Mohon tunggu...
Deris Afriani
Deris Afriani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis, blogger.

I love to share about parenting, writing, blogging, beauty, food, book and promotion product.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pengalaman Check-in di Hotel

22 Juni 2023   07:42 Diperbarui: 23 Juni 2023   00:18 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi: Horison Hotel Palembang 2011

Ini tulisan pertama saya di Kompasiana. Selama ini jadi silent reading dan belum berminat untuk membuat postingan di akun ini. Namun beberapa hari lalu, terbaca informasi mengenai event yang diselenggarakan Hotelier Writers di sini. Tema yang diangkat sukses menggamit ketertarikan saya untuk ikut berpartisipasi, yakni tentang Pengalaman Check-in di Hotel.

Hotel bagi saya masih memiliki makna eksklusif. Mewakili kemewahan dan kenyamanan, yang tentu saja tidak semua orang dapat menikmatinya. Begitu juga buat saya, tak setiap saat meski ingin, saya bisa merebahkan tubuh di kasur empuk hotel. Itulah mengapa, pengalaman menginap di sana menjadi momen spesial dan tak terlupakan. Sangking excited-nya terhadap pengalaman ini, saya bahkan pernah menuliskannya di www.derisafriani.com.

Frontliner Hotel Pertama, Bikin Hati deg-deg ser!

Pertama kali saya menginap di hotel berbintang pada tahun 2011 lalu. Kala itu perekonomian keluarga kami tidak dalam keadaan baik. Namun sangat bersyukur, Tuhan memberikan kesempatan mengecap nikmat satu ini, meski versi gratisan.

Saya masih ingat betapa rasa tidak percaya diri meliputi saya. Ada rasa minder karena selama ini saya selalu beranggapan hotel hanya untuk orang-orang kaya. Namun jika tidak dicoba, kapan lagi bisa merasakan semua kemewahan itu?

Dengan mengendarai kendaraan roda dua, saya, suami dan kedua anak kami menuju hotel berbintang di pusat kota Palembang. Jujur, tangan saya terasa dingin sangking gugupnya.

"Bi, beneran ini gak bayar? Nanti kalau diminta bayar gimana? Kita kan gak pegang uang banyak." Cemas saya berbisik di telinga suami saat motor kami memasuki area parkir hotel.

"Gak Mi. In sha Allah gak bayar." Jawaban suami sangat tidak meyakinkan. Pasalnya saya tahu dia juga gugup.

Sampai di depan hotel, dua orang petugas lelaki hotel menyambut kami dengan senyuman. Ramah sekali mereka menyapa. Rasa takut masih menguasai. Saya khawatir kami akan diusir. Ya ampun... Kalau mengingat semua itu, asli saya mau tertawa.

Nyatanya mereka mengantarkan kami ke meja Resepsionis dan menawarkan untuk membawakan tas ransel besar yang kami bawa. Tentu saja kami menolak dan mengucapkan terima kasih. Saya dan kedua anak kami, dipersilahkan duduk di sofa. Suami langsung mengurus keperluan check-in. Ia menunjukkan voucer gratis hotel yang kami punya kepada Resepsionis. Tentu disambut dengan senyum manis dan kata yang baik.

Saya perhatikan, penampilan Resepsionis itu sangat sopan. Rambut digelung ke atas dan dijepit sedemikian rupa. Menggunakan blezer tangan panjang, saya tebak ia memakai rok selutut, stoking hitam dan sepatu hak tinggi. Karena tertutup meja Resepsionis, saya hanya bisa menebaknya. Menyamakan dengan penampilan beberapa karyawan perempuan di hotel itu yang sempat saya lihat. Keseluruhan membuat kesan rapi dan profesional.

Rupanya hanya butuh KTP saja untuk Check-in. Setelah menunggu sejenak, kami diberi kunci kamar dan dipersilakan naik lift menuju kamar yang telah ditentukan.

Sampai di kamar, rasa nyaman langsung menyergap seluruh tubuh. Membuang napas lega, dan membuka gorden jendela lebar-lebar. Cahaya masuk memenuhi ruang kamar. Indahnya... Nyamannya... Sungguh saya tidak mengira bisa merasakan semua itu.

Secara keseluruhan saya sangat terkesan dengan sambutan Frontliner Hotel pertama saya ini. Mulai dari petugas lelaki di depan pintu hotel, hingga Resepsionis semuanya memberi perasaan nyaman dan dihargai. Tidak ada tatapan heran apa lagi menghina terhadap penampilan kami sekeluarga dari semua karyawan hotel yang kami temui. Tidak terjadi hal memalukan, dipermalukan atau pengusiran seperti yang sempat saya pikirkan. Pengalaman yang sangat membahagiakan.

Check-in di Hotel tak Ramah Anak

Empat tahun lalu saya pernah juga menginap di salah satu hotel bintang tiga di Palembang. Saya kurang mengamati bagaimana penyambutan Frontliner di sana, karena semua suami yang urus dan saya fokus pada anak-anak dan keluarga.

Hanya saja, kamar yang kami dapatkan sangat tidak nyaman. Kami menyewa tiga kamar. Saya sendiri membawa bayi kala itu. Kamar semuanya berbau rokok. Saya tidak tahu apakah kami salah pilih kamar karena tidak minta kamar khusus bebas rokok pada saat awal check-in, atau memang seperti itu pelayanannya. Tapi seandainya ada yang bebas rokok, setidaknya Resepsionis menawarkan meski harus ada tambahan biaya.

Kami sempat mengeluhkan persoalan bau rokok ini dan satu kamar dipindahkan. Sayangnya masih dapat kamar yang bau rokok juga, namun tidak separah sebelumnya. Meski jendela sudah dibuka lebar-lebar, bau asap rokok menempel di gorden, seprei, bahkan di kamar mandi tak bisa hilang baunya. Sungguh pengalaman yang tidak mengenakan.

Kesan di Hotel Diskon Via Aplikasi Booking Online

Screenshoot pemesanan online
Screenshoot pemesanan online

Saya pernah antara iseng dan nasib-nasiban memesan penginapan paling murah via salah satu aplikasi booking online. Kebetulan dapat diskon hingga membayar sewa seharga RP. 50.000-an saja.

Saat akan check-in, saya sempat bingung. Pasalnya tidak ada orang di ruang check-in. Saya panggil-panggil tidak ada sahutan. Sampai bertanya ke warung depan memastikan apakah penginapan ini buka atau tidak.

Setelah menunggu cukup lama, barulah pegawainya muncul. Tidak ramah dan tidak profesional. Tidak ada senyum, tidak ada basa-basi. Tapi proses check-in cukup mudah, dengan menunjukan KTP saja. Kunci langsung saya terima. Penginapan ini penginapan biasa. Kamar mandi di dalam kamar, dan disiapkan dapur umum. Lumayan juga untuk merebahkan dan membersihkan diri.

Sama-sama Manusia

Dokumen Pribadi: The Jayakarta Daira 2013
Dokumen Pribadi: The Jayakarta Daira 2013

Ya, tidak semua momen menginap di hotel meninggalkan kesan senang. Saya pikir, pelayanan, fasilitas dan penyambutan, tergantung dengan bintang hotelnya. Beberapa kali check-in di hotel berbintang empat ke atas, semuanya meninggalkan kenangan menyenangkan. Saya selalu ingin kembali dan merindukan suasana di sana. Frontliner memberikan kesan hangat dan menghargai. Kami diperlakukan selayaknya tamu yang sangat dihormati.

Sedikit berbeda kesan ketika menginap di penginapan biasa. Ya, mungkin harga menentukan kualitas. Tapi akan sulit naik tingkat jika tidak berusaha profesional. Karena sama-sama manusia, saya paham bekerja itu sulit, terlebih menjadi pegawai di hotel yang harus bertemu dan melayani banyak orang. Namun memberikan senyum dan ramah tamah, rasanya perlu ketulusan, bukan kepura-puraan atau tergantung pada besarnya upah, melainkan lahir dari kepribadian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun