Krek, krek, krek. Pintu berhasil dibuka. Di dalamnya gelap. Tiba-tiba lampu menyala. Aldi kaget. Hampir pegangan obatnya terlepas. Ia melangkah masuk. Ruang bawah itu kosong, mirip ruang bawah tempat tinggalnya.
" Kakek Tosan ? Aku Aldi, membawa obat untukmu !" seru Aldi.
Tidak ada jawaban. Selembar kertas melayang layang, entah berasal dari mana, mengarah ke tempat Aldi berdiri. Aldi menangkap kertas itu, membacanya.
Naiklah ke atas !
Ruko itu hampir sama dengan tempat tinggal Aldi, bahkan tangganya serupa; 12 anak tangga. Pegangannya berukiran. Khas bangunan lama. Jika rumah ini pernah terbakar, kenapa semua ornamennya terlihat tua ? Andai setelah kerusuhan direnovasi, bukankah kayunya akan terlihat baru ? Aldi melangkah naik ke tangga.
" Kakek Tosan ?!" teriak Aldi.
Kembali ia tidak mendapat jawaban. Dengan menguatkan nyali ia membuka pintu kamar depan, tidak ada siapa-siapa. Kamar itu banyak barang, ada lemari, mirip ditinggali seseorang. Aldi menutup pintu dan bergerak ke kamar belakang.
Hawa tak sedap menyerbunya. Di lantai, seseorang terbaring di kasur, kepala agak tinggi akibat dialas beberapa bantal.
" Kakek Tosan, " seru Aldi, sedih melihat orang tua itu terbaring lemah seakan lumpuh tak bertenaga.
 Mata Oyong Tosan melotot, seakan tidak suka dikunjungi. " Siapa yang memberimu kunci ?!"
Aldi terbengong. Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya ? Tanpa disadari ia mengulurkan klintingan yang terbawa olehnya.