Filsafat dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan filsafat dapat membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan fundamental dalam bidang pendidikan.
Filsafat dijadikan seperangkat atau kumpulan nilai-nilai yang digunakan sebagai pedoman dalam pendidikan untuk membimbing tercapaianya tujuan pendidikan.
Oleh sebab itu, subjek pelaksanaan pendidikan (guru dan dosen) penting mempelajari dan menerapkan aliran filsafat sehingga pelaksanaan pendidikan menjadi terarah. Filsafat memberikan corak warna yang berbeda-beda pada sistem pendidikan pada berbagai negara.
Menurut Raschlan (2019), tujuan filsafat pendidikan secara umum adalah melahirkan pemikiran atau teori mengenai apa pendidikan, mengapa pendidikan, kemana arah tujuan pendidikan, dan bagaimana hakikat pendidikan. Selanjutnya, Edward J. Power (1982) dalam Raschlan (2019) membagi tujuan filsafat pendidikan dalam empat kelompok diantaranya sebagai berikut.
- Tujuan filsafat pendidikan yang bersifat inspirational
Tujuan pendidikan inspirational (insipirasi) adalah filsafat digunakan sebagai media ekspresi dalam merumuskan tujuan pendidikan yang ideal bagi suatu negara, memberikan arah pendidikan yang jelas dan tepat. Tujuan pendidikan ini dapat diberlakukan pada lembaga pendidikan formal dan nonformal dalam suatu negara.
Terdapat filsuf yang memiliki pemikiran mengenai tujuan pendidikan yang ideal diantaranya Plato. Menurut Plato, pendidikan bertujuan mendidik manusia menjadi warga negara yang cakap, bertanggung jawab, mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara, sesuai dengan statusnya dan tingkat kebajikan yang disumbangkannya kepada negara idamannya. Pemikiran Plato ini kemudian menjadi inspirasi negara untuk merumuskan tujuan pendidikan nasionalnya masing-masing.
- Tujuan filsafat pendidikan yang bersifat analytical
Tujuan filsafat analytical adalah memberikan makna dengan melakukan analisis kata pada konsep pendidikan dan praktek pendidikan. Tujuan filsafat analytical bagi seorang guru yaitu guru senantiasa dapat mencari makna mengenai strategi, pendekatan, metode dan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan materi ajar. Contohnya guru melakukan analisis pendekatan student centered sebelum mengimplementasikan di dalam kelas.
- Tujuan filsafat pendidikan yang bersifat prescrtiptive
Tujuan filsafat prescriptive (preskriptif) adalah filsafat digunakan dalam penentuan arah dan kejelasan sistem pendidikan suatu negara. Hal tersebut terdiri dari petunjuk yang berisi tujuan dan langkah-langkah pendidikan yang dapat diimplementasikan dalam lembaga pendidikan. Contoh tujuan filsafat prescriptive adalah perumusan kurikulum dan KOSP (Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan) yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan Indonesia. Dikutip dari penelitian Malik dan Latifah (2022) bahwa Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diterapkan terinspirasi dari aliran filsafat pendidikan diantaranya sebagai berikut.
a. Aliran idealisme yaitu lembaga pendidikan senantiasa dapat fokus pada kegiatan intelektual, estetika, moral, realisasi individu, kebebasan individu, tanggung jawab individu, dan pengendalian diri individu untuk mencapai perkembangan diri.
b. Aliran naturalisme yaitu semua peserta didik dilahirkan memunyai minat dan bakatnya masing-masing.
c. Aliran pragmatisme yaitu pendidikan bersifat dinamis menyesuaikan perkembangan zaman.
d. Aliran realisme yaitu pendidikan bertujuan mengembangkan karakter peserta didik sehingga pendidikan dituntut untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik.
e. Aliran eksistensialisme yaitu pendidikan dapat membuat peserta didik ‘sadar’ akan dirinya (mengenal diri dengan baik).
f. Aliran humanisme yaitu pendidikan mengembangkan manusia yang paling mulia.
g. Aliran perenialisme yaitu pendidikan bersifat konservatif yang mana kebudayaan dianggap sebagai dasar pendidikan yang kuat.
- Tujuan filsafat pendidikan yang bersifat investigations dan inquiry
Tujuan filsafat investigations dan inquiry adalah filsafat dapat dijadikan pedoman dalam menyelidiki praktik dan kebijakan pendidikan untuk menganalisis kelebihan dan kelemahannya sehingga dapat dilakukan re-kontruksi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Contoh tujuan filsafat investigations dan inquiry adalah penerapan Kurikulum Merdeka Belajar sebagai penyempurnaan Kurikulum 2013. Dikutip dari penelitian Mardiya et al. (2023), Kurikulum 2013 menuntut peserta didik menguasai tiga kompetensi yang berbeda yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Hal ini menyebabkan adanya tekanan baik pada guru saat mengajar dan peserta didik saat belajar. Tujuan pembelajaran juga terlalu tinggi yang tidak sesuai dengan perkembangan peserta didik. Oleh sebab itu, Kurikulum Merdeka Belajar membawa angin segar bagi pendidikan Indonesia yang mana berfokus pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila, kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kurikulum Merdeka Belajar memiliki standar yang sederhana, memuat sedikit materi, dan memberikan waktu yang cukup lama bagi guru dan peserta didik untuk melakukan eksplorasi konsep.
Referensi:
Malik, A. S. & E. D. Latifah. 2022. “Merdeka Belajar: Kajian Filsafat Tujuan Pendidikan dan Implikasinya”. Azmina: Jurnal Perbankan Syariah, 1 (2), 99-117.
Mardiya, S., M. Yamin & I. Safiah. 2023. “Persepsi Guru terhadap Perubahan Kurikulum K13 ke Kurikulum Merdeka di SD Negeri 1 Alue Billie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Elementary Education Research, 8 (3), 179-187.
E.R. Rachlan. 2019. “Filsafat dalam Manajemen Pendidikan”. Media Nusantara. Dimuat dalam http://ojs.uninus.ac.id/index.php/MediaNusantara/article/view/687/464. Diakses pada tanggal 19 September 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H