Mohon tunggu...
derina putri
derina putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya mempunyai hobi kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Kesenjangan Sosial Bagi Masyarakat Jalanan

17 Januari 2024   21:44 Diperbarui: 20 Januari 2024   18:07 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bogor, 16 Januari 2024 Lampu merah jambu dua

Situasi lapangan pekerjaan yang kurang dapat memberi tantangan serius bagi negara ini. Faktor faktor seperti tingginya tingkat pengangguran, keterbatasan peluang kerja formal dan kesenjangan ekonomi mampu menyulitkan orang mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak dari mereka yang tidak dapat pekerjaan dan mungkin tidak memiliki modal untuk membuka usaha sendiri, faktor ini sangat memungkinkan seseorang mencari nafkah untuk keberlangsungan hidupnya dengan menjadi pengamen badut. Ini mencerminkan keterbatasan akses pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi masyarakat.

Berbicara soal pengamen badut, sama halnya tidak jauh mengikuti persoalan mengenai kemiskinan. Bukan rahasia, bahwa pandemi ikut andil dalam peningkatan presentase kemiskinan di indonesia. Penyebab mereka menjadi badut adalah karena faktor keterbatasan ekonomi. Faktor mereka menjadi badut adalah orang tua yang kurang memberikan pendidikan kepada anaknya. Fenomena sosial ini pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan dari badut tersebut. Secara fisik, pengamen badut memiliki badan yang sehat dan usia yang masih dibilang belia, seharusnya mereka melakukan pekerjaan lainnya, bukan hanya sekedar mengharap belas kashian dari pengguna jalan.

Hasil wawancara dengan pengamen badut.
Zidane : "Udah berapa lama pak kerja jadi badut?"
Pengamen badut : "Sekitar 11 tahun"
Zidane : "Penghasilan perhari berapa pa?"
Pengamen badut : "Bisa 100 ribuan"
Zidane :" Kenapa ga cari pekerjaan yang formal pak?"
Pengamen badut : "Sulit cari pekerjaan, karena keterbatasan pendidikan juga. Dari pada kita tangan panjang lebih baik kerja kaya gini halal."
Zidane : "Apa lowongan pekerjaan yang dibuka pemerintah sulit untuk di dapat?"
Pengamen badut : "Sebenernya lowongan pekerjaan ada aja, tapi kita udah nyaman di pekerjaan ini."

Berikut langkah langkah pengembangan strategi untuk mengatasi masalah ini:
1. Peningkatan akses pendidikan. Masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan akses pendidikan untuk daerah-daerah terpencil. Dengan adanya progaram beasiswa juga sangat membantu untuk anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu yang ingin melanjutkan pendidikan namun tidak memiliki biaya.
2. Penciptaan lapangan kerja. mendirikan perusahaan untuk Menghasilkan kegiatan produktif di Indonesia, juga kreatifitas sangat dibutuhkan oleh angkatan kerja muda dibarengi dengan meningkatkan kualitas SDM .
3. Program Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan. Contohnya mereka seperti mengikuti kursus menjahit baju dan pelatihan pelatihan lainnya untuk pengembangan keterampilan mereka.
4. Dukungan Untuk Wirausaha Akses modal usaha kecil kecilannya seperti umkm agar mereka  belajar berwirausaha dan tidak bekerja sebagai badut, membangun perusahaan startup untuk membuka lowongan pekerjaan bagi para pengangguran.

Dari hasil penelitian dan observasi mengenai badut pengamen, dapat disimpulkan bahwa badut pengamen merupakan fenomena sosial yang muncul akibat kondisi ekonomi yang sulit, di mana orang-orang terpaksa melakukan pekerjaan ini untuk mencari nafkah dan bertahan hidup. Mereka umumnya memiliki latar belakang pendidikan rendah, dan keberadaan mereka menimbulkan berbagai makna yang perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, bahwa keberadaan badut pengamen mencerminkan kesulitan mendapatkan pekerjaan di Indonesia, pemerintah harus bekerja ekstra untuk membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat dan juga mengubah pola fikir para pengamen dengan cara bersosialisasi agar para pengamen bisa mencari nafkah dengan cara yang layak, memberikan dukungan sosial dan motivasi juga sangat berpengaruh dalam perubahan tersebut.

Penulis: Zidane Andika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun