Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Penulis - Hanya orang biasa

Hidup ini indah kalau kita bisa menikmatinya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pengantin Pembawa Petaka (Eps. Tamat)

30 September 2019   05:05 Diperbarui: 30 September 2019   05:08 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Terima kasih, Kei. Kamu datang menyelamatkanmu." Ucap DC setelah Parmita pergi.
" Kenapa menolak Ayla plus Sigra ?" tanya Keisha.
" Pengantin yang sudah dirasuki roh hingga berbulan bulan, bisanya pembawa petaka." DC tersenyum pahit.
" Mitos atau logika? " tanya Keisha.
" Dua-duanya."
" Apa dewa menganggap ini pembalasan yang setimpal dari roh Iwan ?"
" Entahlah. Aku merasa yang yang terjadi belum selesai. Masih ada klimaksnya. "
" Malam Pengantin Berdarah ?"
" Nah, itu baru namanya logika. Apa waktu menjadi pengantin kamu tidak berdarah.?" Tanya DC.
Keizah melotot, lalu tertawa. Dewa Cinta memang mengerti apa yang berdarah di malam pengantin.

Dua bulan kemudian, di meja trading DC tergeletak selembar undangan.
Menikah :  Genko Haritanutrisi.
Dengan
Parmita Tulani.
Tempat " Hotel Great Ball.
Tanggal 18 Juni 201x.
Jam 7 hingga selesai.
DC tersenyum melihat gambar Parmita berpakaain preweding bersama calon mempelai pria. Ternyata pilihan Mita foto paling tengah yang dulu ditunjukkan Mita.
Rekan DC tak satu pun yang diundang. Jonatan Ferdi berpikir apakah ia harus pergi atau tidak. Sejak penolakan di restoran Manja, Parmita tak pernah menghubunginya. Sampai tiba undangan ini.
DC enggan pergi sendirian. Jadi, dia menghubungi Keisha.
" Mau melihat keramaian, Kei ?" tanya DC.
" Kemeriahan apa ?" tanya Keisha.
" Parmita Tulani mengundangku. Aku segan datang sendirian. "
" Oke, jemput aku ya."
DC mengiyakan.

Tanggal 18 Juni 201x bertepatan dengan hari Sabtu. Pesta pasti meriah jika diadakan di malam minggu.  Jonatan Ferdi mengenakan jas, dan bersepatu mengkilat. Ia menjemput Keisha ke rumahnya.  Keisha pamit pada suaminya, meminta suaminya memberi minum susu pada anak mereka jam 9 malam, dan meninabobokkan Maria. Keisha bukan klien Jonatan Ferdi. Keisha klien DC Tua, tapi sekarang setiap dibutuhkan ia bersedia membantu DC muda.
" Suamimu masih pendiam seperti dulu," ucap DC sambil menyetir.
" Lebih baik punya suami pendiam ketimbang pria gatal yang  bersuit setiap melihat wanita berjalan sendirian."
DC ketawa.
Saat tiba di Hotel Great Ball, parkiran penuh dengan mobil bermerek mahal. Hanya satu dua yang memakai Innova. DC menahan kegrogian. Mengajak Keisha membuatnya lebih pede menghadapi orang orang kaya yang berseliweran di ruang pesta.
Akhirnya, Ia tiba di depan pasangan pengantin. Ia menyalami Genko, lalu Parmita. Malas berbasa basi, ia mengajak Keisha ke tempat mengambil minuman. Ia mengambil segelas minuman yang permukaannya berbusa sedikit. Keisha ikut mengambil segelas.
" Hei, kok minum bir ?  Yang lebih keras donk." Sebuah suara agak menggelagar, dan bahu DC ditepuk dari belakang. Tanpa menoleh DC hapal itu suara Andi.
" Gelasnya cukup keras kok." Kata DC kalem.
" Kukira kamu tak datang."
" Aku datang untuk mengingatkanmu agar malam ini jangan makan. Agar tak tersedak tulang ayam." Canda DC.
" Ah, mana mungkin aku tersedak tulang ayam. Ayamnya dikukus hingga lunak, kok. " bantah Andi. Wajah full senyum 24 karat. " Ini siapa? Pacarmu?" tanya Andi sambil menatap Keisha.
" Sahabat. Namanya Keisha. "
Andi bersalaman dengan Keisha, lalu mengatakan ia sibuk harus melayani tamu yang lain. DC tak berkomentar.
" Kenapa kamu melarangnya makan di pesta semeriah ini ?" tanya Keisha.
" Hanya bercanda." Jawab DC. Mereka membawa minuman sambil berjalan, bertemu dengan beberapa teman, ngobrol sejenak, lalu berjalan lagi. Tanpa sengaja mereka bertemu nyonya Tulani. Nyonya Tulani menyapa DC,  mengucapkan terima kasih atas bantuan DC, dan menyuruh DC makan minum sepuasnya. DC mengiyakan.
Setelah puas berjalan ke sana sini, DC mengajak Keisha duduk di salah satu meja perjamuan. Tamu tamu sedang mengerubuti pasangan pengantin.
Tiba tiba terdengar suara benda jatuh. Sebuah meja ambruk berserta hidangannya akibat diterjang seseorang. DC dan Keizha menatap ke asal keributan.
Beberapa orang menangkap tubuh itu, yang tak diduga orang itu adalah Andi Tulani. Ia berjalan sempoyongan sambil memegang lehernya, seakan lehernya tersangkut sesuatu.
Heboh. Seluruh tamu yang hadir terdiam melihat Andi Tulani berkelojotan. Beberapa teman dekat berusaha membantu Andi, menahan geraekan Andi, memukul tengkuk Andi, bahkan ada yang memukul punggung Andi.
Mata Andi melotot, akhirnya diam tak bergerak. Seseorang menelpon rumah sakit, minta dikirimi dokter yang menangani orang tersedak.
" Kamu sudah menduga kejadian ini, bukan ?" kata Keisha.
" Aku menduga akan terjadi sesuatu, hanya tak mengira Andi akan tersedak makanan lunak semacam baso tenis. Lagian, coba kamu lihat ke atas meja.Mana ada pesta yang menyediakan hidangan bakso tenis di restoran bergengki ?"
Keisha mengamati meja, dan tak menemukan menu berbahan baso tenis.
" Apa dugaanmu ?"
" Kurasa, pada saat orangtuanya sekarat, ada yang meminta bantuan Andi. Andi tak bersedia membantu. "
" Kita pulang ?" ajak Keisha.
DC mengangguk. Hari ini ia menghadiri pesta pernikahan, besok menghadiri pemakaman.
Inilah ironi dunia.
Tamat 

Sampai berjumpa di serial DC lain

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun