Mohon tunggu...
Indah Dewanti
Indah Dewanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penikmat buku, penggemar film dan serial drama.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sore yang Baik di Soekarno-Hatta (Sebuah catatan lama)

30 Maret 2021   19:19 Diperbarui: 30 Maret 2021   19:34 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Soekarno-Hatta Malang

Di kota ini aku menemukan fenomena profesi 'polisi lalu lintas dadakan' yang hampir tidak pernah kutemukan di Bali. Jadi mereka adalah orang biasa yang turun ke jalan, bermandi matahari, membantu menertibkan lalu lintas padat yang tak terjamah lampu merah atau polisi. Mereka berjasa sekali. Upahnya tak tentu. Tak semua pengendara roda empat mau membuka jendela untuk memberi tanda jasa karena telah diseberangkan. Apalagi pengendara sepeda motor. Tapi mereka hampir selalu ada untuk kami, para pengguna jalan yang diburu waktu.
 
Tapi sore ini aku melihat fenomena lagi, ya masih berhubungan dengan mereka, tapi bagiku lumayan langka. Dan yang ini pasti akan kupatri, karena berharga sekali.

Jalan Soekarno-Hatta Malang
Jalan Soekarno-Hatta Malang


 
Jadi aku sedang dalam perjalanan, berdua saja dengan sepeda motorku yang biru. Tujuanku lumayan jauh dari kosan, sekitar tiga puluh menit dan harus melewati Jalan Sukarno-Hatta yang panjang dan ramai. Singkatnya, di penghujung jalan besar ini terdapat bundaran dengan maskot pesawat di tengahnya. Ia membagi jalan menjadi empat tujuan arah dan tanpa lampu merah. Di tempat seperti inilah biasanya 'polisi lalu lintas dadakan' itu 'mangkal' mengatur jalan. Aku dan motorku mengekor seorang pengendara sepeda motor lainnya. Seorang lelaki besar dan berkumis. Awalnya ia menarik perhatianku karena kendaraannya tak dihiasi plat. Imajinasiku tentangnya pun tertuju ke begal, kriminal terpopuler masa kini. Tapi apa yang ia lakukan selanjutnya membuatku tersenyum. Tak cuma di bibir, tapi juga dalam hati.
 
Ia membawa sebungkus plastik, isinya beberapa kotak nasi kuning. Saat kami diseberangkan oleh seorang 'polisi lalu lintas dadakan', pria yang kukira begal itu dengan cekatan mengambil sekotak nasi dan memberikan padanya. Polisi dadakan itu tampak terkejut, dan akibatnya ia merespon dengan lambat. Kotak nasi yang hampir lewat itupun harus dikejar lagi. Syukurlah ia berhasil dan tidak mengakibatkan kekacauan jalan. Kupikir 'polisi dadakan' itu mungkin sedang berulang tahun. Kupikir 'pria kukira begal' itu mungkin temannya. Tapi ia melakukan hal yang sama pada polisi polisi dadakan lain yang kami temui selanjutnya. Berbagi nasi kuning pada mereka, kulihat sampai aku dan dia berpisah jalan. Ah, mungkinkah 'pria kukira begal' ini yang sedang berulang tahun?
 
Pak, aku tak tahu kau siapa. Tapi terima kasih telah menebar kebaikan dan senyum sore ini, di Soekarno-Hatta.
 
Malang, 30 Maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun