Mohon tunggu...
Deshinta Setyawan Putri
Deshinta Setyawan Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sifat saya yang cepat beradaptasi menjadi salah satu kelebihan saya dimana saya dapat dengan mudah masuk dan beradaptasi di lingkungan yang baru yang membuat saya dapat memaksimalkan jaringan secara profesional. Dengan latar belakang sebagai mahasiswa Teknik Informatika yang menguasai komputer dan pemrograman serta memiliki kemampuan di bidang desain grafis dan fotografi, saya dapat mengoperasikan beberapa perangkat keras dan perangkat lunak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menjawab Tantangan Infrastruktur Teknologi di Daerah Terpencil untuk Layanan Kesehatan Digital

8 September 2024   00:36 Diperbarui: 8 September 2024   10:15 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjawab Tantangan Infrastruktur Teknologi di Daerah Terpencil untuk Layanan Kesehatan Digital

Penerimaan fitur aplikasi e-Government di sektor kesehatan telah menjadi topik yang penting, terutama di tengah situasi darurat global seperti pandemi COVID-19. Aplikasi kesehatan digital yang didukung oleh pemerintah bertujuan untuk mempercepat layanan, meningkatkan aksesibilitas, dan memastikan distribusi informasi kesehatan yang lebih efektif kepada masyarakat. Dalam artikel "Analysis of E-Government Health Application Features Acceptance on Partner Applications During COVID-19" yang ditulis oleh Wan Azizah Sri Nuraini dan dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan Teknologi Sistem Informasi, dibahas bagaimana aplikasi ini diterima oleh para mitra pemerintah yang berperan penting dalam penyebaran layanan kesehatan.

Artikel ini menggunakan model penerimaan teknologi seperti Teori Penerimaan Teknologi (TAM) dan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mitra dalam mengadopsi teknologi e-Government. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan layanan digital yang cepat dan aman selama pandemi, penerimaan aplikasi ini dipengaruhi oleh persepsi kemudahan penggunaan, kegunaan, serta dukungan infrastruktur dan sosial. Penelitian ini menyoroti pentingnya faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi sukses tidaknya aplikasi kesehatan digital, terutama di tengah situasi yang membutuhkan tanggapan cepat dan efisien.

Menurut laporan, adopsi teknologi e-Government di sektor kesehatan meningkat secara signifikan selama pandemi. Data menunjukkan bahwa lebih dari 60% mitra pemerintah menunjukkan peningkatan kepercayaan terhadap aplikasi kesehatan digital selama tahun 2020-2021. Hal ini menunjukkan bagaimana pandemi mempercepat transformasi digital di sektor kesehatan dan peran penting aplikasi ini dalam menangani krisis global. Pandemi telah mengajarkan bahwa teknologi digital merupakan instrumen krusial dalam mendukung infrastruktur kesehatan yang lebih tanggap dan efisien.

Dalam artikel tersebut, Wan Azizah Sri Nuraini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis penerimaan aplikasi kesehatan e-Government oleh mitra selama pandemi COVID-19. Salah satu metode utama yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dari model penerimaan teknologi, yaitu Teori Penerimaan Teknologi (TAM) dan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). Survei tersebut disebarkan kepada mitra pemerintah yang menggunakan aplikasi tersebut, dengan hasil yang diolah melalui analisis statistik untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi penerimaan teknologi. Dengan melibatkan lebih dari 200 responden, survei ini berhasil menggambarkan bagaimana faktor persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan aplikasi memainkan peran penting dalam adopsi teknologi di kalangan mitra kesehatan.

TAM, sebagai salah satu teori dasar, berpendapat bahwa penerimaan teknologi sangat dipengaruhi oleh persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan. Dalam konteks aplikasi kesehatan e-Government, mitra pemerintah cenderung menerima teknologi yang dianggap memudahkan proses kerja mereka dan memberikan manfaat nyata dalam menyediakan layanan kesehatan. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 75% responden menganggap aplikasi tersebut sangat berguna dalam mempercepat proses layanan kesehatan selama pandemi. Ini menunjukkan bahwa persepsi kegunaan adalah faktor utama dalam penerimaan teknologi tersebut.

Sementara itu, UTAUT menambahkan dimensi sosial dan dukungan infrastruktur sebagai faktor yang memengaruhi penerimaan teknologi. Berdasarkan hasil penelitian, faktor sosial seperti dukungan dari rekan kerja dan pihak pemerintah juga memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan mitra untuk mengadopsi aplikasi ini. Sebanyak 65% responden menyatakan bahwa adanya dukungan dari pemerintah pusat dan daerah membantu mereka untuk lebih cepat menerima teknologi ini. Selain itu, kondisi fasilitasi, seperti akses terhadap jaringan internet yang stabil dan pelatihan teknis, juga memengaruhi penerimaan aplikasi. Di beberapa daerah, masalah infrastruktur yang kurang memadai menjadi penghalang utama bagi penerimaan teknologi. Hal ini terlihat dari hasil survei di mana sekitar 30% responden dari daerah terpencil melaporkan kesulitan dalam menggunakan aplikasi karena keterbatasan akses internet.

Kontribusi penelitian ini sangat penting dalam memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan teknologi oleh mitra pemerintah. Selain memberikan bukti empiris tentang peran persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan, penelitian ini juga menekankan pentingnya dukungan sosial dan infrastruktur. Pemerintah, melalui hasil penelitian ini, dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih, seperti peningkatan infrastruktur teknologi di daerah terpencil dan penyediaan pelatihan yang lebih memadai untuk para pengguna aplikasi e-Government.

Penelitian yang dilakukan oleh Wan Azizah Sri Nuraini memberikan wawasan berharga tentang penerimaan aplikasi e-Government di sektor kesehatan selama pandemi COVID-19. Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa faktor-faktor seperti persepsi kegunaan, kemudahan penggunaan, serta dukungan sosial dan infrastruktur sangat memengaruhi adopsi aplikasi oleh mitra pemerintah. Untuk meningkatkan adopsi teknologi di masa depan, pemerintah perlu terus berfokus pada pengembangan teknologi yang mudah digunakan dan relevan dengan kebutuhan para mitra, serta menyediakan dukungan teknis yang tepat sasaran. Dengan demikian, e-Government dapat terus berkembang sebagai platform yang efektif dalam menyediakan layanan kesehatan digital yang cepat dan akurat, terutama di tengah situasi krisis.

Implikasi dari penelitian ini sangat penting bagi pengembangan layanan kesehatan digital ke depannya. Pengambil kebijakan dapat menggunakan temuan ini untuk memperbaiki desain aplikasi e-Government dan memastikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi diperhitungkan dengan baik. Khususnya, infrastruktur teknologi yang lebih kuat dan dukungan yang berkelanjutan kepada para mitra akan sangat meningkatkan efektivitas penerapan teknologi di lapangan. Hasil penelitian ini tidak hanya relevan dalam konteks pandemi, tetapi juga dalam memperkuat kesiapan teknologi kesehatan di masa depan, baik untuk krisis kesehatan maupun untuk layanan kesehatan rutin yang lebih efisien dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Referensi

Wan Azizah Sri Nuraini. (n.d.). *Analysis of e-government health application features acceptance on partner applications during COVID-19*. Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan Teknologi Sistem Informasi. [https://doi.org/10.29407/intensif.v7i1.18538]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun