Dan lagi-lagi,untuk kesekian kali diri gw kembali memberi petuah kepada hati gw yang rapuh agar relamelepaskan kenangan di kota Bekasi dan kembali ke perantauan.
Ditemani mama ke stasiun, gw mulai beranjak bersiap meninggalkan Bekasi, kota yang penuh kenangan itu, hati gw pilu.
Akan selalu gw ingat ketika untuk pertama kalinya mama melepaskan gw, untuk berangkat menuju perantauan. Di stasiun, berlinang air mata memang, dan gw selalu benci itu.
Sejak dulu gw benci air mata, bagi gw air mata seolah-olah menarik gw dalam dunianya yang gelap penuh kekecewaan, membuat gw merasa sendirian, membayang-bayangi, menghantui, gw ketakutan…
Percayalah kawan, tak ada yang lebih menyedihkan takkala melihat air mata di mata orang yang kita sayang, terlebih air mata dari wanita luar biasa ini. Wanita juara satu penebar cinta kasih ini, Mama.
***
Mama sangat suci, istimewa, dan tak tergantikan.
Saat kita terjatuh, tak hanya membangunkan kita, tapi mama juga mencium luka kita seraya berkata,
” udah ga sakit lagi kan ?”
Gw rasa untuk urusan ini kalian sependapat denganku kawan.
Ingin menghapus kesedihan mama dan menggantinya dengan senyum tanpa air mata.
Tapi entah setan apa yang bersemayam di diri gw, sering kali gw buat mama bersedih.
Ketika itu pernah gw buat mama bersedih, saat prasasti kebanggan di hati mama karena sekolah SMA yang gw bina tiga tahun tanpa cacat bercela ( untungnya selalu naek kelas), hancur seketika, berantakan, tak tersisa, porak poranda bak dihajar tsunami.
Mungkin itu semua adalah buah dari kecuekan hati gw, perbuatan hati gw yang tidak bertanggung jawab, kurang memanage masa depan gw, kurang memikirkan, kurang bersemedi, alhasil waktu tes perguruan tinggi tahun itu, tahun 2009, ga ada universitas yang sudi menerima pinangan dari pejantan nan tampan macam gw, sungguh nestapa, damn! Hati gw durja.
Gw semakin ga rela melihat air mata mengalir di wajah mama, teringat dulu waktu gw SMP, waktu Tuhan menguji kekuatan fondasi keluarga gw.
Waktu itu papah seketika hilang kekuatannya, terkulai lemah, digerogoti sakit jantung yang melandanya. Papah yang adalah tulang punggung keluarga,tak lagi hebat seperti dulu, badan kekarnya telah menjadi kurus dan lemah, hanya bisa berbaring takkala itu.
Entah seperti apa keluarga gw waktu itu jika tak ada mama, mungkin tiap harinya hanya terisak-isak merasakan kesedihan, ketakutan, tak dapat berbuat apa-apa.
Tapi beruntung Tuhan menempatkan dan menciptakan hati dari emas kepada wanita ini, kepada mama.
Di saat seperti itu mama tak berputus asa, dia tetap tegar, mengambil alih semua, seolah tak ada yang perlu di cemaskan dan mama selalu bisa tersenyum.
Senyumnya inilah kawan,yang selalu bercahaya di hati gw, mengalahkan cahaya senyum pemain iklan pasta gigi, sungguh menenangkan.
Bila Albert Einstein boleh mendapatkan Penghargaan Nobel untuk teori relativitas umum dan menjadi terkenal ke seluruh dunia, maka mama seharusnya juga pantes mendapatkan Penghargaan Nobel karena senyumnya yang mempesona, karena kasih sayangnya juga, dan cintanya yang tak terbendung, melebihi cintanya terhadap dirinya sendiri.
***
Bagi gw tahun 2010 adalah jawaban dari doa-doa semua orang yang gw sayang. Tahun itu adalah pembuktian bahwa langit menyimpan doa semua orang percaya, tahun kemarin Tuhan mencurahkan berkahnya dengan cara yang indah tak terperi.
Sekarang Puji Tuhan papah udah mulai sehat, beraktifitas secara luar biasa, kembali berkuasa.
Dan gw juga bisa melanjutkan kuliah di Malang, meski berat meninggalkan keluarga, terlebih meninggalkan mama,dan jauh darinya, tapi gw tau ini untuk kebahagiaan bersama.
Gw juga tau mama berat ngelepas gw, tapi untuk masa depan gw, hatinya yang suci merelakan kepergian gw, demi masa depan yang penuh harapan katanya.
Disini, di kampung orang ini, di tempat perantauan, gw selalu inget mama.
Gw selalu inget kebaikannya yang dulu tiap pulang kantor selalu bawain nasi kotak buat kami anak-anaknya, padahal kami udah makan dirumah, meski padahal nasi kotak itu adalah jatah makan siang mama, yang jika dia bawa kerumah berarti dia mengambil resiko kelaparan karena tidak makan, namun mama tak peduli.
Saat gw tanya ” kenapa ga di makan di kantor mah, emang mama ga laper ?”
Lagi-lagi dengan senyumnya yang menawan mama menjawab simple,
” mana bisa mama makan enak tapi kalian ga ngerasain yang mama rasain”
hmmm… Sungguh mulia hati wanita ini.
Jika mengingat saat ajaib yang dulu pernah gw lalui bersama, gw selalu merindukan nya, merindukan tatapan hangat mama.
dan juga petuah-petuahnya
“jangan merokok kau ya,liat bapa tuh gara-gara ngerokok”
” kamu, sekolah yang tinggi, kalo bisa jangan kaya mama cuma lulusan SMA, cuma jadi pelengkap doang di kantor, ga dianggep “
***
Sekarang, meski sekarang gw belum bisa berbuat apa-apa, namun di hati gw berjanji, kelak akan gw buat mama bangga dan tersenyum puas hingga gemuruh bercampur gegap gempita di dadanya. Tak lain dan tak bukan itu semua hanya untuk satu kata, yaitu BAHAGIA.
Tulisan ini gw persembahkan buat kalian semua yang mempunyai keinginan yang sama seperti gw,marilah kita sama-sama membahagiakan hati suci milik seorang MAMA
1324537695702165217
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H