Mohon tunggu...
Kelompok KKN272
Kelompok KKN272 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

kami adalah mahasiswa kkn universitas jember periode II tahun akademik 2021/2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN UMD 2022: Mahasiswa KKN Unej Mengulik Kesenian Hadrah Desa Kabuaran

5 September 2022   08:48 Diperbarui: 6 September 2022   17:23 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Kabuaran menjadi salah satu desa yang terletak di ujung tertinggi pada Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Dalam interaksi sehari-hari, masyarakat di Desa Kabuaran menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa utama. 

Desa ini memiliki sejarah dan berbagai keunikan termasuk budaya leluhur yang masih terus dilestarikan hingga saat ini. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh Desa Kabuaran yaitu terdapatnya Kampung Jawa. Kampung Jawa merupakan kampung yang berada di tengah masyarakat etnis Madura yang berisikan penduduk jawa asli dengan budaya jawa yang masih kental didalamnya. 

Selain keunikan Kampung Jawa, Desa Kabuaran juga terkenal dengan budaya agama islam yang cukup kuat. Salah satunya adalah hadrah sebagai salah satu kesenian agama islam yang telah terbentuk sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kesenian hadrah termasuk warisan budaya yang ada di Desa Kabuaran.

Kesenian hadrah merupakan kesenian religi yang meliputi seni suara, seni musik dan seni tari. Di dalam kesenian hadrah berisi shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang digunakan untuk menyiarkan ajaran agama islam. Istilah hadrah berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti "hadir atau hadlir". 

Hadlir yang dimaksud adalah bagaimana manusia sebagai hamba Allah SWT bisa merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan. Kesenian hadrah diiringi dengan permainan beberapa alat musik diantaranya rebana, bass, calti, tung, dan marawis. Pada saat ini kesenian hadrah telah berkembang di berbagai daerah, termasuk di Desa Kabuaran Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. 

Di Desa Kabuaran, hadrah berdiri pada tahun 1985, lebih tepatnya di daerah Kabuaran Utara dengan nama "Al-Hikmah". Pada awal berdiri, kesenian hadrah tersebut di pelopori oleh bapak Khairi yang hingga saat ini menjadi sesepuh dalam kesenian hadrah di Desa Kabuaran. 

Tujuan utama didirikannya kesenian hadrah di Desa Kabuaran adalah sebagai wadah bagi para santri ataupun anak muda untuk mengembangkan minat dan bakat khususnya pada bidang kesenian islam. 

Awal mula pembentukan kesenian hadrah tersebut dipicu oleh keseharian para santri ataupun anak mudanya terlihat kurang mengikuti kegiatan yang mengarah pada pengembangan bakat dan minat. Para santri dan anak muda lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bermain.

Oleh karena itu, dengan melihat fenomena tersebut bapak Khairi memutuskan membentuk kesenian hadrah di Desa Kabuaran dengan tujuan untuk menghimpun dan menyatukan para pemuda dalam satu organisasi islam. Budaya hadrah selain bertujuan sebagai wadah pengembangan minat dan bakat juga berfungsi sebagai media dakwah di Desa Kabuaran. 

Disamping itu, juga sekaligus sebagai bentuk melestarikan warisan budaya islam. Dengan melestarikan kesenian hadrah, Desa Kabuaran dapat lebih mudah untuk mendidik dan mengubah tingkah laku masyarakat agar lebih memiliki kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 

Tujuan tersebut senantiasa dipegang teguh hingga saat ini, meskipun tidaklah mudah untuk mengembangkan hadrah. Hal tersebut dibuktikan dengan grup hadrah Desa Kabuaran yang masih tetap eksis sampai saat ini.

Hingga saat ini anggota aktif grup hadrah Desa Kabuaran mencapai kurang lebih 15 orang. Jumlah ini diperkirakan akan selalu berubah seiring bertambahnya waktu. Jumlah tersebut dapat berkurang ataupun bertambah tergantung minat dari para santri dan pemudanya. 

Adapun jenis hadrah yang ada di Desa Kabuaran adalah Al-Madura, Al-Banjari, dan Al-Jidury. Bagi masyarakat Desa Kabuaran, kesenian hadrah biasanya dilakukan atau ditampilkan pada acaraacara tertentu, seperti untuk acara 1 muharram dan kegiatan lainnya. 

Grup hadrah Desa Kabuaran pernah mengikuti lomba dan mendapatakan predikat juara 1 dan 2. Selain dilakukan pada acara-acara tertentu, grup hadrah Al-Hikmah juga mempunyai kegiatan rutin setiap satu bulan sekali yang dilaksanakan di balai desa.

"Adanya kesenian hadrah di Desa Kabuaran ini merupakan salah satu bentuk menjaga dan melestarikan warisan budaya islam, sekaligus sebagai salah satu bentuk partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam mengembangkan kesenian islam," kata Bapak Khairi.  

Namun, di era globalisasi saat ini tentu tidaklah mudah untuk mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya lokal agar tidak tergerus oleh arus perkembangan zaman. Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pengurus grup hadrah Desa Kabuaran agar tetap bertahan dan berkembang. 

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melaksanakan latihan rutin. Dalam perkembangan tersebut, diperlukan peran generasi muda sebagai penerus grup hadrah Desa Kabuaran. Oleh karena itu, pada saat ini generasi muda di Desa Kabuaran mulai diajak dan dibiasakan untuk bergabung serta berpartisipasi dalam grup hadrah Al-Hikmah.

Universitas Jember

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun