Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memastikan akses yang adil terhadap energi bagi semua, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 7 diadopsi sebagai bagian dari Agenda PBB 2030.
SDG 7 berfokus pada "energi bersih dan terjangkau" dan mempunyai maksud yang sangat ambisius untuk membuat pendekatan dari energi yang lebih terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern. Sasaran tersebut mencakup tiga aspek utama:  peningkatan akses energi untuk semua, transisi ke sumber energi terbarukan, dan peningkatan efisiensi energi di berbagai sektor. SDG 7 sendiri tidak bisa dianggap remeh. Akses energi yang adil dan berkelanjutan merupakan kunci  pengentasan kemiskinan dan pendorong penting pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial. Selain itu, dengan mengalihkan fokus dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan bioenergi, SDG 7 akan mengurangi efek emisi dari gas rumah kaca sendiri dan berkontribusi langsung pada upaya global untuk memerangi perubahan iklim.
Pencapaian tujuan-tujuan ini menawarkan potensi besar bagi kemakmuran global, namun jalan untuk mencapai SDG 7 penuh dengan tantangan yang kompleks.
Isi/Pembahasan :
Saya tertarik kepada bidang bioenergy sendiri untuk mewujudkan SDG 7 teknik yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan limbah organic, hasil lain dari proses biologis, dan sebagainya. Hal ini berbanding terbalik dengan penggunaan dari fossil energy yang menggunakan energi yang tidak terbaharukan seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, walaupun teknik dari pengolahan fossil energy lebih mudah dan simple tetapi ketersediaanya tidak abadi. Pada essay ini saya akan membahas tentang bioenergy yang jenisnya adalah bioetanol.  Bioenergi merupakan bagian penting dari strategi energi berkelanjutan yang dapat  mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung transisi menuju sistem energi yang lebih ramah lingkungan. Biomassa mudah didapat, ramah lingkungan dan terbarukan. Biasanya biomassa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biomassa segar/budidaya dan biomassa limbah. Limbah dari tujuh sektor kehutanan, hortikultura, dan pertanian merupakan sumber energi biomassa. Limbah dari kayu hutan merupakan jenis biomassa yang paling potensial, dengan limbah beras, tebu, dan jagung menjadi yang terbesar berikutnya. Bioetanol merupakan salah satu jenis bioenergi atau sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil melalui pemanfaatan pati jagung. Proses ini disimulasikan menggunakan software Aspen PlusTM dengan menentukan proses produksi bioetanol dari pati jagung menggunakan pendekatan berbasis data termodinamika. Meskipun perangkat lunak  dapat menjalankan berbagai proses praktis, kemampuan untuk merancang proses biologis yang melakukan proses pencairan, sakarifikasi, dan fermentasi menggunakan pendekatan nilai energi. Kapasitas reaksi fermentasi terbatas. Proses produksi bioetanol meliputi tiga tahap utama. Bahan baku tepung maizena dimasukkan ke dalam reaktor hidrolisis pertama untuk memecah ikatan kompleks pati menjadi dekstrin. Kemudian dilakukan reaksi hidrolisis kedua untuk memecah ikatan dekstrin menjadi monosakarida dalam bentuk glukosa Glukosa yang dihasilkan difermentasi untuk menghasilkan produk etanol. Etanol dimurnikan menggunakan dua desain kolom distilasi simulasi: kolom distilasi bertingkat  dan ekstraksi pelarut. Membuat model dari proses produksi bioethanol  dapat dilakukan dengan memakai reaktor jenis yang lain untuk meningkatkan kinerja analitis. Untuk perwujudan dari bioethanol sendiri sebenarnya sudah terwujud dengan cara menggunakan tebu dan jagung yang diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), dan produk ini sudah dijual bebas dengan merek Pertamax Green 95 yang dijual PT Pertamina (Persero). Namun penjualan BBM ini belum banyak diperjualbelikan
Kesimpulan :
Walaupun kenyataanya di Indonesia sendiri penggunaan bioenergy lebih sedikit daripada penggunaan energi nuklir Alasannya adalah keandalan dari  pasokan energinya tersendiri. Namun dalam hal prioritas  kebijakan energi untuk 30 tahun ke depan, survey membuktikan masyarakat memilih energi terbarukan, yaitu energi surya dan bioenergi, sebagai energi masa depan, dengan fokus utama pada tiga aspek: pasokan berkelanjutan (29%), perlindungan lingkungan (24%) dan keamanan (20%). Pemerintah Indonesia juga  telah memprioritaskan pengembangan kebijakan energi untuk masa depan dan menerjemahkannya ke dalam kebijakan  pengelolaan dan konservasi energi. Salah satu wujud perkembangannya adalah bahan bakar minyak (bioethanol) yang merupakan 80%etanol berasal dari tebu dan 20% etanol berasal dari jagung, dan pemerintah juga sedang berusaha memperluas teknologi ini.
DAFTAR PUSTAKA :
Aghbashlo, Mortaza.(2022). The role of sustainability assessment tools in realizing bioenergy and bioproduct systems. biofueljournal.com
Alnavis, Noviana., Wirawan, Rivaldo., Solihah, Karina., & Nugroho, Vanadi. (2024). Energi listrik berkelanjutan : Potensi dan tantangan penyediaan enregi listrik diIndonesia. journal-iasssf.com
 Usi, Allifia., Ardiansyah, Agus., Setianto, Budhi., & Syafiuddin, Achmad. (2022). Konversi Limbah Padat Kelapa Sawit Untuk Produksi Bioenergi. jcs.greenpublisher.id