini.

Biodiesel

Biodisel merupakan sebuah kuning jelas-cairan kuning dengan kekentalan yang mirip dengan bahan bakar diesel. Sumber untuk produksi biodiesel biasanya dipilih sesuai dengan ketersediaan di setiap negara atau wilayah. Minyak kelapa sawit sebagai sumber utama biodiesel di Indonesia karena berada di lingkungan pesisir surplus. Minyak sawit diproses dengan 95% petroleum diperoleh diesel merupakan bagian dari inisiatif biofuel di Indonesia di bawah program B5. Biodisel energi-energi terbarukan berasal dari reaksi minyak sayur atau nutrien serta alkohol dan potensi besar untuk melayani sebagai alternatif untuk petro-solar dalam cetusan kompresi (CI) engine. Secara komersial, dinamai sebagai serangkaian ini B10, B20 atau B100 untuk mewakili persentase volume komponen biodiesel dalam blender dengan bahan bakar diesel sebagai 10, 20 dan 100 masing-masing persentase volume. Saat ini, banyak di negara-negara seluruh dunia telah mengeksplorasi dan digunakan secara komersial untuk kendaraan serangkaian biodiesel mereka seperti kita, Jerman, Jepang, Brazil, India dan seterusnya. Yang memiliki karakteristik pembakaran Biodiesel mirip dengan diesel dan serangkaian telah cetusan lebih pendek biodiesel delay, suhu dan tekanan cetusan lebih tinggi serta rilis panas puncak membandingkan untuk bahan bakar diesel. Lebih-lebih lagi, output daya engine dan efisiensi daya rem ditemui menjadi setara dengan bahan bakar diesel.

Mikrohidro

Mikro hidro dimanfaatkan sebagai potensi yang baik dalam generasi listrik dan belum sepenuhnya dimanfaatkan di indonesia. Indonesia memiliki luas wilayah sekitar 1,3% dari luas permukaan bumi yaitu ± 1.906.240 KM2. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara, melintang di khatulistiwa antara Benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia memiliki lebih dari 18.000 pulau (sekitar 6.000 pulau tidak berpenghuni). Hal ini, jika dimanfaatkan untuk membangun sumber energi alternatif mini-hydro, micro-hydro yang memiliki kapasitas berkisar dari 5 kW sampai 100kW akan lebih baik sebagai potensi pembangkit listrik.

Biomass dan pengolahan biogas

Saat ini, 85.5% sisa biomas datang dari industri kelapa sawit, seperti yang ditunjukkan dalam pohon ara. Sumber-sumber biomass berbeda-beda dari buah kue, serat-serat kosong, kerang palm koper itu yang masing-masing berisi berbagai tingkat energi dan jumlah potensinya. Kelapa sawit telah berpotensi yang sangat baik dalam memproduksi energi alternatif karena calorific berisi. Dengan 50% efisiensi, biomass dari kelapa dapat menghasilkan 8 Mtoe energi, dan dapat menyimpan RM 7,5 milyar per tahun dari minyak mentah. Pada tahun 2007, untuk setiap hektar 4.3 juta hektar perkebunan kelapa sawit, sekitar 50-70 ton sisa biomas dihasilkan. Selain itu, kelapa sawit limbah pertanian lainnya seperti bagasse, tebu, sekam dan nasi sisa limbah kayu juga memberikan kontribusi untuk total sisa biomas. Pada Bulan Juli 2009, total 39 MW adalah di bawah dan konstruksi diperkirakan kemungkinan adalah 1340 MW pada tahun 2030.

Di Malaysia, biogas sering dihasilkan di bawah kondisi anaerobik menggunakan fasilitas manajemen limbah. Konten energi biogas adalah terutama bergantung pada metana konten. Berdasarkan studi pada Clean Development Mechanism (CDM) kemungkinan dalam sektor limbah, ditemukan bahwa potensi yang paling adalah degradasi anaerobik di mana terjadi dalam tingkat kota praja pengurukan dan POME tambak udang. Potensi dengan ukuran yang relatif dan pemulihan kuasa dan potensi panas untuk layak proyek-proyek yang disajikan. Pada Bulan Juli 2009, total 4,45 MW adalah di bawah potensi dan konstruksi biogas oleh 2028 adalah 410 MW.

Secara keseluruhan, sektor gas alam dan energi terbarukan memiliki potensi pengembangan yang luar biasa. Langkah-langkah tersebut harus didukung oleh semua kalangan pihak, tidak hanya pertamina, pemerintah, stakeholders, ataupun perguruan tinggi di indonesia. Namun, hal tersebut diperlukan upaya partisipasi masyakakat bangsa indonesia demi masa depan energi baru dan terbarukan. Dengan mengurangi ketergantungan terhadap minyak, lakukan gerakan hemat energi dengan mengembangkan sektor gas alam dan gas nonkonvensional serta mendiversifikasi energi-energi terbarukan dengan percepatan rencana untuk mengeksplorasi sumber-sumber energi terbarukan.

Sumber Referensi:

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/12/11/459485/58-tahun-pertamina-menuju-kemandirian-energi-nasional

www.elsevier.com/locate/apenery/recent-trends-in-global-production-and-utilization-of-bio_ethanol-fuel/

www.elsevier.com/locate/rser /a-review-on-energy-pattern-and-policy-for-transportation-sector-in-Malaysia/

http://www.esdm.go.id/berita/energi-baru-dan-terbarukan/EBT-untuk-bauran-energi-yang-optimal.html

http://www.esdm.go.id/berita/energi-baru-dan-terbarukan/bioetanol-generasi-kedua-dirintis-di- Indonesia.html

http://www.esdm.go.id/berita/energi-baru-dan-terbarukan/jangan-tunda-pengembangan-energi-alternatif.html

http://www.kompas.com/ekonomi/pertamina-lakukan-pengembangan-energi-panas-bumi/

www.nationalgeographic.co.id

http://www.p3tkebt.e.sdm.go.id/

http://www.pertamina.com/news-room/pidato-dan-artikel/Indonesia-dan-Ketahanan-Energi/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun