Duhai samudraku yang terkasih,
Ibu pesankan padamu, jika nanti kau menjadi seseorang yang mempunyai kekuasaan, maka, luaskanlah hatimu melebihi jagat raya. Rendahkan hatimu sedalam palung di lautan. Merunduklah seperti padi.
Nak kekuasaan yang kau miliki baik itu harta maupun kedudukan, semua itu tak ada yang abadi. Titipan nak, titipan. Perlakukan ia sekedarnya saja. Dan perlakukan orang-orang sekitarmu dengan kepedulian. Hormati mereka yang lebih tua darimu, sayangi dan ayomi mereka yang lebih muda darimu. Kau boleh memperlihatkan kekuasaanmu di depan orang-orang yang mempunyai jabatan, namun tunjukkan kasih sayangmu pada orang-orang yang tak berdaya. Tunjukkan kepedulianmu pada orang-orang yang lemah. Muliakan mereka yang telah menghormatimu.
Dan janganlah engkau memandang apalagi sampai memperlakukan orang lain karena harta, kulit luar ataupun penampilannya saja. Karena nak, yang kau lihat dari luar tersebut hanya topeng. Sampul yang dengan mudah direkayasa. Sungguh, tak ada yang lebih berharga dibandingkan ilmu, kearifan dan kejujuran. Karena ilmu hati dan pikiranmu tak akan gelap, kearifan dapat melapangkan langkah dan perjuangan, serta kejujuran adalah mata uang yang dapat kau gunakan dimanapun dan kapanpun.
Nak, aku ingin kau membumi. Akarmu mencengkram tanah. Kokoh, tak takluk diterjang badai. Batangmu beranting banyak, tempat burung-burung kecil menumpang hinggap. Buahmu manis, memberi senyum pada sesama. Daunmu rimbun memberi hidup pada sekitar, walaupun gugur namun tetap menjadi humus.
Batam, 2011-2012
sumber : http://rantauperempuan.wordpress.com/2012/02/16/surat-untuk-ananda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H