Analisis Penggunaan Deiksis dalam Debat Capres 2024 pada Debat Ketiga (07 Januari 2024)
Kelompok 6
Atila Afrina 210722020, Desi Andria Rosa 2110721010, Fitri Yudia 2110721012
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas
Â
A. Pendahuluan
Deiksis merupakan salah satu aspek penting dalam kajian linguistik, terutama dalam analisis wacana. Deiksis mengacu pada kata atau frasa yang maknanya tergantung pada konteks pembicaraan. Penggunaan deiksis dalam komunikasi politik, seperti debat calon presiden (capres), dapat memberikan wawasan mendalam tentang strategi retoris dan cara calon berinteraksi dengan audiens mereka. Artikel ini akan menganalisis penggunaan deiksis dalam debat ketiga capres 2024, dengan fokus pada bagaimana para calon menggunakan deiksis untuk membangun argumen, mempengaruhi audiens, dan memperkuat posisi mereka.
B. Kategori Deiksis
Secara umum, deiksis dibagi menjadi beberapa kategori utama:
- Deiksis Personalia: Mengacu pada penggunaan kata ganti orang (saya, kamu, kita, mereka).
- Deiksis Temporalia: Mengacu pada waktu (sekarang, kemarin, besok).
- Deiksis Lokalia: Mengacu pada tempat (di sini, di sana).
- Deiksis Sosial: Mengacu pada hubungan sosial dan status (Tuan, Saudara).
- Deiksis Diskursif: Mengacu pada bagian dari wacana (ini, itu, tersebut).
C. Metodologi
Analisis ini dilakukan dengan mengkaji transkrip debat ketiga capres 2024. Setiap penggunaan deiksis diidentifikasi dan dikategorikan sesuai dengan jenis deiksis yang digunakan. Kemudian, konteks penggunaan deiksis tersebut dianalisis untuk memahami tujuan retoris di baliknya.
D. Analisis Penggunaan Deiksis
1. Deiksis Personalia
Deiksis personalia adalah penggunaan kata-kata yang merujuk pada orang dalam percakapan atau teks, yang maknanya tergantung pada konteks atau situasi tertentu. Kata-kata ini menunjukkan siapa yang berbicara, siapa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.
Dalam debat ketiga capres 2024, penggunaan deiksis personalia sangat dominan. Misalnya, penggunaan kata ganti orang seperti "saya", "kami" dan "kita" sering muncul dalam pernyataan para calon presiden. Contohnya:
- Calon 03: "Kami membaca sekaligus mencatat persoalan luar negeri, pertahanan dan keamanan. Tentu saja kami akan meyampaikan poin perpoin"
Penggunaan "kami" oleh calon 03 mencerminkan kebersamaan dan kerja tim. Dengan penggunaan "kami" mencoba menunjukkan bahwa mereka memiliki dukungan tim yang solid dan bekerja secara kolektif.
- Calon 01: "Kita ingin film kita, seniman kita, kuliner kita, diplomasi kita, para diaspora kita menjadi fenomena dunia hair mearnai kancah internasional"
Penggunaan "kita" ini oleh calon 01 ingin menunjukkan bahwa dia dan pendengar mempunyai kepemilikkan hal yang sama, sehingga menarik pemahaman pendengar dan  merangkul melalui kesamaan hal tersebut.
- Calon 02: "Ini akan saya teruskan dengan hubungan baik dengan semua kekuatan kita mengamankan nasional kita"
Penggunaan "saya" menekankan individualitas dan tanggung jawab pribadi calon 02. Dengan menggunakan "saya", calon 02 ingin menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan tanggung jawab langsung.
2. Deiksis Temporalia
Deiksis temporalia adalah penggunaan kata atau ungkapan yang merujuk pada waktu dalam percakapan atau teks, yang maknanya bergantung pada konteks atau situasi tertentu. Kata-kata ini membantu menunjukkan kapan suatu peristiwa terjadi relatif terhadap waktu pembicaraan atau penulisan. Deiksis temporalia juga sering digunakan untuk menyoroti perubahan waktu dan komitmen di masa depan. Contoh penggunaannya:
- Calon 01: "Kita menjangkau semua, dan negara-negara ASEAN yang sekarang ini menjadi pintu masuk bagi kekuatan Tiongkok di Laut Cina selatan"
Calon 01 menggunakan "sekarang" untuk menunjukkan perbedaan antara masa lalu yang gagal dan masa kini yang lebih baik dengan kebijakan baru.
- Calon 02: "Tapi hari ini Bapak setuju dengan kenaikan anggaran 1 smpai 2 persen"
Penggunaan kata "hari ini" digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa, tindakan, atau kondisi terjadi atau berlaku pada waktu yang sama dengan waktu berbicara.
3. Deiksis Sosial
Deiksis sosial adalah penggunaan kata atau ungkapan yang menunjukkan hubungan sosial antara pembicara dan pendengar atau antara pembicara dan orang yang dibicarakan. Deiksis sosial mencerminkan tingkat formalitas, status sosial, dan hubungan interpersonal dalam konteks komunikasi. Deiksis sosial sering muncul dalam bentuk sapaan atau penyebutan gelar yang menunjukkan hubungan sosial atau status. Misalnya:
- Calon 03: "Mas Anis, Anggaran pertahanan  belum ideal"
Penggunaan sapaan "Mas" oleh calon 03 selain untuk menghormati, juga sekaligus menunjukkan kedekatan secara tidak langsung dengan sapaan keakraban dan kesopanan, tetapi dalam konteks yang lebih santai.
- Calon 01: "Terima kasih, Pak Ganjar. Jadi, terkait dengan anggaran pertahanan..."
Penggunaan sapaan "Pak" ini menunjukkan rasa menghormati dan kesopanan antarcalon dalam debat. Sapaan ini umum digunakan dalm konteks formal maupun informal unutk menyapa atau merujuk pada pria yang lebih tua, orang yang memiliki status sosial atau jabatan yang lebih tinggi atau dalam situasi professional.
- Calon 01: "Bapak Ibu sekalian, saudara-saudara sebangsa setanah air yang saya hormati yang saya cintai"
Sapaan "Bapak Ibu dan saudara-saudara" tersebut membantu menciptakan suasana yang lebih formal dan professional dalam percakapan atau acara. Sapaan ini menunjukan tingkat kesopanan dan penghormatan dalam komunikasi.
4. Deiksis Disursif
Deiksis diskursif merujuk pada penggunaan kata-kata atau ungkapan yang memperkenalkan atau merujuk pada unsur-unsur dalam wacana atau teks yang sedang dibahas. Ini mencakup penggunaan kata-kata seperti "ini," "itu," "terakhir," Deiksis diskursif digunakan untuk merujuk pada bagian tertentu dari wacana atau argumen yang sedang dibahas. Contohnya:
- Calon 03: "Maka jika kita membuat suatu sistem informasi infrastruktur yang bagus, jangan dikorupsi. Ini yang kemudian akan menjadi dipersoalan"
Penggunaan "ini" oleh calon 03 memberikan kejelasan dan penekanan pada bukti yang disebutkan, memperkuat argumen mereka. Kata ini digunakan untuk menunjukkan objek atau gagasan yang sedang dibicarakan secara spesifik dalam konteks yang sedang berlangsung.
- Calon 01: " Pertanyaan saya, apa penjelan Pak Prabowo soal itu semua?"
Penggunaan kata "itu" merujuk pada keseluruhan  konsep atau penjelasan yang sebelumnya telah diberikan. "itu" adalah kata ganti demonstratif yang digunakan untuk mengacu pada sesuatu yang sudah disebutkan atau dijelaskan sebelumnya dalam konteks percakapan atau tulisan.
5. Deiksis Lokalia
Deiksis lokalia adalah penggunaan elemen bahasa untuk menunjukkan lokasi atau tempat dalam konteks tertentu, sering kali berdasarkan posisi penutur dan pendengar dalam percakapan. Deiksis lokalia mengacu pada kata-kata atau frasa yang tempatnya bergantung pada konteks kalimat. Kata-kata ini memiliki makna yang berbeda tergantung pada situasi percakapan dan posisi fisik atau spasial dari penutur dan pendengar.
- Calon 01: "Di sisi lain, Bapak juga waktu itu pernah memberikan penilaian atas kinerja penegakkan hukum di Indonesia"
Ungkapan "di sisi lain" digunakan untuk menunjukkan sudut pandang atau aspek yang berbeda dari topik yang sedang dibahas. Ini juga membantu memberikan keseimbangan dalam diskusi dengan menunjukkan berbagai sudut pandang.
E. Kesimpulan
Penggunaan deiksis dalam debat ketiga capres 2024 sangat strategis dan berfungsi untuk memperkuat pesan dan argumen para calon. Deiksis personalia membantu calon untuk menonjolkan kepemimpinan dan kerja tim, deiksis temporalia digunakan untuk menunjukkan komitmen masa depan dan perbedaan dengan masa lalu, deiksis lokalia menyoroti pentingnya lokasi tertentu, deiksis sosial menciptakan hubungan sosial dengan audiens, dan deiksis diskursif memperjelas dan memperkuat argumen.
Dengan memahami penggunaan deiksis ini, kita bisa mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang strategi komunikasi yang digunakan oleh para calon presiden dan bagaimana mereka berusaha mempengaruhi persepsi dan dukungan publik. Analisis semacam ini tidak hanya penting untuk kajian linguistik, tetapi juga untuk pemahaman yang lebih luas tentang dinamika komunikasi politik dalam konteks pemilihan umum.
Daftar Pustaka
Kidalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Rohmadi, Muhammad. 2017. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka
Samsuri. 2015. Deiksis dalam bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yule, George. 1996. Pragmatics. Terj. Wahyunni, Indah. 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H