Seperti yang kita ketahui, plastik merupakan bahan yang sering kita gunakan. Kemudahan dalam pengaplikasian plastik untuk berbagai kebutuhan menjadikan plastik sebagai primadona untuk dimanfaatkan baik sebagai kemasan produk hingga alat-alat rumah tangga dan lainnya. Sifat plastik yang memiliki berat yang cenderung ringan, kedap air, dan mudah didapat menambah daya tarik plastik untuk dapat dimanfaatkan masyarakat luas tanpa mengenal usia.
Namun, dibalik pesona plastik, bahan ini memiliki kekurangan dengan sifaatnya yang sulit terdekomposisi. Setelah digunakan, plastik-plastik ini baru akan terurai sekitar 50-100 tahun. Hal ini tentunya sangat buruk bagi lingkungan. Ketika tertimbun di dalam tanah, plastik akan mencemari tanah dan menurunkan kesuburannya. Ketika hanyut di perairan plastik ini juga dapat menyebabkan pendangkalan atau penyumbatan saluran air sehingga menyebabkan banjir bila musim hujan tiba. Bahkan plastik juga dapat merusak ekosistem di perairan dan menyebabkan biota di dalamnya mengalami kematian baik karena memakannya maupun karena tersangkut pada sampah-sampah plastik tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik di Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistika (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 ton/tahun dimana 3,2 ton sampah plastik dibuang ke laut (Kompas,2018). Indonesia merupakan peringkat kedua dunia sebagai penyumbang sampah plastik perairan terbesar setelah RRC. Hal ini tentunya menjadi masalah serius dan harus segera kita selesaikan.
Keprihatinan melihat semakin banyaknya limbah sampah plastik yang sebagian besar merupakan bekas kemasan di Indonesia dan dampak yang dihasilkannya, membuat kami berpikir untuk membuat kemasan yang lebih ramah lingkungan dengan bahan dasar bambu. Bambu dipilih sebagai bahan dasar karena sifatnya yang kedap air seperti plastik dan mudah ditemukan di Indonesia.Â
Selain itu bambu juga memiliki nilai estetika yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan plastik. Ide ini kami adaptasi dari Yuya Happy Light Industrial Product yang menggunakan bambu sebagai kemasan kosmetik. Namun, Â dalam pembuatan produknya, Yuya Happy Light Industrial Product masih menggunakan plastik pada beberapa bagian produknya. Karenanya, kami akan melakukan modifikasi bentuk dan design pada kemasan berbahan bambu yang kami buat sehingga sama sekali tidak menggunakan plastik.
Sebelumnya, bambu juga telah digunakan sebagai kemasan dengan proses penganyaman. Namun, kemasan bambu dengan model ini dirasa kurang menarik dan terkesan kuno sehingga kurang menjadi tren dan tidak banyak dimanfaatkan. Dijaman sekarang, kemasan yang aesthetic dan istagramable mampu menarik minat pembeli lebih baik. Karena itu dibuatlah kemasan produk berbahan bambu yang lebih menarik dengan menampilkan bentuk asli bambu yang lebih aesthetic. Kemasan bambu ini bersifat kedap air seperti salah satu sifat unggulan plastik sehingga dalam mengaplikasikannya dapat digunakan untuk bahan cair maupun padat.
Jenis bambu yang digunakan adalah bambu petung untuk kemasan dengan ukuran yang besar dan bambu apus untuk kemasan produk ukuran kecil.Â
Bambu yang dipilih adalah bambu yang sudah tua dan kering agar produk kemasan bambu lebih kuat dan tahan lama. Kemasan produk berbahan bambu ini juga dapat digunakan ulang setelah produk utama yang dikemas menggunakan kemasan produk berbahan bambu telah habis.
Pembuatan kemasan bambu dimulai dengan memilih bahan baku bambu yang tua dan kering. Kemudian diukur panjang bambu yang akan dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan menggunakan meteran dan ditandai dengan pensil. Bambu yang telah diukur di potong menggunakan gergaji. Kulit luar bambu di pasang pada mesin bubut dan mesin dinyalakan. Kulit luar bambu selanjutnya dibersihkan menggunakan tatah dan dibuat motif dan garis yang diinginkan. Bambu yang telah dibuat motif kemudian diampelas pada bagian luarnya agar permukaannya halus. Mesin bubut kemudian dimatikan dan bambu dilepaskan. Dilakukan pengampelasan secara manual pada bagian dalam bambu untuk menghilangkan serbuk-serbuk bambu didalamnya. Potong sekitar 4cm bambu bagian yang berlubang untuk dijadikan tutup. Susun potongan-potongan bambu diatasnya kemudian beri lem dan dirapikan sisi-sisinya. Selanjutnya  dilakukan pengampelasan agar halus. Untuk menambah daya tarik pernis atau pelitur bambu. Dengan adanya pemanfaatan bambu sebagai alternatif bahan pengganti plastik, kami berharap jumlah sampah plastik khususnya di Indonesia dapat berkurang serta lingkungan senantiasa lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H