Mohon tunggu...
De Sari
De Sari Mohon Tunggu... wiraswasta -

just ordinary person come from half Javanese and Half Sumatra. Just a person who learn to crawl before learn to walk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ku Hanya Ingin Ucapkan Natal dan Ku Ingin Mengasihi

24 Desember 2014   18:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:33 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul yang mungkin sedikit “lebay” dalam istilah anak muda masa kini. Tetapi memang ini lah yang ingin disampaikan pada saudara saudara ku yang merayakannya, dan juga “pernyataan”.

Tidak ingin membahas hukum nya, dalil nya, karena masing masing pihak mempunyai pemahaman yang berbeda. Masing masing dalil memberikan masing masing dasar “”hukum” nya. Mulai dari yang baru baca Qur’an dan Hadist, sampai Mujtahid yang sudah pasti pakar, memberikan alasan masing masing. Sebagian awam merasa yakin sesuai dengan siapa yang ingin diyakini, sampai ada juga yang merasa bingung akan mengikuti siapa?

Dimulai dari sejak Taman Kanak Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas, saya lalui di Sekolah berbasis Katholik. Ibu saya notabene Hajjah. Ayah saya almarhum juga Haji. Ibu saya pun bersekolah di sekolah berbasis Katholik. Kami sekeluarga belajar mengaji, dan saat ini saya sedang membiasakan untuk membaca artinya juga selalu dan tafsir nya dalam membaca Qur'an, dan memang terus belajar sampai saat ini. Tentang mengapa harus di sekolah Katholik, bisa jadi pada masa itu (sekitar tahun 1980 sampai tahun 1990-an) memang beberapa sekolah Katholik / Kristen “dinilai” lebih baik dari sisi prestasi akademik dan penerapan disiplin yang memang bagian dari “culture” para pendiri nya, di mana beberapa Romo atau kaum pendidik dari Eropa turut berperan di dalam nya.

Menerima “didikan”dan “tempaan” yang cukup keras dari sisi kehidupan pribadi sebagai keluarga besar dan ber-ibu janda sungguh membekas. Periode demi periode mulai terlalui. Mulai dari menerima, pasrah, memberontak, sombong, tahap belajar, mendalami, mempraktekkan, sampai kemudian di tahap belajar memahami dan mengasihi , dan semoga tahap ke depan lebih baik dalam implementasi tanpa harus mengorbankan nilai nilai yang sudah tertanam di dalam Dien saya. Aamiin. Karena selama nafas dikandung badan, hidup adalah proses belajar.

Saya rasakan kasih sayang para Romo (pastur), Bruder (Bahasa Belanda, panggilan kepada rohaniawan laki laki, saat saya sekolah memangku jabatan sebagai Kepala Sekolah) , Guru – guru, para pegawai sekolah yang begitu besar perannya dalam mendidik, dan bukan hanya mengajar. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, sifat “nyinyir”, galak, dan tegas beliau beliau pada masa itu yang terkesan kurang menyenangkan adalah bagian dari mendewasakan juga Iman saya. Bukankah di Al Qur’an ditegaskan antara lain bahwa ; Boleh jadi kamu menyukai sesuai padahal itu tidak baik bagimu, dan boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu.

Sikap egaliter dan kesatuan dari rekan rekan sesama alumni yang luar biasa. Sisterhood, brotherhood, rasanya sungguh bagai “oase” di tengah gurun “individualisme” dan “BKB syndrome alias Baik Kalau Butuh”, atau “Ramah Kalau Kita Tajir”. Sungguh ini tidak berlebihan. Fenomena ini nyata pada masyarakat kita, dari berbagai tingkatan dan lapisan. Pada “komunitas alumni” dan juga beberapa komunitas “main”, sikap egaliter ini sungguh menyenangkan. Tidak memandang kepada jabatan, atau posisi di masyarakat, atau suku dan agama, serta golongan, dan saling menghargai serta menerima. Penerimaan / Acceptance itu sangat penting dalam berkelompok / bergaul yang menyenangkan. Kamu tidak dipandang dari mana kamu berasal, apa keyakinanmu, siapa kamu di masyarakat, tetapi kamu itu sendiri yang mewakili nya. Sifat, “attitude”, kebaikan dan segala yang melekat secara dasar pada mu.

Jadi adakah yang bisa menghalangi ku untuk ucapkan Selamat Merayakan Hari Natal. Ku ingin yakinkan hati ku bahwa apa yang kuucapkan bagi saudara saudara ku ini tidaklah mengubah iman dan yakin ku pada Tuhan ku dan keyakinan yang kuyakini kebenarannya tanpa perlu kujabarkan panjang lebar alasannya. Sama ketika orang menanyakan bagaimana bisa anda berphoto dengan Beer di samping anda? Bagaimana jika pertanyaan itu di balik, bagaimana anda bisa mencuri uang perusahaan , mencuri waktu, bergunjing dan membenci saudara nya, bagai memakan bangkai nya, berzina mata dan mulut, tapi “keren” tidak terlihat, dengan tetap kelihatan seperti orang suci? Mereka yang dibalik dengan pertanyaan seperti itu seringkali menuding pertanyaan balik ini tidak relevan karena hukum nya sudah jelas bagi yang dia lihat pada saya. Nah apakah hukum yang kami bukan saya lihat pada nya tidak jelas? Well said,.. this is reality..

Akujuga ingin menghargai mereka yang memilih tidak mengucapkannya karena memang perbedaan itu indah. Saya pun juga tidak ingin diajak membenci suatu golongan yang sekarang seperti sudah menjadi trend hingga ada kata kata pedas : buanglah _____ pada tempat nya. Ya Tuhan, betapa kurang sibuknya kami ini bekerja dan berdoa. Kurang bermuhasabah diri kalau bahasa santrinya. Atau tidak ora et labora bahasa latinnya. Tapi bagaimanapun kita hargai juga apabila ada pandangan seperti itu. Menghargai bukan berarti setuju. Jika pun tindakan memberi selamat juga diminta agar tidak ikut ikut memberi selamat, maafkan jika saya tetap memberikan selamat.

Semoga kita saling menghargai dalam perbedaan, sibuk dalam instropeksi diri, dalam bekerja, tanpa meninggalkan doa pada Allah Swt.

Sebagaimana ketika saya kecil dan masih berkuncir membantu menghias goa Natal dari kantung semen, dan ketika kamu semua membantu kami dalam kesulitan dan tetap bersama dalam keriaan, ketika kami saling menjaga perasaan danmenghargai perbedaan walau mungkin perbedaan itu hakiki, aku tetap ucapkan.. Selamat merayakan Hari Natal Saudara ku yang merayakan. Selamat menikmati liburan juga bagi saudara saudara ku yang tidak merayakannya. Semoga damai selalu menyertai kita semua walau berbeda.

I Love you all,

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun