Mohon tunggu...
Desak NyomanSrinadi
Desak NyomanSrinadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat-Filsafat Timur & Implikasinya dalam Pendidikan

9 Desember 2023   16:46 Diperbarui: 9 Desember 2023   17:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Mind map filsafat timur dan implikasinya dalam pendidikan, Sumber: dokumen pribadi

Filsafat adalah bidang ilmu yang sangat sukar dipelajari dikarenakan menyangkut semua hal yang ada di alam semesta, mulai dari hal yang bersifat abstrak hingga hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-harinya. Filsafat berkembang di berbagai belahan dunia sehingga menghasilkan filsuf dari berbagai latar belakang. Secara garis besar, filsafat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat barat dan filsafat timur. 

Filsafat barat berisi pemikiran/aliran dari belahan dunia bagian barat yaitu Eropa, sedangkan filsafat timur berisi pemikiran/aliran dari belahan dunia bagian timur yang terdiri dari China, India, Islam, Jepang dan lain sebagainya. Pada artikel ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai filsafat timur serta implikasinya dalam pendidikan, diuraikan sebagai berikut.

Filsafat timur adalah pemikiran/ide yang bermuatan nilai-nilai agama sehingga banyak ahli yang berdebat mengenai apakah filsafat timur dapat dikatakan sebagai filsafat. Hal ini menyebabkan filsafat timur dipandang sebelah mata dibandingkan dengan filsafat barat dikarenakan filsafat timur dikatakan tidak memenuhi kualifikasi menurut filsafat barat, dikarenakan banyak mengandung unsur agama di dalamnya. 

Namun, terlepas dari hal tersebut, filsafat tidak dapat dinilai mana yang lebih baik dan buruknya, karena masing-masing pemikiran memliki keunikan tersendiri. Masing-masing bagian filsafat timur memiliki sistem pemikiran yang luas dan majemuk. Ini mengakibatkan filsafat timur memiliki bagian dan kajian ilmu yang kompleks. Berikut ini dibahas jenis-jenis filsafat timur diantaranya filsafat China, filsafat India, Filsafat Islam, dan Filsafat Ki Hadjar Dewantara.

Filsafat yang pertama adalah filsafat China. Filsafat China merupakan salah satu filsafat tertua yang sudah ada sebelum periode neolitik (5000 SM). Pemmikiran filsafat China memiliki karakteristik yang khas, diantaranya bersifat antroposentris (menekankan manusia sebagai spesies penting di bumi), demokratis, pragmatis, kesimbangan, sopan santun, dan toleransi. Dikutip dari Lasiyo, 1997 terdapat empat pokok pemikiran filsafat China yaitu sebagai berikut.

  • Confucianisme

Confucianisme adalah ajaran yang bersumber dari kita-kita klasik, seperti The Four Books dan The Five Classics. Confucianisme terdiri dari berbagai bidang, namun lebih banyak membahas mengenai ajaran metafisika dan etika. Ajaran metafisika membahas mengenai Tuhan dan manusia yang mana manusia mengakui adanya Tuhan yang disebut dengan istial tien. Tien menggangap Tuhan adalah universal sebagai pencipta dari alam semesta. Cipataan Tuhan akan mengalami variasi bergantung dengan pandangan individu itu sendiri. Selain itu, ajaran confucianisme membahas etika yang mana tujuan hidup menurut confucianisme adalah menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur serta peka dan peduli terhadap orang sekitar dan lingkungannya.   

  • Taoisme

Taosime adalah ajaran yang bersumber dari Tao Te Ching karya Lao Tzu. Taoisme adalah pemikiran yang memfokuskan pada peristiwa dan hukum alam yang ada di bumi ini. Terdapat tiga ajaran dalam taoisme ini diantaranya tao, te dan wu wei. Pertama, tao adalah konsep metafisika yang artinya hakikat semesta yaitu selalu mengikuti hukum alam. Tao terdiri dari segala isi dari alam semesta. Kedua, te yang berarti kebajikan. Kebajikan adalah suatu kekuatan moral. Manusia senantiasa dapat memiliki kebajikan agar manusia dapat bermanfaat bagi orang di sekitarnya, sehingga tercapai kebahagiaan lahir batin. Ketiga, wu wei artinya tidak berbuat apa-apa. Tidak berbuat apa-apa memiliki makna tidak berbuat hal-hal yang bertentangan dengan alam semesta dan senantiasa dapat hidup sesuai dengan kodrat alamiahnya. Dapat disimpulkan bahwa, setiap individu memiliki kesempatan untuk mendapatkan te dengan jalan menyesuaikan diri pada tao melalui wu-wei.

  • Ch'an Buddhisme

Cha'an Budhisme adalah bentuk perpaduan dari ajaran Buddhisme India dengan filsafat China. Cha'an Budhisme memiliki pengaruh yang cukup besar hingga sekarang dikarenakan mengajarkan mengenai Boddisattva. Boddisattva berasal dari kata bodi yang artinya kebijaksanaan (wisdom) dan sattva yang artinya keberadaan. Jadi, Boddisattva adalah individu yang sudah memiliki hak untuk masuk nirwana dan menjadi Budha, namun sengaja mendahulukan haknya untuk memperingatkan orang lain agar mendapatkan penerangan.

  • Neo-Confucianisme

Awalnya, confucianisme memandang bahwa Buddhisme di China mengajarkan kebenaran yang sulit dibuktikan melalui panca indera dan pengalaman nanusia. Neo- Confucianisme kemudian hadir sebagai aliran baru dalam filsafat China yang mencoba memberikan dasar-dasar pemikiran filsafat baru. Neo- Confucianisme memberikan pandangan berbagai aliran pemikiran filsafat terkait usaha untuk mengantisipasi masalah aktual yang sedang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negara.

Filsafat yang kedua adalah filsafat India. Filsafat India memiliki karakteristik yaitu dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di India. Hal ini menyebabkan pemikiran-pemikiran filsafat India berkaitan erat dengan kebudayaan, tradisi, dan agama. Filsafat India sering disebut sebagai filsafat religious dikarenakan pemikirannya memegang peran penting dalam mencapai keselamatan manusia. Filsafat India juga dapat membimbing manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu kebahagiaan lahir batin. Dikutip dari Kurniati et al., 2015, terdapat lima periode besar dalam filsafat India, yaitu sebagai berikut.

  • Zaman Weda (2000-600 SM) adalah zaman yang ditandai dengan terbentuknya literatus suci, masa rite korban dan spekulasi mengenai korban, dan masa refleksi dalam Upanisad.
  • Zaman Skeptisisme (200-300 SM) adalah zaman yang ditandai dengan munculnya reaksi terhadap ritualisme, buddihisme, jainisme, dan kontraeformasi.
  • Zaman Puranis (300-1200) adalah zaman yang ditandai dengan adanya perkembangan karya mitologi yang berhubungan dengan Siwa dan Wisnu.
  • Zaman Muslim (1200-1757) adalah zaman yang mencoba untuk menyerasikan antara ajaran Hindu dengan Islam.
  • Zaman Modern adalah zaman yang ditandai munculnya rekasi terhadap pengaruh luar India dengan mengembangkan ajaran renaissance dari nilai-nilai India.

Filsafat yang ketiga adalah filsafat Islam. Filsafat Islam muncul di tengah-tengah kehidupan umat Islam yang mengubah pandangan hidup umat Islam. Awalnya, umat Islam memiliki cara berpikir yang bersifat dogmatic tradisionalisme yang berarti adat alam diwariskan secara turun-temurun tanpa boleh digangu gugat (diubah-ubah). Kemudian, filsafat Islam muncul memberikan keleluasaan pada umat Islam untuk mengembangkan pemikirannya meskipun harus menentang kebiasaan lama. Dikuti dari Kurniati et al., 2015, pada abad ke-9 hingga ke-12, filsafat dipelajari oleh umat Islam sehingga melahirkan beberapa filsuf Islam diantaranya Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rushd, dan lain sebagainya. Namun, pada abad ke-19, tidak ada seorang pun umat Islam yang mempelajari filsafat dikarenakan akan dihukum oleh agamanya, yang berbunyi man tamantak faqad tazandak yang berarti barang siapa yang mempelajari filsafat/lohika maka kafirlah dia. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya polemic dan pertentangan antara Al-Ghazali dengan Ibnu Rushd. Al-Ghazali kemudian mengarah sebuah buku yang memiliki judul "Tahafud el-Falasifah" yang artinya "Kehancuran Filsuf".

 Filsafat keempat adalah filsafat Ki Hadjar Dewantara. Filsafat Ki Hadjar Dewantara adalah filsafat yang berkembang di Indonesia. Lahiranya filsafat Ki Hadjar Dewantara ini dikarenakan pendidikan Indonesia pada zaman colonial yang tidak sesuai dengan cita-cita dan karakter bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Ki Hadjar Dewantara melahirkan beberapa gagasan-gagasan pada bidang pendidikan yang bertujuan untuk menghantarkan pendidikan Indonesia yang dapat memberikan kemerdekaan dan kebahagiaan bagi anak bangsa. Dikutip dari Sugiarta et al., 2019, Ki Hadjar Dewantara membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Pengajaran memiliki makna kemerdekaan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), sedangkan pendidikan memiliki makna kemerdekaan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir, pengambilan keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Selain itu, Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan sistem among yaitu Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.

Implikasi filsafat timur dalam pendidikan adalah pendidikan berfungsi agar individu mencapai kebijaksanaan dengan menanamkan nilai-nilai karakter dan agama. Ditinjau dari peran guru, filsafat timur menganggap guru bertugas menyampaikan ilmu kepada anak didik serta membimbing peserta didik hidup dengan baik dan benar. Peserta didik mempelajari alam semesta bertujuan agar timbul rasa syukur terhadap Tuhan dan keinginan untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Selanjutnya, implikasi filsafat Ki Hadjar Dewantara pada pendidikan, khususnya Indonesia adalah menjadi cikal bakal kurikulum yang sedang diterapkan saat ini yaitu kurikulum merdeka. Sama dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, kurikulum merdeka menghendaki peserta didik mencapai kebahagiaan dalam proses pendidikan dengan kemerdekaan mengembangkan potensi sesuai dengan kodratnya. Peran guru disini adalah membimbing peserta didik untuk mengembangkan potensinya masing-masing, sehingga setiap individu mendapatkan pengetahuan yang cukup dan kesempatan belajar yang sama.

Referensi: 

Kurniati, I. D., Setiawan, R., Rohmani, A., Lahdji, A., Tajally, A., Ratnaningrum, K., Basuki, R., Reviewer, S., & Wahab, Z. (2015). Buku Ajar Filsafat Sejarah. Universitas Lambung Mangkurat: Progam Studi Pendidikan Sejarah.

Lasiyo. (1997). "PEMIKIRAN FlLSAFAT TIMUR DAN BARAT". Jurnal Filsafat.

Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., Adiarta, A., & Artanayasa, W. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124--136. https://doi.org/10.23887/jfi.v2i3.22187

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun