Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Begini Rasanya Berada dalam Balutan Seragam Pramugari

3 Maret 2022   02:05 Diperbarui: 19 Mei 2022   14:13 2927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan. Berfoto di Pudong International Airport (PVG), Shanghai, China sebelum bertugas kembali ke Singapura (foto: dok. Derby Asmaningrum)

Buat saya sih gampang, kalau seragam sudah terasa sempit berarti makan rakus harus saya kurangi dengan berat hati. 

Sebaliknya, kalau seragam terasa sedikit longgar maka saya bakal makan serakus-rakusnya, segirang-girangnya, secepat-cepatnya memburu chicken rice, nasi goreng ikan bilis, ayam penyet atau nasi lemak yang menjadi makanan favorit saya di Singapura. Enaaakkk... Aduh, jadi ngilerrr...

Seragam juga berperan sebagai penanda rank senioritas. Di airline saya, seragam warna biru adalah tingkat paling bawah dengan sebutan Flight Stewardess meski pemakainya sudah 8 hingga 10 tahun terbang, lalu menuju warna hijau dengan sebutan Leading Stewardess, naik ke warna merah sebagai Chief Stewardess, berujung di tahta In-Flight Supervisor yang memakai warna ungu. 

Saya dulu hanya sampai warna biru, mau naik ke warna hijau tapi kebetulan pewarna hijaunya habis jadi terpaksa masih biru dulu... 

Nah dengan rank senioritas ini, kami-kami yang biru biasanya ngobrol a.k.a ngegosip cukup dengan menyebut warna saja, misalnya, "Eh, si dia masih biru atau udah ijo?" atau "Iih, gue takut, deh terbang sama si merah, galak banget, bo!" Begitchu..

Kalau saya ingat-ingat, ada juga kejadian menarik berkenaan dengan seragam. Pernah waktu itu di satu hotel di sebuah negeri jauh yang tak biasa, ketika mau check-in, beberapa bule terperangah melihat kami yang berkebaya dan berkonde dengan wajah masih full make-up masuk ke lobby. 

Tanpa ragu mereka menghampiri lalu dengan antusiasnya bertanya kami ini grup tari dari negara mana, untungnya nggak sekalian minta foto bareng, hihihi... 

Kayaknya mata mereka belum fasih melihat seragam maskapai dari Asia khususnya Asia Tenggara dan kebetulan juga para pilot menginap di hotel yang berbeda jadi para bule itu tidak menyadari bahwa kami adalah airline crew. 

Mengenakan seragam juga tidak sekedar melilitkan kain di badan namun ada kerjaan lanjutan yaitu melengkapinya dengan polesan warna make-up dan tata rambut yang seragam yang biasanya semua itu malah bikin penumpang keder, sering salah dan bingung yang mana pramugari S yang mana pramugari Q karena mereka bilang wajah kami sama semua...

Kenangan. Berfoto di Pudong International Airport (PVG), Shanghai, China sebelum bertugas kembali ke Singapura (foto: dok. Derby Asmaningrum)
Kenangan. Berfoto di Pudong International Airport (PVG), Shanghai, China sebelum bertugas kembali ke Singapura (foto: dok. Derby Asmaningrum)

Ada enak, ada manyun, ada kejadian menarik, lalu adakah yang bikin sedih? Ada. Sebuah perasaan campur aduk sih sebetulnya, yaitu ketika menyerahkan surat resign. Itu berarti mencopot seragam, menyerahkan kartu Singapore work permit dan employee ID card. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun