Mohon tunggu...
Dermaga
Dermaga Mohon Tunggu... -

Ujung pena di dermaga, ombak adalah saksi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kicau-Kicau

19 Oktober 2015   22:26 Diperbarui: 20 Oktober 2015   11:36 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dia yang pernah mengeja perlahan namamu diam-diam sambil terpejam. Menarik nafas pelan-pelan juga mengingat satu persatu, huruf demi huruf. Kadang dia tersenyum ketika yang terbayang sebuah senyum mu, Begitu mengenang dalam. Adakah yang lebih sepi lagi sedih ketika  melihat kedua kaki berjalan menjauh?.

Kunang-kunang pantai terbang masuk kedalam hutan. Sebuah perperangan dimulai dengan luka dan diakhiri dengan kalah. Bahkan pepatah tentang tegar nya karang tidak bisa dipakai pada daging yang akan busuk. Dia yang menjadi mayat hidup di waktu-waktu nya sekarang. bermata remang. Bahkan bintang, bercahaya bimbang melihatnya.

Sering kali kau katakan kau lupa ingatan. Tapi segurat senyum nya selalu mengisi ingatan. kau tidak pernah menunggunya kembali, tapi tidak pernah sejengkal pun kau beranjak pergi. mengapa kau selalu datang sedangkan dia tidak pernah mengulang.

busur itu memang tepat mengenai hatimu, tapi telah patah dimakan waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun