Sebelum 1984 dirilis, Eddie yang belajar musik secara otodidak ini sempat menyumbangkan talentanya di lagu Beat It (Thriller, 1982) milik King of Pop Michael Jackson. Proses rekamannya cepat dan gitar solonya yang menampilkan tapping hanya berlangsung sekitar 20 detik.Â
Eddie turut mengaransemen ulang beberapa bagian lagu Beat It namun ia tidak mau dibayar dan tidak meminta namanya untuk ditulis. Pengakuannya, itu semua dilakukan semata-mata untuk membantu sang produser Michael Jackson waktu itu, Quincy Jones.
Barisan melody yang catchy, lagu-lagu yang nge-beat anti air mata alias nggak cengeng menjadi salah satu ciri khas Van Halen seperti pada single Human Being (OST Twister, 1996) atau tembang Don't Tell Me What Love Can Do (Balance, 1995) yang bernuansa hard rock. Selain itu ada Dreams dan Why Can't This Be Love dari album 5150 (1986), When It's Love dari album OU812 (1988), I Can't Stop Loving You dan Not Enough (Balance, 1995) hingga Poundcake (For Unlawful Carnal Knowledge, 1991).Â
Pada lagu Poundcake, lagi-lagi Eddie menunjukkan kreativitas tanpa batas dengan memasukkan suara bor sungguhan pada intro yang sejak saat itu juga mendadak ngetop. Selain Eddie, gitaris Paul Gilbert dari band Mr Big juga mempopulerkan ngebor-mengebor gitar. Suara bornya bisa didengar pada lagu Daddy, Lover, Brother, Little Boy (Lean Into It, 1991). Ternyata sebelum Inul, para rockstar sudah ngebor duluan...
Setelah Sammy Hagar cabut di tahun 1996 masuklah Gary Cherone dan terbitlah album Van Halen IIIÂ (1998). Gary Cherone merupakan vokalis band rock Extreme dengan lagu tersohornya More Than Words (1990). Namun saya kurang merasa tergigit oleh Van Halen versi ketiga ini.
Frankenstein lebih dulu lahir dengan warna dasar merah menyala ditambah strip-strip hitam putih. Karena desain bikinannya itu banyak ditiru dan Frankenstein juga sudah kecapekan akibat terlalu sering digunakan, Eddie tidak lagi memakainya. Ia kembali membuat gitar baru yang dipanggil Bumblebee dengan warna dasar hitam bergaris-garis kuning yang ia pakai selama tur setelah peluncuran album kedua Van Halen, Van halen II (1979).Â
Kurang puas dengan performa Bumblebee, sang gitar akhirnya masuk kandang. Eddie balik pada kawan lamanya Frankenstein yang ia poles kembali. Dengan body yang sudah lecet-lecet sana-sini, gitar ini pun menjadi sejarah.Â
Pada bulan April hingga Oktober 2019 Frankenstein original dipajang untuk dikagumi publik pada pameran bertajuk Play It Loud: Instruments of Rock N' Roll yang digelar di Metropolitan Museum of Art di New York.Â
Wajar jika gitar Eddie menjadi super star di sana. Itu adalah inovasinya, kendaraan yang mengantarnya mengacak-acak dan merajai panggung rock n' roll. Dan berkat kreasi gitarnya tersebut, banyak musisi yang akhirnya terinspirasi untuk mendesain alat musik mereka sendiri.Â