Episode 03
" Gimana, Al? Sudah 5 malam. Ada yang istimewa dengan kosanmu ?" tanya Jean. Hari ini Sunadi keluar untuk mengurus ISBN ke Perpustakaan Nasional. Sekaligus menemui temannya di IKJ.
" Orang yang tinggal disana ramah," jawab Aldi, matanya fokus ke naskah. Membaca kata demi kata. Menuliskan pembetulan di bawah kalimat yang salah.
" Maksudku, rumah itu kosong selama bertahun tahun. Apa tidak ada yang aneh?" tanya Jean.
" Entahlah. Aku tak merasa adanya keanehan. Setelah 3 jam mengedit mataku lelah, mengantuk, langsung tidur. " jawab Aldi.
Jean menarik kursi mendekati meja kerja Aldi.
" Menurut omongan yang kudengar, dulu rumah itu angker."
Aldi berhenti membaca. " Angker gimana maksudmu ?" Â tanya Aldi penasaran.
" Ada yang melihat bayangan aneh di rumah itu, semacam penampakan."
Aldi mulai bergidik. Bulu kuduknya tegak berdiri. " Kok gak ngomong dari dulu, Jean?"
" Kamu gak ngomong kalau kamu pengen menyewa disana. Datang-datang kamu ngomong: aku pindah ke Glodok besok. Lupa apa yang kamu ucapkan padaku di waktu itu ?"
Aldi terdiam. Betul sih, waktu itu ia bertengkar dengan teman kosnya, langsung mencari kos baru. Entah kenapa waktu itu ia mendatangi agen properti, menanyakan apakah ada kamar murah yang disewakan. Waktu itu ia berharap dengan menyewa kamar sendiri ia bebas dari gangguan teman kos.
Sikap Jean terlihat misterius. Aldi curiga Jean sedang berusaha menakut-nakutinya. Naskah itu Senja di Tanah Tinggi, Â sudah selesai diedit dalam 4 malam. Â Empat malam ia mendapat tambahan penghasilan lima ratus ribu. Jika berlanjut, sebulan ia akan mendapat tambahan penghasilan 2 juta. Jean pasti iri akan hal itu, pasti menyesal telah memberinya pekerjaan tambahan. Â
" Seberapa seram penampakan yang dilihat orang?" Aldi sengaja mengikuti arus, pura pura larut dalam sandiwara yang sedang dimainkan Jean.