Mohon tunggu...
Desak MadeYoniartini
Desak MadeYoniartini Mohon Tunggu... Dosen - penulis

menulis adalah ekpresi rasa lewat kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu Baru untuk Ibu

8 Desember 2023   15:59 Diperbarui: 8 Desember 2023   16:37 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum juga mata ini bisa terpejam, aku bayangkan esok pagi yang Indah. Iya besok adalah hari pembagian rapor, tapi ini bukan tentang pengumuman juara ini tentang kotak hitam di bawah kolong meja. Kotak hitam yang aku beli dari semua tabunganku selama satu semester ini, kotak berharga yang aku beli tadi siang seuasasi pulang sekolah di sebuah toko usang di pasar. Sekolahku memang berdekatan dengan pasar tradisional, disana juga ibuku bekerja seorang diri menghidupi aku dan adik perempuanku. Ibu berjualan sayur mayur, memang hasilnya tidak membuat kami menjadi kaya raya namun setiap hari kami selalu makan sayur dan menjadi sehat.

Teringat dalam benakku, semester lalu saat pembagian rapor, aku dan ibuku maju ke atas panggung, tentu saja itu terjadi karna aku meraih juara umum. Sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas aku selalu menjadi juara umum, itu yang membuat aku tidak pernah gentar belajar, karna dengan gelar juara aku bisa sekolah dengan beasiswa, ibu tak perlu membiayai sekolahku. Ibuku, dia wanita paruh baya pekerja keras, membanting tulang setelah kepergian bapak dengan istri mudanya. Aku membenci mereka berdua (dia dan istri mudanya), dengan segenap jiwa raga, tak sudi rasanya walau hanya sekedar mengingat namanya. Walau terkadang dalam hati ada rindu, namun akan aku pendam dalam-dalam.

Hari itu, aku melihat ibu-ibu sosialita itu berbisik dan melihat ibuku dengan lekat, mereka melihat ibuku dengan sendal bututnya. Sementara mereka tampil dengan baju keluaran terbaru, lengkap dengan Sepatu dan tas yang ditenteng dan digandeng. Dengan senyuman ibuku maju menggandeng tanganku, kami berdua di atas panggung mengukir prestasi dan harapan untuk masa depan. Aku terluka melihat ibuku dengan sendal bututnya, bukan karna dia tak mampu membelinya namun dia hanya tak ingin membelinya, tentu saja dia tak ingin membelinya. Aku dan adikku yang makan 3 kali dalam sehari, membuat ibuku tak lagi punya keinginan membeli sendal.

Tak terasa aku terlelap juga, bermimpi indah adalah salah satu hiburanku karna aku jelas tidak mampu seperti teman-teman yang berlibur ke luar daerah, ke luar negri, mungkin ada yang ke luar angkasa.  Mentari pagi dan senyuman ibu menyapaku, hari ini kami akan mengambil raporku. Beliau menggunakan baju batik dan celana hitam yang entah sudah berapa tahun usianya, aku memeluknya hingga airmataku tak sadar mengalir dengan sendirinya.

“Bu, kakak punya hadiah”, bisikku.

“Ibu tau, kakak pasti juara lagi kan?”, Ibuku masih tersenyum seperti biasanya.

Aku bergegas mengambil kotak hitam, ku berikan kepada beliau dengan bangga. Setelah dibuka, kamipun kembali berpelukan, menangis karna sebuah sepatu baru. Aku mencintai ibuku dengan sepenuh jiwaku, dialah pahlawanku. Beban dipundaknya terlalu berat ditanggung sendiri, aku berjanji suatu hari nanti kan ku gantikan peranmu Ibu.

Aku menggandeng tangan ibuku menaiki tangga menuju panggung pengumuman, kali ini bukan kepala sekolah yang menyerahkan raporku tapi bapak walikota. Setelah menerima rapor dan bersalaman aku dan ibuku diminta tetap dipanggung menemani bapak walikota berpidato. Dalam pidatonya bapak walikota memberiku beasiswa, beasiswa untuk melanjutkan S1. Air mataku kembali menetes, bukan karna aku cengeng, namun beasiswa ini akan mengantarkan aku merubah hidup keluargaku. Aku genggam tangan ibu dengan erat, entah doa apa yang setiap malam beliau lantunkan hingga menembus langit dan di dengarkan Tuhan.

Ibu, aku mencintaimu. Maafkan hari ini hanya sepatu baru, esok dunia akan ku persembahkan untukmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun