Mohon tunggu...
Dere Linggau
Dere Linggau Mohon Tunggu... Freelancer - Kita bersaudara, jika bukan saudara seiman, kita saudara setanah air, Jika tidak setidaknya kita mempunyai hobi yang sama

Takdir bukan hukuman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mas Pur Berlebaran di Korea

25 Mei 2020   15:29 Diperbarui: 26 Mei 2020   07:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri; mengisi absen sebelum sholat di mulai

Jika ingin sukses maka keluarlah dari zona nyaman... Tidak semua orang mau menderita dan jika di tawari apakah mau hidup menderita? mungkin dari separuh penduduk bumi ini, semuanya akan menjawab dengan yakin "tidak mau" (ini baru perkiraan loh yah! Tidak ada data akurat mendukung pernyataan ini... Hehehe) tapi logikanya saja apakah ada orang yang mau hidup menderita?

Biar tidak merembet kemana-mana jadi saya batasi tulisan dengan mengambil dari sudut pandang seperti manusia pada umumnya yaitu orang awam saja, jadi jangan samakan diri kita dengan Siddhrtha Gautama yang rela meninggalkan istana untuk hidup menderita seperti rakyatnya.

***

Setiap orang pernah dan akan menderita dalam hidupnya terlepas apakah dia orang baik apa jahat karena kita hidup di dunia yang sama. Orang kaya menderita karena kekayaannya, orang miskin menderita karena kemiskinannya, orang yang tidak mempunyai keluarga menderita karena tidak mempunyai keluarga dan lain-lainnya.

Jadi apa hubungan pembahasan penderitaan dengan kalimat di awal paragraf dan judul artikel ini? Ini adalah sebentuk semangat untuk teman-teman yang saat ini tidak bisa berkumpul dengan keluarga dan orang terkasih. 

Para anak rantau (mahasiswa dll) tulang punggung keluarga (pahlawan devisa, papa long legh; ayah yang bekerja dan hidup jauh dari keluarga dll) serta mereka yang tidak bisa pulang karena efek PSBB 


***

Beberapa tahun kemarin saya sudah merasakan hal yang sama yaitu hidup sendirian dan jauh dari keluarga dan rasanya alamak sangat tidak enak sekali, karena tidak bisa makan masakan khas lebaran yang di masak langsung oleh Mamak tercinta. 

Alhamdulillah tahun ini bisa berkumpul lagi tapi kali ini saya ingin berbagi kisah dari seorang teman yang tahun ini adalah kali pertama ia hidup berjauhan dengan keluarganya dan merayakan lebaran di negeri orang.

Namanya Purwanto, biasa di panggil Pur.
Kalau mendengar namanya kita bisa menebak bahwa dia adalah orang Jawa tapi entah saya juga tidak tahu apakah dia benar-benar orang Jawa asli atau keturunan saja yang sejak lahir belum pernah tinggal di Jawa.

Saya kenal  Pur di sebuah lembaga pendidikan bahasa asing di kota Palembang, kami sama-sama memiliki keinginan yang sama yaitu bisa pergi ke Korea tapi dengan niat yang berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun