Mohon tunggu...
Deril Rajendra Anindyo
Deril Rajendra Anindyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamualaikum! Saya Deril Rajendra Anindyo, saya merupakan Mahasiswa Sastra yang tinggal di Jakarta Selatan. Saya adalah orang yang sangat suka dan cinta dengan Sastra seperti Novel, Cerpen, hingga Film, akan tetapi saya juga mempunyai hoby selain dibidang Sastra yaitu bermain trik sulap. Dengan menulis apapun di Kompasiana, saya ingin membagi wawasan dan hiburan dengan apa yang saya punya kepada pembaca. Semoga apapun tulisan yang saya buat bisa menginspirasi siapapun yang membaca tulisan saya. Selamat Membaca!!!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Nikmatnya Shalat di Awal Waktu

3 Juni 2024   00:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   00:36 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar :Galeri pribadi/Masjid Martowidjoyo 

Setelah melakukan perjalanan jauh yang melintasi ratusan kilometer dari tengah pulau Jawa hingga perjalanan kembali menuju ke mantan ibukota, perjalanan panjang ini telah kami lalui dengan bensin mobil yang masih terisi penuh, cemilan-cemilan kecil, stok botol plastik minuman yang terbatas, serta Popcorn Butter yang mendamaikan lidah. 

Saat itu hari semakin menghitam dan perlahan-lahan sang surya mulai beristirahat kembali setelah seharian menemani kami di daerah Purwokerto, Bumiayu, hingga Rest Area untuk menunaikan ibadah shalat Maghrib dan membeli makanan untuk makan malam.

Saya, adek, dan ayah saya shalat Maghrib di Masjid Martowidjoyo Rest Area 101 KM Tol Cipali, saat itu Masjid memang ramai pengunjung dengan latar belakang, kota dan suku-suku yang berbeda. Jam menunjukkan kira-kira sudah melewati setengah 7 malam yang artinya tidak lama lagi akan memasuki waktu Isya, kami bertiga langsung bergegas ke Masjid untuk shalat Maghrib.

Saya dan adek saya duluan menginjak lantai Masjid dengan menaiki puluhan anak tangga hitam yang luas, mencari tempat wudhu, dan langsung berwudhu. Air yang begitu dingin dan deras membasahi wajah, kedua tangan, hingga kaki saya. 

Saat memasuki area Masjid, aroma-aroma wewangian parfum Arab atau sejenisnya sesekali tercium oleh hidung pesek saya, ornamen-ornamen payung seperti di Masjid Nabawi seakan menyambut pengunjung dengan hormat, dan dengan satu atau dua nyamuk sebagai setan kecil yang mengganggu dan menggigit-gigit saya selama di dalam Masjid.

Shalatlah saya bersama adek saya di Masjid sebagai masbuk dikarenakan sudah ada sekelompok orang yang mulai duluan melaksanakan shalat Maghrib berjama'ah dan kami berdua langsung mengikutinya di raka'at ketiga. Setelah shalat, saya duduk diam, berdoa dan melihat ayah saya di belakang yang sedang shalat sendiri karena mungkin datang atau masuk belakangan.

Saat saya melihat sebuah jam digital Masjid yang menunjukkan bahwa waktu Isya dimulai pada pukul 18:55, sempat terpikir bahwa orang tua saya yang ketika setiap perjalanan jauh atau keluar kota dan sedang masuk waktu Isya, terkadang seringkali menggerutu agar saya shalat Isya ketika sudah sampai tujuan entah itu di hotel, rumah, dan sebagainya.. alasannya sih agar cepat sampai. 

Tapi saya sebagai orang yang sedikit-sedikit paham dengan agama dikarenakan sedari kecil saya sering mengaji, bahkan pernah mengikuti TPA yang ternyata baru saya ketahui singkatannya sekarang yaitu "Taman Pendidikan Al Qur'an", yang dulu saya kira singkatannya adalah "Tempat Penitipan Anak" hahahahahahaha. 

Alhamdulillah agama saya lumayan kuatlah, minimal seperti shalat gak mau ditinggal dan pengen lebih awal gitu walaupun saya orangnya masih bisa dibilang harus terus belajar banyak tentang agama Islam (sebagai muslim yang masih belajar berserah diri dan beribadah kepada Allah). Tapi dengan saya masih dikasih rasa atau iman seperti itu sampai sekarang rasanya alhamdulillah banget! Kayak dunia dan akhirat masih menyambung menjadi satu di hati saya.

Hal itu lah yang membuat saya tenang ketika saya sudah selesai shalat Isya ataupun shalat fardhu (wajib) lainnya. Disaat perasaan saya masih gundah gulana apakah saya akan shalat Isya dulu disini atau malah shalat Isya di rumah, seorang pria berwajah dingin dengan baju biru muda lengan panjang dan dengan sarungnya yang bermotif kotak-kotak bergaris itu menyentuh pundak saya secara perlahan sambil berkata "yuk" yang ternyata adalah ayah saya sendiri. Saya pun langsung lepas landas dari karpet Masjid dan akan kembali ke mobil.

 Sebuah kenyataan yang sudah biasa bagi saya agar terus mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang tua, kata "jangan melawan orang tua" sudah cukup mendeskripsikan perasaan saya yang masih berperang melawan nafsu di dalam diri. 

Disaat saya masih berjalan dari lantai Masjid menuju aspal, azan Isya berkumandang dengan sejuk membuat suasana di lingkungannya menjadi damai seketika. Hingga kedamaian itu mendatangkan kemudahan dari lisan ayah saya yang membuatnya berkata..

"mas, Isya langsung mas".


Alhamdulillah begitu tenang hati saya setelah tadinya diselimuti kegelisahan yang amat mendalam dan kegelisahan itu akhirnya berubah menjadi rasa syukur atas kemudahan yang diberikan. 

Benar-benar peristiwa yang jarang terjadi menjadi terjadi kembali kepada diri saya saat itu, adik saya terlihat sudah mengambil wudhu kembali dan duduk bersama saya di karpet Masjid berwarna coklat itu. Saya dan adek saya duduk bersebelahan, menunggu Iqamah dikumandangkan dan akhirnya shalat Isya lah kami berdua dengan berjama'ah. 

Rasa tenang, syukur, dan gembira terus mengguyur perasaan saya yang tak bisa diungkapkan lagi dengan kata-kata. Begitulah kira-kira sedikit cerita atau pengalaman yang ingin saya sampaikan kepada yang membaca ini yang sebenarnya alhamdulillah masih saya praktekkan di kehidupan saya sampai sekarang dimanapun tempat saya berada ketika hendak mengerjakan shalat.

Sumber Gambar: Galeri pribadi/Masjid Agung Al Azhar
Sumber Gambar: Galeri pribadi/Masjid Agung Al Azhar


Saya memang bukan orang yang terlalu taat agama, bukan juga orang yang alim dan masih banyak salah, apalagi tulisan yang saya tulis ini yang mungkin masih ada tata bahasa atau kepenulisan yang salah dan kurang enak dibaca. Tapi tidak ada salahnya kan untuk berbagi manfaat dan saling mengingatkan sesama muslim? Namun dengan cara saya sendiri. 

InsyaAllah dengan yang saya tulis ini ada sedikit manfaat, nilai kebaikan, dan pesan yang bisa diambil untuk yang membaca walau mungkin ada beberapa pembaca yang berbeda pendapat dengan isi tulisan saya ini. 

Terima kasih sudah membaca diary kecil-kecilan saya ini hehehe semoga ada hal baik yang bisa di contoh seperti yang saya lakukan itu, dengan mengingat dan beribadah selalu kepada sang pencipta hati menjadi tenang dan damai, apalagi kalau shalat di waktu yang lebih awal uuuh pas sudah selesai tuh nikmatnya masyaAllah banget deh pokoknya!

Sumber Gambar: Galeri pribadi/Masjid Agung Al Azhar
Sumber Gambar: Galeri pribadi/Masjid Agung Al Azhar

Eeeh sudah Iqamah tuh, yuk shalat dulu yuk!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun