Mohon tunggu...
Penalis Derry
Penalis Derry Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu mengukir diri untuk masa depan

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik. Founder penasiswa Muara Enim. Penulis pemula yang masih sangat muda. Menulis adalah merancang perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nudan: Dengan Sepeda Memberi Nafkah Keluarga

12 Mei 2018   12:44 Diperbarui: 12 Mei 2018   13:08 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nudan sedang beristirahat sejenak setelah mengelilingi beberapa gang. Sumber: Dok Pribadi

Hidup sulit terkadang seringkali menyurutkan niat seseorang untuk menafkahi keluarganya. Tak jarang ia mati dalam kelaparan karena ogah menemukan rezeki untuk memenuhi kebutuhan. Namun, berbeda dengan pria parubaya yang satu ini.

Di tengah-tengah hidup yang sulit, Nudan yang berumur 60 tahun tetap melakukan aktivitasnya sebagai pedagang keliling. Terik matahari tak pernah mengurungkan niatnya untuk berjualan. Ia bertekad kuat untuk dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Berdagang keliling menjadi sebuah impian bapak dengan tiga orang anak ini. Sewaktu muda, ia bekerja sebagai tukang bangunan bersama teman-temannya. Namun, memasuki usia yang terbilang tua nudan memutuskan untuk berhenti menjadi tukang bangunan, karena tenaganya sudah mulai berkurang.

Walau ketiga anaknya telah bekerja semua, namun nudan tak mau hanya berdiam diri di rumah. Ia mau mendapatkan penghasilan juga. Timbulnya keinginan untuk berdagang keliling disebabkan ia melihat pedagang keliling yang berjualan di sekitar indralaya yang dianggap dapat memberikan rezeki yang lumayan, walau tak sebesar gajinya dulu.

Dengan sepeda tua, ia pun memulai berdagang keliling indralaya dan menyusuri tiap lorong-lorong kosan mahasiswa. Ia tak malu berkeliling menjajakan dagangannya walau dengan sepeda tua. Tak banyak yang ia dapatkan dari berjualan tersebut. Ia hanya memperoleh untung tiap barang dagangan sekitar Rp 2.000-5.000. Pasalnya, ia juga membeli barang tersebut di Pasar Tradisional Indralaya. Barang dagangannya tidak beragam, hanya ada buah pisang dan kerupuk.

Setiap harinya ia selalu berjualan. Namun, ketika ia merasa lelah maka sehari ia beristirahat di rumah karena fisiknya tidak sekuat waktu muda dulu. Penghasilan terbesar yang pernah ia peroleh mencapai Rp 80.000. Baginya itu sudah cukup untuk menafkahi istrinya di rumah.

Setiap manusia sudah memiliki rezekinya masing-masing. Namun, rezeki itu harus diusahakan. Nudan menjelaskan kepada kita bahwa umur bukanlah batasan untuk mencari rezeki. Selagi kita mampu untuk bekerja, maka carilah rezeki itu. 

Satu hal lain yang dapat kita petik, bahwasannya berwirausaha adalah pekerjaan yang bisa mempekerjakan orang. Kita bisa mencari uang secara mandiri dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. 

Nudan adalah sosok pekerja keras yang tak mau berpangku tangan dengan orang lain, termasuk anaknya sendiri. Ia yakin, rezeki datang karena diusahakan.

Semoga kita dapat menjadi Seorang Nudan yang tetap semangat dan bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga walau anaknya mampu memberinya nafkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun