Dua puluh lewat tiga puluh enam malam
hujan itu telah pergi kemarin malam
kini yang tertinggal tinggalah muram
yang terdengar simfoni bernada kelam
dua puluh lewat tiga puluh tujuh malam
semenit berlalu
yang terdengar hanya pilu
ooh kasih, setangkai bunga mawar merah mulai layu
dua puluh lewat tiga puluh tujuh malam
diam kini mulai tengelam
rindu kini mulai terpejam
terbaring meredam
dua puluh lewat tiga puluh delapan malam
sekian kali menyapa
sekian kali pula duri dan taring menyiksa
bisa dan luka
dua puluh lewat tiga puluh sembilan malam
kelopak berjatuhan
dinding yang bisu kini runtuh
luluh rata tak tersisa
setengah sembilan malam
waktu berhenti pun juga nadi
sebelum jurang
ku pegang sebuah tangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H