Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Roti Baguette, Si Panjang yang Jadi "Simbol" Negeri Prancis

1 Maret 2021   02:14 Diperbarui: 17 Januari 2023   23:27 2798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu toko roti-pastry di kota saya (foto: Derby Asmaningrum) 

Ada dua tipe baguette yang banyak dikonsumsi masyarakat Prancis yaitu baguette ordinaire (classique) dan baguette tradition, kependekan dari kata traditionnel (tradisional).

Foto: Derby Asmaningrum 
Foto: Derby Asmaningrum 

Baguette ordinaire adalah baguette simpel, harganya murah, di toko roti langganan saya ia dihargai 0,90 sen (sekitar 15 ribu rupiah). Kulitnya berwarna golden, tekstur dalamnya lembut-lembut sedikit kering. 

Baguette ordinaire menggunakan aditif dalam proses pembuatannya. Ia memerlukan waktu fermentasi yang cukup singkat antara tiga hingga empat jam dengan suhu 20 hingga 29 derajat Celcius. 

Baguette ordinaire (foto: Derby Asmaningrum) 
Baguette ordinaire (foto: Derby Asmaningrum) 

Baguette tradition berbeda. Dalam pembuatannya, aditif dan pewangi buatan tidak diperbolehkan, mati-matian hanya boleh bahan dasar yakni ragi, air, garam dan tepung. Di toko roti langganan ia dihargai 1 euro 10 sen (sekitar 19 ribu rupiah). 

Baguette tradition mudah dikenali oleh kedua mata karena warnanya yang agak gelap, tekstur dalamnya lembut dan tidak sekering baguette ordinaire. Waktu fermentasi yang dibutuhkan adalah 15 hingga 20 jam pada suhu empat hingga enam derajat Celcius. 

Label Tradition atau Pain de Tradition Française pada sebuah baguette (dan roti lainnya) merupakan kepastian bahwa produk-produk tersebut bebas dari segala aditif dan pewangi buatan. 

Baguette dengan label ini lahir akibat membanjirnya baguette bikinan pabrik (industrial) di supermarket ditambah kualitas baguette yang kala itu semakin menurun dengan banyaknya aditif yang digunakan. 

Untuk membela baguette buatan tangan sang pengrajin dan boulangerie tradisional maka dibuatlah Dekrit Roti, dikeluarkan oleh PM Prancis Édouard Balladur pada 13 September 1993 yang salah satu ayatnya menyebut bahwa roti tradition apapun bentuknya harus dibuat tanpa aditif, tanpa aroma-aroma tambahan dan tanpa pembekuan. 

Tepung yang digunakan pun harus bermutu, tidak sembarangan. Biasanya pada kertas pembungkus rotinya tertera nama tempat penggilingan di mana tepung itu diproduksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun