Mohon tunggu...
Dere Linggau
Dere Linggau Mohon Tunggu... Freelancer - Kita bersaudara, jika bukan saudara seiman, kita saudara setanah air, Jika tidak setidaknya kita mempunyai hobi yang sama

Takdir bukan hukuman

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lubuklinggau Itu di Mana?

9 Agustus 2019   09:27 Diperbarui: 28 Agustus 2019   15:12 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Palembang siapa sih yang gak tahu? Apalagi beberapa tahun yang lalu pernah menjadi tuan rumah PON XVI 2004, SEA Games 2011, Asian games 2018 dan Februari 2019 ini menjadi tuan rumah Triathlon di Jakarta dari semua event bertaraf internasional itu nama Palembang semakin dikenal terlepas dari kuliner olahan ikannya yang sungguh enak.

Nah bagaimana jika saya bertanya tentang kota Lubuklinggau, adakah yang tahu? Mungkin ada yang tahu mungkin juga gak ada yang tahu... Yah "Mungkin" adalah jawaban yang tak pasti karena saya juga tak yakin semua orang tahu dan juga tak yakin semua orang juga tak tahu.

Kota Lubuklinggau dikenal sebagai kota transit, kenapa? Karena jika kamu ingin ke Jambi, Padang, Medan, Bengkulu dan Lampung melalui transportasi darat akan melewati kota ini yang mempunyai slogan sebiduk semare yang artinya adalah satu dalam perahu. Ini kelebihannya sedangkan kelemahannya adalah terletak di perbatasan. 

Maka jangan heran selalu menjadi daerah rawan kriminalitas (bahkan saya pernah membaca surat kabar lokal dengan headline news di halaman utama dengan huruf bold tertulis Kota Lubuklinggau Kota No 2 Dengan Kriminalitas Tertinggi Di Sumatera Setelah Palembang) sedih sebenarnya tapi ini adalah kenyataannya dan yang tambah membuat sedih adalah para pelaku kejahatan itu kebanyakan bukanlah warga asli Lubuklinggau.

Dalam perjalananku di kota lainnya sering aku  ditanya penduduk lokal 

"Asli orang mana, Mba?" 

Jika lagi malas aku menjawab "Dari Palembang" 

Jika mood ku dalam keadaan bagus maka aku akan menjawab dari kota Lubuklinggau 

Dan jika dia bertanya lagi "Dimana itu?" 

Dan Disini jiwa putra eh salah putri daerah keluar (bahasa kerenya nasionalisme) dengan senang hati saya menjawab sebuah kota di pinggiran di Sumatera Selatan yang jaraknya 8 jam ke Palembang dan 3 jam ke Bengkulu dengan menggunakan kendaraan darat dan jarak itupun belum ditambah waktu istirahat di rumah makan, mengisi bensin di SPBU dengan antrian panjang dan singgah sejenak di mesjid/mushola untuk sholat 5 waktu (saya seperti duta wisata dadakan)

Apa yang terkenal dari kota ini? Sejujurnya saya akan menjawab tidak tahu...! Karena apa?  Saya bingung mau menyebutkan apa saja karena semuanya biasa saja masih kurang fasilitas dan juga yang seharusnya akan terlihat wow bila di permak masih terlihat biasa saja belum ditambah biaya parkir kendaraan yang sangat mahal dipatok warga setempat.

Tapi akan tetap saya sebutkan agar tidak membuat penasaran. Untuk landmark-nya yang diunggulkan adalah bukit sulap, air terjun temam, air terjun sando dan ada 1 lagi air terjunnya tapi saya kurang informasi untuk yang dua terakhir ini. 

Oya jika kamu bertanya kenapa bukitnya disebut sulap karena jika dilihat dari jauh dari segala penjuru mata angin (Utara, barat, selatan dan timur, barat daya, dll) maka bukit ini terlihat sama bentuknya dan juga di sini sering diadakan lomba mount bike tingkat internasional maupun nasional dan yang baru-baru ini telah dilaksanakan kejurnas dan pra PON 2019. Jika ingin naik ke atas bukit dan malas menaiki tangga bisa mencoba kereta gantung untuk melihat pemandangan tanpa rasa capek. 

Untuk wisata religi-nya ada mesjid Agung  As Salam yang disampingnya ada taman kurma, mesjid ini bisa menampung ribuan jamaah untuk sholat lebaran idul Fitri dan idul Adha.

Mesjid Agung As Salam dan bukit Sulap Sumber: Instagram
Mesjid Agung As Salam dan bukit Sulap Sumber: Instagram

Sedangkan air terjunnya yang katanya  mirip air terjun Niagara di Amerika. Saat malam air terjun temam akan berwarna merah, hijau dan kuning (saya lupa warna apa saja) karena ada lampu sorot yang menyinari (jika ditanya apakah suasananya romantis? Entahlah saya kurang tahu karena saya belum kesana saat malam hari melihat secara langsung)

Sumber Instagram/faktanyagoogle
Sumber Instagram/faktanyagoogle

Untuk kuliner tak ada yang khas mungkin ini dipengaruhi oleh letak geografis yang berada di perbatasan jadi semua makanannya dipengaruhi oleh cita rasa dari semua daerah (Padang, Jambi, Palembang, Bengkulu, Lampung dan Medan) dan saya juga bingung harus menyebutkan apa saja, karena sulit? 

Saya dan teman kuliah pernah membuat daftar list makanan daerah kami dan list itu adalah sebagai berikut :

1. Mie ayam alasannya mie ayam di sini rata-rata berkuah gurih dengan isian tulang ayam tanpa daging disajikan terpisah dengan mienya

Dokpri
Dokpri

2. Bistik ayam/daging terbuat dari bumbu rempah hampir mirip dengan semur yang membuat beda adalah ditambah gula Jawa/aren dan saos atau buah tomat yang dihaluskan untuk mendapatkan rasa manis dan asam di Palembang mirip dengan Galbi hanya saja tidak ditambahkan saos tomat.

3. Model gendum, ini adalah jenis makanan berkuah hampir mirip dengan tekwan dan ada dua jenis model yaitu model ikan/tahu terbuat dari pempek yang dibuat dengan ukuran besar dan terbuat dari sagu/ tepung kanji nah yang satunya lagi adalah model gendum yaitu pempek yang digoreng dari gandum di goreng dengan ukuran besar dan dipotong kecil-kecil ketika di sajikan nah di Linggau modelnya di goreng kecil-kecil untuk kuahnya hampir mirip dengan kuah tekwan

4. Kopi durian yaitu biji kopi yang saat diolah dicampur dengan durian sehingga kopinya memiliki aroma durian  yang wangi selain itu juga ada kopi asli yang memiliki wangi yang harum semerbak. 

Dulu ada pabrik kopi dekat sekolah saya ketika melewati pabrik tersebut kadang saya berhenti sejenak sengaja untuk berlama-lama mencium aroma kopi tersebut.

5. Tempoyak, ini adalah hasil fermentasi dari daging durian yang disimpan lama di dalam toples sehingga memiliki rasa asam tidak dimakan langsung namun diolah dahulu bisa dijadikan pepes bersama ikan patin atau disambal tumis pedas dengan cabe tumbuk yang ditambah kunyit. 

Ada yang tidak suka buah durian bahkan mencium aromanya saja langsung muntah tapi anehnya bisa memakan sambal tempoyak ini.

Pepes tempoyak ikan patin sering di sebut brengkes/ pais. Sumber: Lostpacker
Pepes tempoyak ikan patin sering di sebut brengkes/ pais. Sumber: Lostpacker

Sumber Ig @Endeus
Sumber Ig @Endeus

6. Ketan dan srikayo salah satu dessert kesukaan semua umur. Ketan disini berbeda dari tempat lain karena memiliki rasa gurih dan asin serta aroma bawang putih dan srikayo biasanya disantap dengan lemang juga (ketan yang dibakar di dalam bambu). Biasanya paling banyak dijual saat ramadan

Sumber google
Sumber google

7. Ikan bumbu kuning saya pikir ini juga salah satu masakan asli kota Lubuklinggau tapi ternyata teman saya yang berasal dari bangka juga memiliki resepnya meskipun tak sama tapi hampir mirip. Cara memasaknya pertama ikan yang tellah dibersihkan di goreng sampai kering lalu di tumis dengan bumbu dapur yang telah dihaluskan lalu masak sampai kental. 

8. Sambal terasi rebung muda ini adalah salah satu sambal favorite ayah saya, rasa asamnya membuat segar dan menambah nafsu makan namun memiliki aroma ancing  (amis)

9. Sayur keladi sesuai namanya ini terbuat dari dari batang dan daun keladi dulu sewaktu ngkost di Palembang di kebun depan kosan banyak sekali ditumbuhi keladi dan ibu kost sering memanen dan mengajak masak dan makan bersama daun keladi tersebut. Untuk bumbunya biasa tak ada yang istimewa sama seperti bumbugulai lainnya. selain dibuat sayur gulai santan bisa juga dibuat pepes.  

10. Ikan Salai yaitu ikan yang dikeringkan berhari-hari melalui proses pengasapan, paling enak dibuat pindang (sejenis sup) atau disambal

Akh... Menulis ulang list kuliner ini sungguh sangat menyiksa diri yang saat ini sedang berada di rantauan rasanya ingin segera kembali ke kampung halaman. Orangtua saya adalah orang Musi Rawas bukan Linggau asli dan rata-rata pekerjaan utama masyarakat disini adalah petani karet/berkebun  begitupun dengan ayah saya ketika muda dahulu juga sering berkebun dan kakek saya yang pensiunan polisi pun sering berkebun dan beliau bercerita bahwa dulu rasanya nikmat sekali setelah lelah bertani dapat menyantap nasi hangat, sambal rebung muda, sayur keladi, tempoyak atau ngirup (menghirup) kuah pindang ikan salai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun