Warung nasi mbak Sri ternyata banyak didatangi orang.Memang aku tidak pernah memperhatikannya, padahal setiap hari kulewati dan antara rumahku dan warung nasinya mbak Sri hanya terhalang aspal hitam.
Kusempatkan mampir, kulambatkan motor bebekku, kuturuni aspal.Hentakan terjadi ketika ban melewati jalan yang bergronjal.Pada detik yang sama aku sadar bahwa perutku memang kosong.Dan karena alasan inilah aku mampir.Banyak, banyak sekali orang yang datang.
Aku duduk di bangku teras warung.Aku tidak berusaha untuk mendesak masuk.Biarlah kutunggu sampai keadaan sepi, walaupun perutku berkata sebaliknya.
"Akhirnya mas Roni mau mampir!" kata mbak Sri dengan nada senang.
Senja sudah lewat dan orang-orang sudah pergi untuk melanjutkan aktivitasnya.Dan kulihat piring-piring didalam etalase juga sudah kosong.Aku terpaksa harus membujuk perutku.
"Mas lain kali kalau mau mampir bilang dulu, entar saya pisahin lauknya." katanya sambil menutup tirai.
"Mau ditutup warungnya mbak?"
"Iya."
"Mari saya bantu!"
"Tidak usah."
Kulihat ia menganbil bangku plastik dan ditempatkannya tepat dibawah lampu neon.