-Gangguan stres pasca trauma
Dampak KDRT juga akan mengakibatkan risiko gangguan stres pasca trauma yang dialami sang anak akibat hidup di lingkungan yang penuh kekerasan.
Meski terhindar dari kekerasan fisik, trauma yang ditimbulkan dari kekerasan rumah tangga tersebut ternyata berdampak pada perkembangan otak anak dan mengalami perubahan sifat, perilaku, dan kebiasaan yang menyebabkan anak mengalami perubahan pola tidur, cepat marah, sulit konsentrasi, mengalami mimpi buruk, hingga terkadang berpotensi melakukan kembali aspek-aspek pelecehan traumatis yang mereka amati pada orang lain.
-Depresi
Seorang anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan yang toxic dan penuh kekerasan. akan berisiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, gangguan konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga tumbuh dewasa.
(Sumber. Halodoc)
Hal inilah yang mendorong Sutradara yang juga memiloti film superhero wanita Indonesia bernama Sri Asih, menjadi mantap untuk mengangkat film dengan tema yang sangat berhubungan dengan kehidupan yang terjadi di Indonesia ini. agar filmnya mampu memberikan pelajaran dan nilai moral kepada penontonnya melalui film bergenre thriller dengan nyawa horor di dalamnya.
“Saya pengen sekali bikin cerita ini, supaya tidak ada lagi perempuan-perempuan seperti Renatta , dan tidak ada lagi laki-laki seperti Edwin. karena mungkin laki-laki itu mempergunakan dalil-dalil atau keyakinan itu, untuk melakukan pembenaran terhadap apa yang dia lakukan.” kata Upi.
Pada saat acara Konferensi pers film Sehidup Semati , Upi juga memberi pesan moral dari dirinya sendiri yang ternyata pernah ia dengar lewat omongan Kyai, bahwa kita harus berguru dengan guru yang benar, dan jangan sampai berguru dengan guru yang salah.
“Jika kalian berguru, pilihlah guru yang benar. karena kalau kalian gurunya salah, yaa akan lahirlah laki-laki seperti Edwin. jadi memang pilihlah guru yang benar dan tepat gitu, eeh itu saya dengar dari kyai juga ya hehe”.
Tutur Sutradara wanita yang pernah memenangkan penghargaan FFI ini.