Mohon tunggu...
Dere Linggau
Dere Linggau Mohon Tunggu... Freelancer - Kita bersaudara, jika bukan saudara seiman, kita saudara setanah air, Jika tidak setidaknya kita mempunyai hobi yang sama

Takdir bukan hukuman

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Mantan Manten" Bukan Roman Picisan

10 April 2019   10:10 Diperbarui: 10 April 2019   10:30 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah enggak nonton film horror yang dari awal sampai akhir tegang dan jerit-jerit terus, saking seremnya? Atau film komedi yang buat perut sakit karena ketawa terus? Atau film drama yang menguras energy karena menangis sepanjang film di putar?

Setiap cerita pasti memiliki peminatnya masing-masing sesuai genre !

Nah bagaimana jika saya kasih tahu ada sebuah film Indonesia yang memiliki paket komplit. Romantisnya ada, horror mistisnya ada, komedinya ada, pelajaran hidupnya pun dapat kita ambil. 

Mantan Manten adalah sebuah film dari rumah produksi Visinema Picture dan disutradarai oleh Farishad Latjuba. Mendengar judul dan melihat posternya saja sudah terbayang bagaiamana alur ceritanya, pasti ceritanya tentang cinta-cinta an seperti FTV pada umumnya apalagi ditambah dengan melihat cuplikan filmnya. Tapi yang membuat saya tetap ingin melihat film ini adalah para pemainnya yang sudah mempunyai nama besar yang kemampuan aktingnya tidak di ragukan lagi.

"Saya sudah di Empire, jangan telat!" sebuah pesan wa masuk sore itu

Saya tersenyum saat membacanya karena saya sudah masuk daftar hitam sebagai tukang telat J

Sore itu setelah magrib, kami yang berjumlah 7 orang telah berkumpul untuk nonton bareng film Mantan Manten yang tayang perdana tanggal 4 April kemarin.

Saya Tertipu

Ternyata di film ini bukan roman picisan saja dan lebih dari itu banyak "kejutan" yang diberikan. Di awal film kita disuguhi adegan romantis Surya (Arifin Putra) melamar Yasnina (Atiqah Hosiholan) ditambah kehadiran Ria Irawan, Asti Welas dan Dodit Mulyanto menghadirkan tawa di setiap babak  sehingga untuk seorang yang penakut seperti saya yang sangat tidak bisa menonton film horror tidak menyadari bahwa ada sosok hantu di tengah-tengah cerita. 

 

Sahabat Terbaik

Jika sebagian penikmat film lainnya selalu fokus dengan pemeran utama saya malah selalu salfok (salah fokus) dengan second male dan female yaitu para aktor pendukung yang menjalani peran mereka sesuai porsinya yaitu sebagai sahabat atau pengganggu kisah pemeran utamanya. Beruntungnya Yasnina memiliki Adit yang selalu bisa hadir disetiap Nina butuhkan!

 

 

Patuh Kepada Orangtua

Indonesia kental dengan tradisi dan budaya dari timur meskipun Surya (Arifin Putra) pernah bersekolah di Amerika tidak membuatnya melawan dan membangkang keputusan orangtua dan keluarga besarnya.

Profesional Dalam Pekerjaan

Yasnina adalah sosok yang digambarkan sebagai perempuan modern, dominan dan terbuka sedangkan budhe Marjanti sebagai perempuan kaku, konservatif dan sangat menjunjungi tinggi nilai budaya namun mereka memiliki satu kesamaan yaitu sifat keras kepala yang seringkali membuat mereka beradu argument tentang emansipasi, kemandirian dan cita-cita perempuan. 

Perbedaan latar belakang tak membuat mereka saling membenci dan serang namun mereka saling mengamini pemikiran masing-masing karena semua sudah pada tempatnya. 

Yasnina seringkali heran dan mempertanyakan sikap budhe Mar yang mau-maunya berkerja tanpa mendapatkan imbalan yang pantas padahal Yasnina sendiri berprinsip memberi dan menerima.

"Semua bukan hanya tentang uang (nominal) tapi juga soal ikhlas" Jawab budhe Mar

Jika kau tanya bagaimana rasanya melihat mantan menikah atau bagaimana kalau saya berada di posisi Yasnina? Saya akan jawab biasa saja karena saya sendiri belum pernah merasakan ada di posisi Yasnina (Jomblowati cuy... hehehe) tapi untuk Yasnina saya ancungi dua jempol.

Belajar Adat Pernikahan Jawa

Saya adalah seorang rantauan dari Sumatera meski sudah tinggal di Jawa, jujur saya sendiri kurang mengerti tentang profesi perias pengantin ini dan saya baru mengetahui adanya dukun pengantin. 

Di zaman sekarang yang masih mempertahankan tradisi pernikahan Jawa lengkap adalah orang-orang terpandang dan masih ada keturunan keraton. 

Di sepanjang pemutaran film ada beberapa percakapan menggunakan bahasa Jawa dan untungnya di sediakan teks bahasa Indonesia untuk yang tidak mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun