Cirebon - Setiap tanggal 12 Rabiul Awal kita memperingati Maulid Nabi. Di Kota Cirebon, Maulid Nabi sendiri lebih populer dengan sebutan Muludan. Peringatan Muludan di Kota Cirebon terpusat di beberapa tempat di antaranya Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.
Di kedua keraton tersebut pada bulan maulid banyak sekali dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah, yang tentunya juga menarik para pedagang untuk berdagang di sekitar keraton tersebut. Sehingga selama ini atmosfer tradisi Muludan lebih identik dengan suasana pasar tahunan. Tradisi ini sudah ada selama ratusan tahun.
Gelaran saban tahun itu mengajarkan indahnya kesenian, keberkahan, hingga keberagaman. Mari mengenal berbagai ritual yang nilainya masih relevan hingga kini dan nanti. Sementara itu, peringatan Maulid Nabi yang di rasa masih memegang teguh nilai religiusitas hanya dapat kita ditemukan di pedesaan atau daerah pesantren.
Berikut ini tradisi muludan masyarakat cirebon :
Mencuci benda pusaka keraton.
Ritual mencuci benda pusaka biasanya dilakukan pada bulan Murud. Benda-benda pusaka atau biasa disebut jimat ini “dibersihkan” melalui ritual pencucian dan pembersihan. Benda pusaka yang dimandikan biasanya berupa piringan keramik, keris, bahkan alat musik.
Tujuannya adalah menghilangkan energi negatif dari benda-benda tersebut dan menumbuhkan energi positif. Pencucian benda pusaka ini dikenal dengan istilah “ranjan zimat” dan biasanya dilakukan di keraton-keraton Cirebon, seperti Kasepuhan, Kanoman, dan Kacilbonan.
Pembacaan kedua kitab al-Barzanji.
Membaca kitab maulid pada perayaan Maulid Nabi merupakan bagian penting dalam tradisi Merdan. Kitab yang paling banyak dibaca adalah Maulid al-Barzanji yang menceritakan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, termasuk silsilah keluarga dan teladannya. Nama al-Barzanji berasal dari penulisnya. Kitab ini sangat populer dan banyak digunakan di dunia Islam. Pengajian ini biasanya diadakan secara berjamaah di masjid-masjid pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Memberi berkah.