Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 39-42

23 April 2018   08:55 Diperbarui: 23 April 2018   09:31 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juwita menjual mainan dan asesoris wanita. Awai tak kenal pemiliknya. Di Bengkalis mencari pekerjaan butuh koneksi. Biasanya orang mencari karyawan dari sesama anggota keluarga.

" Aku tak kenal pemiliknya." Jawab Awai.

" Aku kenal. Nanti kukenalkan, mau ?"

" Boleh juga."

" Sekarang, ajari aku mendayung."

" Engga malu diajari oleh orang yang lebih muda ?" tanya Awai.

" Kenapa harus malu? Kamu lebih pintar dariku, sudah seharusnya aku belajar dari yang lebih ahli, kalau belajar dari orang besar tapi tak mahir, percuma donk," Tiong It mengatakan hal itu dengan enteng. Awai tertawa.

" Sini, duduk di depanku. " pinta Awai. Mendayung ada berbagai cara. Kalau sendiri, sebaiknya duduk di bagian belakang perahu, kalau duduk di tengah, memindahkan dayung ke kiri dan kanan agak membuang waktu dan tenaga, sebaiknya dilakukan berdua.

Tiong It duduk di depan Awai, mirip dipeluk Awai dari belakang karena tangan Tiong It harus memegang dayung dan Awai mengajari dari belakang. Mulanya perahu tak mau berjalan, diam di tempat, hanya goyang-goyang di tempat, lalu berhasil berjalan sedikit tapi mencong ke kanan dan ke kiri mirip jalannya ular air. Awai mengajarkan berbagai teknik, terkadang dayung di sebelah kanan, jika jalan perahu lurus, boleh terus di kanan, namun jika agak berbelok, dayung harus dipindahkan ke kiri, atau, kalau mau perahu stabil, dayung 3 kali di kiri lalu pindah 3 kali ke kanan.

Jantung Awai berdebar tak karuan saat tangannya bersenggolan dengan tangan Tiong It. Selain tangan, terkadang dadanya bersentuhan dengan punggung Tiong It, membuatnya panas dingin bagai tersengat duri ikan patin. Walau begitu, ia merasa hatinya senang tak terkira, belum pernah ia segembira ini seumur hidupnya. Sudah 3 tahun ia menjala bersama Akun, belum pernah ia merasa seasik ini.

Tiong It juga merasakan hal yang sama. Gesekan dada Awai di punggungnya membuatnya ingin menoleh ke belakang, ingin memeluk Awai secara berhadapan, tapi, kalau ia berbalik, tindakan seperti itu pasti dinilai kurang ajar, mereka baru bertemu 2 kali. Paling tidak 10 pertemuan barulah ia boleh menyenggol Awai agak intim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun