Mohon tunggu...
Dery Andri
Dery Andri Mohon Tunggu... -

Pegawai Sebuah Perusahaan Farmasi, Memanfaatkan Waktu Luang Untuk Menulis Tentang Bisnis, Internet Marketing dan Kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Budaya Konsumtif yang Dibenarkan

15 Januari 2010   11:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:27 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kita saya asumsikan mempunyai sumber penghasilan, kita berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, sehingga tanpa disadari kita sudah terbawa budaya konsumtif, setiap saat ada produk baru yang begitu menggiurkan, yang pada dasarnya produk tersebut belum menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kita, contohnya budaya beli handphone dengan berbagai fitur padahal kebanyakan dari kita tidak memanfaakan fitur tersebut tidak pernah kita gunakan, jadi berapapun penghasilan kita kita akan tetap merasa tidak berlebih, karena biasanya peningkatan penghasilan seiring dengan peningkatan gaya hidup, bahkan kadang-kadang kita mengorbankan penghasilan kita dimasa yang akan datang dengan cara membeli barang dengan kredit.

Disisi lain kita berusaha keras dengan harapan suatu saat dimasa tua kita sudah bisa menikamati pasif income atau menikmati hidup dengan uang pensiun. Mulai sekarang saya menyadari kalau kita ingin memajukan ekonomi budaya konsumtif harus kita hilangkan, kalaupun konsumtif, konsumtiflah kepada barang-barang yang nilainya meningkat dimasa yang akan datang, contohnya tanah,rumah,perhiasan emas, atau konsumtiflah untuk barang-barang yang bisa diproduktifkan, misalnya beli mobil kemudian disewakan, keuangan harus kita kelola dengan baik.

Dalam memilih instrumen investasipun kita harus selektif jangan sampai kita investasi tetapi kemudian nilai investasi kita berkurang karena pengaruh inflasi. salah satu bentuk investasi yang saya sarankan adalah investasi emas, karena ternyata nilai emas dari masa rasulullah dahulu sampai sekarang masih sama, zaman rasulullah 1 dinar dapat satu ekor kambing, sekarangpun demikian, selain itu emas memiliki liquiditas yang tinggi, artinya mudah diuangkan.

Tahapan berikutnya setelah sukses ber investasi baru kita masuk ke lahan bisnis, bisnis bagi pemula tidak mudah, kalau kita memulai dengan modal terbatas dan tidak punya keahlian dibidang tersebut sebaiknya cukup dibidang investasi saja, apalagi jika kita masih pegawai dalam belum full time dalam mengelola bisnis tersebut. bisnis yang baru biasanya tidak bisa diserahkan kepada orang lain dari awal kecuali nanti jika bisnisnya sudah jalan , sistim nya sudah jalan baru bisa diserahkan kepada orang lain.

Saniangbaka | Kabupaten Solok | Minang Kabau | Propinsi Sumatera Barat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun