Mohon tunggu...
deris alfianda
deris alfianda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sebagai Inspirasi dari Samudra Pasai ke Masa Kini: Lima Pilar Kemalikussalehan

8 Desember 2024   13:28 Diperbarui: 8 Desember 2024   13:29 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
monumen islam samudra pasai (dokpri)

#Dari Samudera Pasai ke Masa Kini: Lima Pilar Kemalikussalehan sebagai Inspirasi

Pada abad ke-13, Samudera Pasai, sebuah kerajaan Islam yang terletak di pesisir utara Sumatra, menjadi salah satu pusat peradaban Islam yang penting di dunia. Sebagai salah satu pintu gerbang masuknya Islam ke Nusantara, Samudera Pasai tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan pengamalan ajaran Islam. Salah satu warisan penting dari Samudera Pasai adalah konsep kemalikussalehan—sebuah pemahaman tentang bagaimana menjadikan diri sebagai insan yang saleh, baik secara individu maupun sosial. Lima Pilar Kemalikussalehan yang menjadi dasar ajaran ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam masa kini dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, budaya, dan spiritual.

Jejak Sejarah Kemalikussalehan di Samudera Pasai

Sebagai kerajaan yang berdiri pada abad ke-13, Samudera Pasai dikenal dengan kebijakan yang mengutamakan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, pilar-pilar kemalikussalehan berfungsi sebagai pedoman hidup yang mencakup berbagai aspek, mulai dari ibadah, moralitas, hingga interaksi sosial. Jejak sejarah ini bisa ditemukan melalui kajian terhadap peninggalan-peninggalan sejarah seperti naskah-naskah klasik dan prasasti yang ditemukan di wilayah tersebut.

Salah satu contoh konkret dari penerapan nilai-nilai kemalikussalehan di Samudera Pasai adalah cara kerajaan ini mengatur hubungan antara pemimpin dan rakyat berdasarkan prinsip keadilan, kasih sayang, dan musyawarah. Para ulama dan cendekiawan pada masa itu berperan aktif dalam memberikan nasehat dan bimbingan kepada penguasa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Di sisi lain, masyarakat juga dilibatkan dalam kegiatan sosial keagamaan yang mengarah pada pembentukan karakter mulia dan hubungan yang harmonis antar sesama.

Studi Kasus: Penerapan Pilar Kemalikussalehan di Komunitas Modern

Untuk memahami relevansi Lima Pilar Kemalikussalehan dalam konteks masa kini, mari kita kaji sebuah studi kasus penerapan ajaran ini di komunitas pesantren. Pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan kepribadian yang saleh.

Salah satu pesantren di Jawa Barat, misalnya, menerapkan lima pilar kemalikussalehan melalui program pendidikan yang mengintegrasikan pembelajaran agama dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Setiap santri dididik untuk tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial seperti pengabdian kepada masyarakat, pengelolaan zakat, dan pengembangan ekonomi umat.

Lima pilar kemalikussalehan yang diterapkan di pesantren ini terdiri dari:

  1. Ibadah yang Tulus – Menekankan pentingnya penghayatan ibadah yang murni, baik secara individu maupun kolektif. Hal ini mendorong para santri untuk beribadah dengan penuh kesadaran dan ketulusan, bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

  2. Akhlak yang Mulia – Menumbuhkan karakter dan moralitas yang baik, termasuk jujur, sabar, dan rendah hati. Santri diajarkan untuk selalu menjaga etika dalam berinteraksi dengan sesama, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

  3. Kebermanfaatan Sosial – Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat, dengan melibatkan santri dalam program-program sosial yang membantu meringankan beban masyarakat, seperti kegiatan bakti sosial dan pengelolaan lembaga keuangan mikro.

  4. Musyawarah dan Keadilan – Mengajarkan pentingnya proses musyawarah untuk mencapai keputusan yang adil dan berimbang, serta menghindari sikap diktator dalam memimpin.

  5. Pembentukan Akal dan Ilmu Pengetahuan – Selain mengajarkan ibadah, pesantren juga menekankan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, yang diharapkan dapat bermanfaat untuk umat.

Analisis Implementasi Lima Pilar Kemalikussalehan

Ketika melihat implementasi lima pilar kemalikussalehan dalam konteks pesantren, kita dapat melihat bahwa ajaran tersebut bukan sekadar teori yang tertulis dalam kitab-kitab klasik, tetapi sudah diterapkan dengan penuh kesadaran dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah hubungan yang harmonis antara aspek spiritual dan sosial.

Penerapan ibadah yang tulus dalam pesantren membentuk karakter individu yang tidak hanya fokus pada pencapaian pribadi, tetapi juga pada kebaikan bersama. Santri yang dilatih untuk tidak hanya mengejar pahala di dunia ini, tetapi juga memahami bahwa ibadah adalah cara untuk mengabdi kepada masyarakat.

Akhlak yang mulia yang diajarkan di pesantren membentuk generasi yang tidak hanya cerdas dalam beragama, tetapi juga memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama. Nilai ini sangat relevan dalam kehidupan modern, di mana konflik sosial dan ketidakadilan seringkali terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai moral.

Kebermanfaatan sosial yang menjadi salah satu pilar kemalikussalehan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat luas. Program-program sosial yang dilaksanakan oleh pesantren menunjukkan bahwa penerapan ajaran Islam tidak hanya terbatas pada ruang ibadah, tetapi juga merambah ke kehidupan sosial-ekonomi yang lebih luas.

Melalui musyawarah dan keadilan, pesantren mengajarkan para santri untuk selalu mengutamakan proses diskusi dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah, bukan dengan paksaan atau kekerasan. Ini adalah ajaran yang sangat relevan di dunia yang sering kali dibayangi oleh ketegangan politik dan sosial.

Terakhir, pembentukan akal dan ilmu pengetahuan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan zaman. Pendidikan yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu dunia adalah cara yang sangat efektif untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri.

Kesimpulan

Lima Pilar Kemalikussalehan yang diturunkan dari tradisi Samudera Pasai memiliki relevansi yang sangat tinggi dalam konteks kehidupan masyarakat modern. Dari aspek ibadah, akhlak, sosial, keadilan, hingga pengembangan ilmu pengetahuan, ajaran ini memberikan pedoman hidup yang holistik dan seimbang. Penerapannya dalam konteks pesantren menunjukkan bahwa ajaran-ajaran ini dapat dipraktikkan secara nyata, memberikan manfaat tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

Melihat penerapan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa keberlanjutan ajaran kemalikussalehan dari Samudera Pasai ke masa kini tidak hanya bermanfaat sebagai nilai spiritual, tetapi juga sebagai solusi dalam menghadapi berbagai tantangan sosial dan budaya yang kita hadapi saat ini. Seperti halnya Samudera Pasai yang menjadi pelabuhan peradaban, lima pilar kemalikussalehan bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih baik bagi umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun