Teori ikatan valensi, yang dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1928, menjelaskan ikatan kimia berdasarkan "orbital hibridisasi". Orbital hibridisasi adalah hasil pencampuran orbital atom yang berbeda pada atom pusat untuk menghasilkan orbital baru dengan bentuk dan energi yang sama. Bentuk orbital hibridisasi menentukan geometri molekul. Contohnya yaitu C2H4 (etilen). Pada etilen terjadi ikatan sigma () dan pi (). Setiap atom karbon memiliki 3 elektron valensi yang digunakan untuk berikatan. Orbital hibridisasi sp2 menghasilkan 3 orbital hibrid baru yang digunakan untuk membentuk 3 ikatan sigma () dengan atom karbon lain dan 1 atom hidrogen. Satu orbital hibrid sp2 yang tersisa tumpang tindih secara lateral dengan orbital hibrid sp2 dari atom karbon lain untuk membentuk ikatan pi ().
5. Hibridisasi
Hibridisasi adalah proses pencampuran orbital atom yang berbeda pada atom pusat untuk menghasilkan orbital baru dengan bentuk dan energi yang sama. Bentuk orbital hibridisasi menentukan geometri molekul. Contohnya pada CH4 (metana). Atom karbon memiliki 4 elektron valensi (1s2 2s2 2p2). Empat orbital atom (1s, 2s, dan 2p) berhibridisasi menghasilkan 4 orbital hibrid sp3 yang sama bentuk dan energinya. Keempat orbital hibrid ini digunakan untuk membentuk 4 ikatan sigma () C-H dengan 4 atom hidrogen.
Ikatan kimia merupakan suatu konsep penting dalam kimia untuk memahami struktur dan sifat zat. Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan ikatan kimia, seperti teori Lewis, muatan formal, teori VSEPR, teori ikatan valensi, dan hibridisasi. Memahami teori-teori ini dapat membantu kita memprediksi struktur dan sifat molekul, serta memahami berbagai reaksi kimia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H