Saat ia tiba di dermaga Sungai Alam, gelap sudah total. Ia jongkok di pinggir dermaga menangisi nasibnya. Terdengar gumaman lirih dari mulutnya " Tiong It... Tiong It.... "
Dahan bakau bergoyang-goyang. Awai terlalu sedih hingga tak melihat ke sekelilingnya. Goyangan dahan bakau semakin keras, namun Awai tak peduli. Hingga akhirnya ia dikejutkan oleh teguran.
" Tiong It menyakiti hatimu ?"
Awai terlonjak akibat kaget. Ia mendengar suara wanita. Suara yang tak dikenal olehnya. Ditatapnya laut, perahu yang tambat di dermaga, terakhir dahan bakau yang bergoyang-goyang. Seingatnya dulu disitu terikat sebuah buaian bayi, dan Kuiyi si Gila itu sering menidurkan anaknya yang tak ujud di ayunan itu.
" Siapa anda ? Tolong tunjukkan dirimu !" seru Awai diantara rasa takut dan penasaran.
" Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya peduli nasibmu."
" Apakah kamu Hantu Laut ?" tanya Awai
" Anggaplah begitu."
" Apakah anda yang menolongku di dermaga belakang pasar ? "
" Itu salah satu wujudku, "
Awai kaget mendengar jawaban suara itu. " Salah satu wujudmu ? Apakah anda berwujud banyak? Apakah anda hantu ?" tanya Awai.