Mohon tunggu...
Dery DD Haikal
Dery DD Haikal Mohon Tunggu... -

nothing new under the sun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tidak Punya Hati

27 Agustus 2010   15:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:39 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti biasanya,pagi-pagi sekali aku sudah berada di depan rumahnya.Kugosok-gosokan kedua telapak tanganku untuk mengusir hawa dingin,lalu melangkah ke depan pintu setelah kubunyikan klakson motor bebekku.Motor bebek yang setia menemaniku untuk menjemput dan mengantar perempuan pemilik rumah ini.Dan betullah pada waktu-waktu seperti biasanya perempuan yang aku nantikan keluar.Tapi tidak biasanya,dia keluar dengan seorang pria.

"Mas, ini suami saya.Dia baru..."

Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi.Jadi kutendang tong sampah yang ada di dekatku.Isinya berhamburan,termasuk tikus dan kecoa yang berlarian karena kaget.Seperti aku yang kaget karena mendengar kalimat pertama tadi.

Setelah itu aku pulang dengan perasaan marah dan sakit hati.Kutancap gas dan meliuk-liuk dengan lincah di jalanan.Trafick light kulewati,lampu merah kuterobos.Seorang Polantas yang sibuk membuat surat surat tilang untuk supir truk bermuatan pasir yang keluar kesiangan, tidak sempat mengejarku.Aku harus cepat pulang, karena rasa sakit hati ini bertambah parah.

Sampai di depan rumahkulihat ibu sedang bertransaksi dengan tukang sayur.Aku langsung masuk kamar dan berniat untuk tidur walaupun matahari baru terbit, bukan tenggelam.Aku berharap kasur yang empuk dapat menghilangkan rasa sakit hati ini.Tapi harapan tinggal jadi harapan karena kasur di jemur ibu dan syaraf sensorik tetap mengirimkan rasa sakit hati ini ke otakku.

Kemudian tiba-tiba sebagian organ tubuhku lumpuh.Empedu pecah dan otak beku karena tidak kuat menahan rasa sakit hati ini."Barangkali hati ini harus di buang",pikirku.Maka kusayat perutku dengan pisau lipat yang selalu kubawa.Tanganku meraba-raba isi perut;dari usus besar, usus halus, usus dua belas jari sebelum akhirnya sampai ke hati.Kucopot hatiku, kumasukan ke kantong plastik,kusimpan dalam lemari es.Biarlah hatiku berada disana di tempat yang dingin.

Aku tertidur.

Suara bising mesin yang memang sudah kukenal membangunkanku.Aku betul-betul heran ketika terbangun.Badan dan pikiran segar,bahkan aku belum pernah mengalami keadaan sehat seperti ini.Dan perutku sehat walaupun ada bekas jahitan.Hatiku.....,kubuka lemari es, tidak ada, kucari lebih teliti, tetap tidak ada.

"Kau mencari hati? tanya ibu sambil kakinya tetap konstanmenginjak-angkat pedal mesin jahit."Tadi ibu berikan ke mbak Sri pemilik warung nasi di seberang jalan".

Entah kenapa aku tidak mempermasalahkannya.Hati selalu menipu rasio kita,mungkin karena itu Pengadilan tidak pernah menerima bukti dari hati.Banyak orang bermain-main dengan hati, tanpa peduli dengan hati orang lain.Hati identik dengan cinta, karena cinta pula orang jadi tidak punya hati.Hati hanya dijadikan alat propaganda untuk melegalkan perbuatan yang bertentangan dengan norma.Apakah manusia masih memerlukan hati?

*************

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun