Hal yang kita anggap wajar ternyata bisa merugikan orang lain. Saat ini banyak orang yang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk ajang pamer demi gengsinya agar terlihat mengikuti sebuah trend terkini, salah satunya trend menggunggah potongan sebuah film yang ditontonnya di bioskop. Padahal sebelum film ditayangkan, pihak bioskop pastinya menyampaikan peraturan bahwa tidak boleh mengambil gambar dan merekam ketika film telah berlangsung.
Namun, sepertinya aturan tersebut disepelekan oleh penonton. Penonton mengganggap aturan hanyalah sebuah formalitas film sebelum tayang. Saat ini, di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter banyak beredar cuplikan film-film yang telah di-upload oleh orang-orang yang tidak sadar hukum. Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan dapat dikatakan perbuatan pembajakan film yang tentunya memiliki hukuman berat.
Usaha para pekerja industri film yang pastinya tidak mudah untuk memproduksi sebuah film akan merasa sakit hati mengetahui karyanya dibajak orang-orang untuk memenuhi kepuasan ego pribadi semata, dengan alasan agar terlihat lebih eksis di media sosial dan mengesampingkan jeratan hukum yang bisa saja didapat dimanapun dan kapan saja.
Jeratan Hukum bagi Pengupload Cuplikan Film di Media Sosial
Penyebaran cuplikan atau bocoran film yang bertebaran di media sosial dapat dipidana penjara dengan jangka waktu paling lama 4 tahun atau pidana dengan denda paling banyak satu miliar rupiah. Hal tersebut berdasarkan Pasal 113 Ayat 3 UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berbunyi,Â
"Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)."
Dipamerkan Karena Menjadi Isu yang Ramai DibicarakanÂ
Beberapa bulan lalu, di media sosial ramai membincangkan film KKN di Desa Penari yang sedang tayang di Bioskop saat itu. Film ini pasalnya diangkat dari kisah nyata pada thread akun twitter @SimpleM81378523 pada tahun 2019 lalu. Film yang sempat tertunda dua tahun ini mendapat antusias yang luar biasa dari masyarakat Indonesia khususnya anak muda.
Namun dibalik fenomena ini, para spoiler di media sosial memanfaatkan akun mereka untuk meng-spill atau membocorkan potongan film KKN di Desa Penari. Mereka melakukannya agar mereka dianggap mengikuti trend yang sedang marak. Mengutip dari Kompas.com,Â
beberapa content creator di TikTok memang sangat antusias membagikan potongan film KKN di Desa Penari saat diputar di bioskop. Kata kunci yang sering dicari di TikTok adalah "kkn versi uncut kiss", "adegan 8 menit film kkn", "kkn part 1 sampai selesai". Sekarang ini video dengan hashtag #filmkkndidesapenari di TikTok memiliki viewers lebih dari 46,8 juta kali.
Pihak-pihak yang melakukan pembajakan hak cipta dengan merekam film di bioskop merasa hal tersebut wajar sehingga akan terus berjalan dan sepertinya hukum yang ada dianggap sebagai pajangan semata.Â
Selain itu, semakin banyak video bocoran film yang beredar di sosial media bagaikan dua mata pedang, orang-orang bisa saja menjadi tertarik untuk pergi ke bioskop menonton filmya atau hal tersebut membuat orang tidak tertarik lagi karena merasa sudah banyak bocoran yang bertebaran.
Langkah Untuk Mengatasi Fenomena Ini
Walaupun telah ada undang-undang yang mengatur, tetapi masih saja banyak masyarakat yang dengan sengaja memposting potongan film ini tanpa rasa bersalah. Dengan demikian, solusi untuk mengatasi permasalahan ini seharusnya pihak bioskop lebih cermat dalam mengawasi gerak gerik penonton agar pelanggaran hak cipta ini bisa dihindari.Â
Lalu dari pihak produser film, apabila merasa terdapat kejanggalan ataupun pelanggaran yang terjadi terkait karyanya, langsung melaporkannya ke pihak berwajib agar dapat diproses lebih lanjut.
Kemudian dari kita sebagai penonton yang budiman, sebaiknya menonton film melalui platform resmi. Saat ini ada beragam platform digital yang menyediakan video on demand secara berbayar maupun gratis. Kita juga harus menghindari perbuatan merekam, memperbanyak,Â
dan menyebarkan film secara ilegal karena perbuatan tersebut melanggar UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Kemudian kita juga bisa memberhentikan pembajakan film dengan melaporkan penyebaran film bajakan melalui website pengaduan.dgip.go.id
Daftar Pustaka
Nursaniyah, F. (2022, Mei 12). Cuplikan Film KKN di Desa Penari Bertebaran di TikTok, Manoj Punjabi Terbitkan Peringatan. Kompas.com. Diakses dari https://www.kompas.com/hype/read/2022/05/12/094102866/cuplikan-film-kkn-di-desa-penari-bertebaran-di-tiktok-manoj-punjabi?page=all.
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-undang (UU) tentang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 266, Tambahan Lembaran Negara No 5599. Sekretariat Negara. Jakarta. Diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38690
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H