jauh sebelum kau mengenal
payudara ini, setelah berkilo-kilo waktu
kau sentuh dengan hatimu, “ambillah,
aku tahu, kau haus mereguknya”
kaupun menyemainya dipinggir
jalan itu, arah untuk kau kembali, hingga
akhirnya tak pernah kutemui
disetiap sudut nafsu, di lorong ini
di alur ini, dijalanan itu
tapi, hari ini kau datang lagi
membawa payudaraku, mungkin kau bosan dengannya
“aku masih membutuhkan payudaraku” desahmu
angin agaknya yang merubah jalanmu
jauh sebelum aku mengenal
payudara ini, setelah berkilo-kilo waktu
kau sentuh, akupun bertanya...
hanyakah payudara yang bisa kau urus...
negeriku?
Yogyakarta, 11 Juni 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H