Mohon tunggu...
Dery Abdurrachim Iskandar
Dery Abdurrachim Iskandar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Training Officer @ a company in Bandung. BERMUTU Short Course Scholarship holder @\r\nIOE London, Traveler and like writing so much

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Heroes in You: Menyadarkan Indonesia tentang Pentingnya Kesehatan & Kesejahteraan Psikologis

19 Oktober 2013   10:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:20 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_295735" align="alignleft" width="300" caption="Kesehatan Psikologis Itu Penting"][/caption]

3,5 tahun lalu saya menjejakkan kaki di kota Penang, Malaysia untuk mempresentasikan salah satu publikasi saya tentang fenomena depresi mayor di Indonesia. Papper saya dipublikasikan pada event WSEAS International Conference on Sociology, Psychology and Philosophy 2010 (SOPHI 2010)  yang mengumpulkan beberapa peserta dan pembicara dari beberapa negara di asia dan eropa yang ahli dalam bidang ilmunya masing-masing. Kembali mengenai depresi,frekuensi percobaan bunuh diri yang cukup meningkat akhir-akhir ini dan peningkatan jumlah turnover akibat stress kerja bisa menjadi salah satu indikator meningkatnya fenomena depresi di negeri tercinta. Dalam artikel tersebut saya mengutip data yang dipublikasikan oleh Berita Indonesia Online pada tahun 2006 yang mengungkapkan bahwa 13,2 Juta dari 210 juta penduduk Indonesia mengalami depresi, namun hanya 10% saja yang berinisiatif mencari solusi medis untuk mengatasi depresi yang dialaminya, bahkan mungkin kurang dari 10%.

Data tersebut membuat seorang audience dari Taiwan mengerutkan dahinya,dan seolah di dahinya terbaca tulisan " kok bisaa yah?"...Di sebelahnya seorang Psikolog senior dari Australia manggut-manggut seolah  di mulutnya terbaca tulisan"" hmmm yaa hmm yaa" karena fenomena ini agak selaras dengan publikasi penelitiannya mengenai Perbedaan Cara  Mengambil keputusan pada Orang singapura, Melayu, dan Australia (The difference of Decision Making Style on People in Australia, Singapore & Malaysia), dan dia mungkin sudah memiliki hipotesis awaladanya barier budaya yang muncul pada budaya orang melayu seperti apa yang muncul dalam penelitiannya. Yup penelitian Psikolog Australia ini menunjukkan kecenderungan orang melayu untuk lebih conform terhadap pendapat keluarga, lingkungan, maupun masyarakat ketimbang menyuarakan sikapnya sendiri meskipun sikap tersebut benar secara logika. Atau dengan kata lain Mayoritas Orang Melayu pada saat membuat keputusan tingkat conformitynya jauh sangat signifikan jika dibandingkan dengan orang Singapura dan Australia. Kembali mengenai data depresi di atas, saat itu kulontarkanlah sebuah open statement untuk memancing perhatian audience mengenai rendahnya frekuensi orang depresi yang mencoba mencari solusi pengobatan psikologis secara medis. " Yup it was happened because in my country  majority of people dont wanna have crazy’s labbelingfrom their environment if other people know that they find psychological medication to fix their psychological problems" .....Kata-kata yang mengerutkan dahi para audience seolah di mukanya terpampang kata-kata " Sumpe Lo? Ciyuuuuus?"

Ya sebuah Cultural Barier menghadang begitu tajam terhadap kesehatan dan kesejahteraan psikologis manusia Indonesia. Di negara berkembang seperti Indonesia yang namanya kesehatan bahkan kesejahteraan psikologis masih menjadi sebuah barang yang langka. Bukan karena tak diperlukan, namun lebih karena sebagian besar masyarakat belum aware bahwa ternyata tingginya tingkat kesehatan dan kesejahteraan psikologis seseorang akan berkorelasi tinggi dengan kesehatan fisik dan tingkat produktivitas kerjanya. Hal ini dapat terlihat jelas dari banyaknya orang yang langsung berobat ke dokter saat mengalami pusing, sakit kepala,demam, dan gejala medis lainnya, namun masih banyak yang acuh tak acuh apabila mengalami gejala berpikir tentang kematian, stress berat, punya pikiran obsesif mengunci pintu terus menerus, dll. Fenomena lain yang saya temui juga adalah banyaknya teman-teman saya yang sudah menjadi seorang psikolog klinis selalu mengambil side job untuk menjadi seorang Psikolog organisasi di sebuah company dengan alasan proyek di bidang Human Capital, Training, Organizational Development, Job Grading, dan kawan-kawannya lebih mendatangkan banyak limpahan rupiah ketimbang praktek di klinik menunggu orang dengan tingkat masalah tinggi curhat dan berkatarsis ria di depan meja prakteknya. Hal ini berbeda dengan yang saya temui di negara maju seperti Inggris misalnya. Dulu saya ingat di sebuah TV kabel dan TV lokal Indonesia diputar sebuah tayangan mengenai seorang Family Psychologyst yang datang setiap minggu untuk mengatasi "permasalah anak" dan“masalah keluarga yang muncul di keluarga mereka. Program itu berjudul Nanny 911. Dalam setiap episodeprogram tersebut dikisahkan seorang nanny memiliki waktu satu minggu untuk membereskan masalah psikologis anak maupun keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis di keluarga tersebut dan mengatasi permasalahan-permasalahan keluarga khususnya yang melibatkan anak.  Yup program tersebut bisa masuk dalam industri televisi dan mengedukasi seluruh masyarakat Inggris via Stasiun BBC 2 karena memang kesejahteraan psikologis dan kesehatan psikologis sudah dirasakan menjadi kebutuhan sekunder bahkan primer bagi keluarga dan masyarakat Inggris.

Kembali mengenai fenomena di Inggris, saat saya melakukan kunjungan ke Sekolah Dasar dan TK-TK di Inggris dua tahun lalu  saya selalu mendapatiperaturan  larangan mengambil foto di sekolah, khususnya terhadap anak-anak/siswa tanpa seizin sekolah dan orang tuanya, apalagi sampai dipublish di media sosial seperti facebook dan twitter. Jika anda memotret tanpa izin dan bahkan foto-foto anak muncul di media sosial, bisa jadi 1-2 hari kemudian anda sudah berada di kantor polisiuntuk dikenai denda atau bahkan mendapatkan hukuman kurungan. Hal ini  menunjukkan bahwa perlindungan terhadap anak dan kesejahteraan psikologis anak sudah dimantain dan dibangun dengan baik sejak anak berada dalamperiode usia dini. Belum lagi di setiap sekolah di Inggris selalu diadakanprogram Bully book, di mana anak-anak yang melakukan bulyying akan dicatat dalam sebuah buku dan apabila sudah terlalu banyak catatan bullyingnya sang anak akan dikumpulkan di ruangan tertentu dan anak tersebut akan diberikan sesi konseling yang melibatkan anak/siswa tersebutdan gurunya. Dan apabila setelah beberapa hari sang anak sudah bisa menunjukkan perbaikan sikap, memiliki progress untuk tidak berpotensi mengganggu temannya lagi, sang anak boleh dikembalikan ke kelas dan bisa mengikuti kegiatan pembelajaran kembali secara reguler. Siswa/anak di sekolah-sekolah di Inggris juga dibekali dengan buku penghubung yang bisa mengkomunikasikan kemajuan perkembangan akademik dan psikologis anak, sehingga guru dan orang tua bisa kooperatif  dalam mengembangkan kemampuan dan karakter anak melalui pendidikan, karena pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab sekolah tapi yang lebih utamanya tanggung jawab keluarga khususnya Orang tua sebagai sumber norma pertama bagi anak dalam menjalani hidupnya . Hmmmm pada saat ituhal ini membuat saya mengurut dada sambil berkata dalam hati, "Kapan di negri saya bisa seperti ini?" Karena di negara saya yang sangat mengagung-agungkan kecerdasan kognitif yang pada akhirnya lahir di titik puncak adalah koruptor-koruptor, pembullly-pembully, masyarakat yang hobi bentrok dan berantem jika kalah pilkada, maupun beberapa fenomena sosial masyarakat lainnya yang tak pantut dicontoh.....Yup boleh dibilang saat 12 tahun bersekolah dari SD sampai SMA siswa-siswa di negeri ini kurang  memperoleh sentuhan psikologis.Sentuhan psikologis baru  bisa mereka dapat apabila melakukan kenakalan lalu dipanggil guru BK  just it titik.... Sisanya para siswa didrill hanya belajar secara kognitif demi kelulusan Ujian Nasional. “fiuuh ...Dalam sebuah perjalanan menyusuri Sungai Thames 2 tahun lalu itulah yang menjadi sedikit hipotesis yang bisa saya ambil saat melihat kejanggalan fenomena pendidikan negri ini...dan kadang membuat saya berpikir bagaimana cara mengubahnya.....hal yang sepertinya mustahil bisa diubah karena begitu carut marutnya masalah di negeri ini......

Namun sebuah pepatah cina berkata  Lebih baik  menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Hal inilah yang secara kongkret telah dilakukan oleh Mas Anies Baswedan melalui program Indonesia mengajar. Mas Anies mengumpulkan para lulusan terbaik dari universitas terbaik di negri ini untuk mengabdi kepada bangsa ini dalam menyebarluaskan ilmu yang telah mereka peroleh di universitas kepada para grass root negeri ini di seluruh pelosok negeri ini. Selain itu program ini juga dirancang untuk bisa menghasilkan para calon pemimpin bangsa yang berkompetensi tinggi, berwawasan luas namun bisa memiliki pemahaman grass root, karena para sarjana terbaik negeri ini ditempa selama 1 tahun menjalani hidup di pedalaman Indonesia mentransfer ilmu yang dimilikinya dan berperan menjadi role model bagi masyarakat di pelosok Indonesia. karakter-karakter yang amat langka dan jarang dimiiki oleh para pemimpin kita saat ini.

Terinspirasi kepada apa yang sudah dilakukan oleh Mas Anies Baswedan izinkan saya memiliki ide untuk menjadi heroes barang sehari.Saya memiliki mimpi untuk menciptakan sebuah gerakan menyadarkan Indonesia. Menyadarkan masyarakat bahwa sentuhan psikologis pada anak sejak usia dini itu penting, menyadarkan bahwa  menciptakan kesehatan dan kesejahteraan psikologis dalam sistem kurikulum pendidikan Indonesia itu sangat penting, menyadarkan bahwa yang namanya gangguan psikologis adalah hal yang lumrah dialami manusia sepanjang dia menghadapi permasalahan hidup, menyadarkan bahwa saat anda sedikit mengalami gejala gangguan psikologis, itu bukan berarti anda berhak mendapatkan cap gila dari lingkungan, menyadarkan bahwa saat anda mencari bantuan medis melalui sesi terapi di saat anda mengalami gejala psikologis ringan hal itu jauh lebih baik dibandingkan anda mendapati diri anda dipasung dan dikerangkeng karena sudah saking akutnya gangguan psikologis yang dialami anda karena anda tisak segera melakukan tindakan preventif mengatasi permaslaahan psikologis anda. Alhasil harus ada pemasungan karena jika tidak dipasung akan mengancam keselamatan orang lain. Izinkan juga saya membagi mimpi saya untuk mengajak para sarjana psikologi maupun para psikolog di Indonesia untuk menjadi nanny-nanny yang mampu menjadi sedikit pelepas dahaga bagi  permasalahan keluarga Indonesia  seperti apa yang terlihat pada program seri Nanny 911 di Inggris. Karena fondasi masyarakat itu tertanam di keluarga, jika penanaman nilai moral, agama, pembentukan social skills dan kasih sayang ditanamkan di keluarga dengan baik maka akan menghasilkan masyarakat yang sehat dan baik pula.

Pada akhirnya Saya menyampaikan penutup dari tulisan ini bahwa sesungguhnya kesehatan psikologis dan kesejahteraan psikologis memiliki korelasi yang sangat signifikan terhadap kesehatan medis dan produktivitas kerja masyarakat. Semakin sehat dan sejahtera kondisi psikologis sebuah masyarakat, akan semakin tinggi juga indeks kesehatan medisnya dan akan semakin produktif dan kreatif juga masyarakatnya. Dan jika ini terjadi imbasnya akan semakin tinggi juga kesejahteraan masyarakat negri ini secara ekonomi, dan pada ujungnya akan tercapai kemakmuran pada masyarakat negri yang kita cintai ini...

So Mari Kita Sadarkan Indonesia Bahwa Kesehatan dan Kesejahteraan Psikologis itu penting!

)* Penulis merupakan seorang Sarjana Psikologi dari Universitas Indonesia, Training Analyst di sebuah bank di Indonesia, dan Scholarship Holder Program BERMUTU Overseas Short Term Training Pendidikan Dasar di Institute Of Education, University of London, UK pada tahun 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun