Terkadang mendung, terkadang cerah, terkadang cerah tiba-tiba mendung, terkadang nggak cerah dan nggak mendung tapi angin datang tak terbendung...
Di musim semi ini matahari sudah nangkring di langit lebih lama yaitu dari jam setengah 7 pagi lalu menebar senja dan tenggelam pukul 9 malam.Â
Jadi puasa di Prancis berlangsung kurang lebih 16 jam dimulai dengan imsak pada pukul 04.40 (yang semakin hari waktunya semakin lebih awal) dan Magrib jam 21.00 (yang semakin hari waktunya semakin mundur) diikuti salat Isya pukul 22.30 lalu Tarawih (yang waktunya akan semakin mundur hingga jam 23.20 di hari-hari akhir Ramadan).
Bagi kawan-kawan saya yang memang penduduk sini (kebanyakan berasal dari Tunisia dan Maroko), berpuasa dengan waktu 16 jam adalah normal alias sudah biasa.Â
Mereka justru kaget ketika saya bilang bahwa di Indonesia puasanya tidak sepanjang ini dan waktunya tidak pernah berubah tiap tahunnya, berbeda dengan Prancis yang puasanya mengikuti laju empat musim.Â
Jadi, kalo mau puasanya sebentar ya silahkan tunggu hingga Ramadan datang di kala musim dingin pada bulan November hingga Februari di mana matahari terbit jam 8 pagi dan tenggelam pukul 5 sore.
Seperti di tanah air, warga muslim Prancis juga menjalani salah satu rukun Islam ini dalam suasana kebersamaan terlebih bersama keluarga, mempersiapkan hidangan dan berbuka puasa bareng, melaksanakan salat Tarawih bersama-sama di masjid serta Tadarus Al-Quran.Â
Merebaknya wabah corona dan diberlakukannya lockdown membuat kumpul-kumpul saat berbuka puasa mustahil untuk dilakukan namun tak ada pilihan selain mematuhi, semua demi kesehatan bersama.Â
Setelah puasa, Hari Raya Idul Fitri juga dijadikan momen silaturahmi, pertemuan keluarga besar, saling mengunjungi kerabat, mengenakan pakaian baru, serta tradisi ngasih amplop seperti kita-kita umat muslim di tanah air.Â