Mohon tunggu...
Desak NyomanSrinadi
Desak NyomanSrinadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi Besar Filsafat Pragmatisme Terhadap Perkembangan Sains

30 November 2023   12:26 Diperbarui: 7 Desember 2023   16:01 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Tokoh-Tokoh Filsafat Pragmatisme, Sumber: https://www.atomenulis.com/2020/12/tokoh-pemikir-filsafat-pragmatisme-populer.html

Pragmatisme adalah filsafat yang memiliki esensi bahwa nilai suatu pengetahuan ditentukan dari penerapan praktisnya. Untuk mengulas arti kata pragmatisme dapat ditinjau dari Bahasa Yunani dan Bahasa Inggris. Dari Bahasa Yunani yaitu "pragma" yang berarti tindakan, perbuatan. Dari Bahasa Inggris yaitu "pragmatic" yang berarti hal-hal bersifat praktis. Dari dua kata tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pragmatism merupakan suatu aliran filsafat yang memfokuskan pada sebuah penerapan, kegunaan, atau manfaat secara praktis dari suatu kebenaran/pengetahuan. Dengan demikian, ide atau pemikiran yang diakui dalam pragmatism harus dapat memberikan suatu nilai guna, jika tidak, maka ide atau pemikiran tersebut tidak dapat berkembang.

Filsafat pragmatism menghendaki pengetahuan dapat bernilai dan bermanfaat sehingga dapat memahami masyarakat dan dunia. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak sekedar sebagai objek pemahaman, refleksi, namun lebih dari itu, pengetahuan senantiasa dapat memberikan kebaikan dan pengembangan sebagai suatu sumbangsih kemajuan dunia. Pragmatisme lebih mementingkan tindakan daripada pengetahuan, ajaran, prinsip-prinsip kehidupan. Oleh karena itu, penilaian terhadap pemikiran, gagasan, teori, kebijakan, dan pernyataan tidak hanya didasarkan pada logika dan rumusan yang tepat, tetapi juga apakah terbukti, dilaksanakan, dan bermanfaat. Oleh karena itu, menurut para pragmatis, otak berfungsi sebagai pemandu perilaku manusia. Pemikiran, ide, dan teori adalah alat dan rencana tindakan. Segala kebenaran diuji kemampuannya untuk dilaksanakan dan diwujudkan sedemikian rupa sehingga membawa dampak positif, kemajuan, dan manfaat.

Adapun latar belakang lahirnya filsafat pragmatism adalah adanya perdebatan tiada henti antara filsafat idealisme dan realisme. Filsafat idealisme adalah aliran yang diperkenalkan oleh Plato merupakan suatu pemikiran menjadikan ide/pemikiran sebagai hal yang fundamental, sedangkan filsafat realisme, di sisi lain, berpendapat bahwa materi dapat diambil dari dunia nyata, yang dapat menghasilkan ide-ide pada manusia. 

Perdebatan ini tetap berlanjut dengan munculnya filsafat rasionalisme yang mendukung pemikiran filsafat idealisme, dan filsafat empirisme yang mendukung filsafat realisme. Melihat perdebatan tersebut, filsafat pragmatisme memandang hal tersebut tidak memberikan suatu solusi atau penerapan yang memuaskan dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, kaum pragmatism menawarkan sebuah solusi bahwa filsafat merupakan suatu tindakan yang praktis. Praktis memiliki makna bahwa kebenaran atau pengetahuan bersifat teoritis dan dapat dipraktekkan sehingga memiliki manfaat praktis terhadap kehidupan.

Disisi lain, pragmatism muncul dikarenakan adanya ledakan urbanisasi, revolusi industri, kemajuan teknologi sehingga menuntut manusia berpikir secara praktis dan nyata, tidak hanya sekedar merundingkan realitas metafisis. Dalam dunia intelektual, adanya perkembangan pengetahuan yang sangat pesat seperti teori evolusi Darwin yang memiliki pandangan bahwa pengetahuan manusia adalah sarana untuk memperjuangkan suatu keberhasilan. Selain itu, filsafat tradisional dinilai menghambat perkembangan filsafat dikarenakan masih memiliki sifat yang absolut. Adanya pengaruh sosiologis dari bangsa Amerika juga turut serta berperan dalam lahirnya pragmatism dikarenakan bangsa Amerika menerapkan segala metode atau usaha yang variatif untuk menyelesaikan suatu masalah. Fenomena-fenomena tersebut kemudian menyebabkan munculnya filsafat pragmatism untuk mengembangkan pengetahuan itu sendiri.

Terdapat tiga tokoh yang menyumbang kontribusi besar dalam melahirkan dan mengembangkan filsafat pragmatisme diantaranya Charles S. Peirce, William James, dan John Dewey. Menurut Charles S. Pearce, pragmatisme merupakan suatu alat metodologis yang berfungsi untuk menguji suatu kebenaran/pengetahuan menjadi hal yang realistis. Selanjutnya, William James mengemukakan bahwa pragmatisme sebagai upaya setiap gagasan dengan menelusuri segala akibat praktis yang mungkin timbul dari setiap gagasan, sehingga pemahaman terhadap gagasan tersebut benar-benar jelas dan menyeluruh. Dari pemikiran tersebut, William James nampaknya sependapat dengan pandangan Charles S. Peirce yang menyatakan bahwa metode praktis didasarkan pada penemuan empiris dan pengalaman nyata manusia. Terakhir, John Dewey, yang memiliki pemikiran bahwa pragmatisme berjalan beriringan dengan pengalaman nyata manusia. John Dewey mengemukakan bahwa filsafat bertujuan sebagai pedoman manusia dalam bertindak di dunia. Dengan demikian, filsafat tidak boleh hanya berfokus dengan pemikiran metafisis yang tidak bermanfaat, namun filsafat diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi kehidupan manusia (Wiranata et al., 2021).

Filsafat pragmatisme memiliki karakteristik yang khas. Dikutip dari Falah (2017) terdapat tiga karakteristik utama dari filsafat pragmatisme. Pertama, manusia hidup dari pengalaman. Seiring berjalannya waktu, pengalaman tersebut dapat berubah dan konsep praktis tentang kenyataan akan berubah. Hal ini membuat kaum pragmatis memandang bahwa kebenaran bukanlah suatu yang abstrak, melainkan pengalaman yang selalu berubah-ubah. Manusia hidup di dunia yang bersifat dinamis, yang mana segala hal selalu berubah dan terdapat hukum-hukum ilmiah yang berpedoman pada pengalaman manusia yang terbatas. Pengalaman senantiasa dipandang sebagai suatu probabilitas bukan hal yang absolut. Kedua, filsafat pragmatisme memfokuskan ide/pemikiran pada aspek epistemologis. Pengetahuan bersumber dari suatu pengalaman manusia dikarenakan manusia memiliki daya pikir yang eksploratif dan aktif, bukan reseptif dan pasif. Manusia memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam kehidupan, tidak sekedar menerima pengetahuan saja. Ketiga, manusia bertanggung jawab terhadap nilai yang berkembang pada masyarakat. Seperti halnya pengetahuan, nilai itu relatif, bukan mutlak. Oleh karenanya budaya akan berubah, nilai-nilai pun turut berubah. Bukan berarti moralitas tidak mengalami pasang surut dari waktu ke waktu, namun tidak ada aturan aksiologis yang dianggap mengikat secara universal. Menurut kaum pragmatis, apa yang berguna dan fungsional adalah baik secara moral.

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang ilmu yang berkembang dari filsafat ilmu itu sendiri. Sains adalah salah satu ilmu yang diperlukan dalam kehidupan manusia untuk menyelesaikan berbagai problematika kehidupan. Hal ini dikarenakan Sains sebagai suatu cara berpikir untuk memahami alam semesta, sebagai suatu penyelidikan tentang fenomena, dan sebagai kumpulan pengetahuan dari hasil kegiatan penyelidikan. Dikutip dari Imro & Bs (2021), Sains merupakan akumulasi dari konten, proses, dan konteks. Pertama, konten adalah segala sesuatu yang berisi fakta, definisi, konsep, dan teori. Proses adalah memuat berbagai kegiatan yang bertujuan untuk  menemukan prinsip dan konsep sehingga manusia dapat mengembangkan keterampilannya. Konteks terdiri dari individu, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Disi lain, Sains dapat dikatakan sebagai sekumpulan ilmu pengetahuan (a body of knowledge), Sains sebagai cara berpikir (a way of thinking), dan Sains sebagai media penyelidikan (a way of investigating). Melalui Sains, manusia melakukan berbagai kegiatan penyelidikan untuk memperoleh jawaban atas fenomena yang terjadi sehingga manusia mendapatkan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan hidup serta menjaga alam semesta.

Gambar 2. Hakikat Sains, Sumber: dokumen pribadi
Gambar 2. Hakikat Sains, Sumber: dokumen pribadi

Perkembangan Sains pada saat ini sangat pesat sehingga dapat membantu manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Perkembangan Sains tersebut tidak terlepas dari kontribusi pemikiran filsafat pragmatisme. Hal tersebut termuat dalam hasil penelitian Yahya (2022) yang menyatakan bahwa suatu ilmu yang mengalami perkembangan adalah ilmu yang dapat membuktikan teori yang dimilikinya. Ketika bukti yang mendukung suatu teori banyak, maka teori tersebut semakin kuat. Nah, disitulah ilmu pengetahuan (Sains) dikatakan berkembang. Adapun beberapa pemikiran pragmatisme yang menjadi kontribusi besar terhadap perkembangan Sains adalah sebagai berikut.

  1. Filsafat pragmatisme selalu merupakan gagasan filosofis yang didasarkan pada metode dan perspektif, bukan doktrin filosofis yang  sistematis. Oleh karena itu, pragmatisme sering dipahami sebagai kegiatan penelitian eksperimental yang didasarkan pada metode ilmiah modern. Metode ilmiah adalah digunakan oleh kaum pragmatis untuk mengembangkan jiwa ilmiah, menemukan pengetahuan/kebenaran yang ilmiah, sehingga manusia manusia mampu menyelesaikan problematika yang dihadapi. Ini menunjukkan bahwa pragmatisme memiliki karakteristik yang senada dengan Sains yaitu menerapkan metode ilmiah dalam membuktikan suatu teori/prinsip.
  2. Menurut John Dewey, pengalaman adalah hal yang pokok dikarenakan hasil dari pengaruh timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan makna Sains itu sendiri bahwa Sains adalah sebuah bentuk kegiatan yang memungkinkan dari berbagai variasi atau pengalaman inderawi sehingga mampu membangun sebuah pemikiran yang rasional. Di dalam Sains, terdapat kegiatan penyelidikan (penelitian) yang harus dilaksanakan secara nyata/empiris kemudian disusun secara sistematis.
  3. Pragmatisme menghendaki penerapan metode problem solving dan learning by doing untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Kedua metode tersebut sangat cocok digunakan dalam pembelajaran Sains dikarenakan peserta didik harus memahami gejala-gejala atau fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta dengan cara aktif melakukan percobaan pemecahan masalah. Melalui kegiatan percobaan, peserta didik dilatih untuk menyelesaikan permasalahan yang ada guna menjawab tujuan percobaan.
  4. Pengalaman yang diperoleh oleh peserta didik dalam pembelajaran Sains di sekolah akan terakumulasi menjadi kompetensi Sains. Kompetensi Sains ini sangat penting untuk menjadi masyarakat yang mampu menerapkan konsep Sains dalam kehidupan sehari-hari sehingga nantinya peserta didik mampu bersaing secara global menghadapi tuntutan zaman.
  5. Ciri yang paling khas dari pragmatisme adalah sangat mencerminkan konsep kepraktisan. Makna kemanfaatan dalam pragmatisme ditentukan oleh kebenaran ilmiah, bukan persoalan metafisika. Dalam pragmatisme, pengetahuan tidak serta merta harus disamakan dengan keyakinan, meski seringkali keduanya sangat berbeda. Ini menunjukkan bahwa Sains diberikan kebebasan untuk mengembangkan pengetahuan seluas-luasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun