Sesudah itu si pemilih pindah ke petugas terakhir untuk menggoreskan tanda tangan di buku daftar pemilih. Petugas akan mengembalikan KTP lalu memberi cap di kartu pemilih (jika punya) dan ditulis tanggal votingnya. Udah gitu aja, selesai. Au revoir. Nggak ada ritual celup kelingking dengan tinta ungu. Jalannya pemungutan suara ini juga berlaku untuk putaran kedua.
Hasil pemilu presiden di kota saya untuk putaran final dimenangkan oleh Emmanuel Macron (65,76 persen) sedangkan pada putaran pertama dimenangkan oleh Jean-Luc Mélenchon (34,35 persen) dari parpol sayap kiri La France Insoumise (Rebellious France) yang banyak merebut hati anak muda 18-24 tahun dan memiliki salah satu misi untuk memberantas rasisme dan diskriminasi.
Setelah pemilu presiden ini akan ada pemilu legislatif pada 12 dan 19 Juni mendatang.
Oke deh, saya mau ngadem dulu. Pemilihan presiden di atas tentunya hanya jadi ritual warga negara Prancis yang berhak dan mau memberikan satu suara mereka yang sungguh berharga pada pesta demokrasi negeri bersimbol Marianne ini.
Kalau saya sih hanya nontonin, nggak bakal ikutan milih karena saya tetap bangga menjadi WNI, paspor saya akan terus berwarna hijau berlambang Burung Garuda, sepanjang hayat!
***
Prancis, 25 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H