Ketika mulai menjalani training terbang dengan status sebagai kru tambahan (supernumerary crew) hingga resmi berstatus pramugari, secara berkala kami diberi 4 pasang kebaya yang dikerjakan oleh sekelompok penjahit profesional ditunjuk khusus oleh maskapai, tempatnya berada di bilangan Orchard. Satu pasang wajib disimpan di cabin bag sebagai seragam cadangan.Â
Seragam juga wajib dijaga kecerahan warnanya karena jika sudah memudar bak rasa cinta yang perlahan kelar, kru senior takkan segan-segan menegur yang membuat kami harus meminta lagi seragam baru secara online lalu datang menemui penjahitnya.Â
Sepaket dengan kebaya tadi, kami juga disediakan satu buah tas kerja berbentuk tas selempang berwarna biru, satu mantel musim dingin yang panjangnya selutut berwarna biru marine beserta pasangannya sebuah scarf putih yang di tiap sisinya lagi-lagi berwarna biru marine yang memang merupakan warna dominan maskapai.Â
Warna lainnya adalah gold dan kuning kunyit yang dapat dilihat membentang di sepanjang badan pesawat dan juga nampak pada logo maskapai di ekornya.
 Lalu ada alas kaki yang terdiri dari 2 pasang sepatu (safety shoes) dan 4 pasang sandal. Safety shoes tadi harus dipakai selagi boarding, take-off dan landing.Â
Maskapai tidak menyediakan cabin bag dan cargo bag, jadi kami para awak kabin harus cari, beli sendiri dengan warna-warna netral sebagai patokannya namun biasanya semakin senior seorang pramugari maka warna koper-kopernya akan lebih menantang misalnya pink ngejreng.
Nasi lemak dan rombongan penari
Bekerja memakai seragam merupakan keuntungan dan kenyamanan buat saya. Saya nggak perlu bingung mikirin besok mau pakai baju apa buat kerja, terhindar dari pusing ketika harus memelototi isi lemari untuk melaksanakan ritual mix and match.Â
Nggak bakal repot karena pakai seragam sudah pasti matching!Â
Palingan repotnya ketika mau terbang besok pagi-pagi buta tapi malamnya seragam belum kering gara-gara pramugarinya males dan lupa nyuci, hihihi...
Seragam sudah pasti menjadi buah karya maskapai di mana ada tim sukses di belakang panggung yang mendesain dan mengeksekusinya dengan gemilang.Â
Dan ketika saya dan tim terbang berjalan beriringan untuk menunaikan tugas, membawa nama dan pamor maskapai melalui seragam yang kami kenakan, tentulah ada rasa bangga yang menyelinap. Meski begitu, sensasi love and hate sama kerjaan kerap menggerayangi.Â