Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"End of The Road World Tour" Jadi Konser Perpisahan Kiss

24 November 2019   16:02 Diperbarui: 25 November 2019   09:57 4216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiss (2018). Ki-ka: Tommy Thayer (lead guitar), Gene Simmons (vokal, bas), Eric Singer (drum), Paul Stanley (lead vocal, rhythm guitar)/voanews.com

Crazy Nights lumayan diterima oleh publik, nangkring di posisi ke-18 US Billboard 200 dan menjadikannya album peraih posisi tertinggi dari semua album Kiss yang dirilis di tahun 80-an.

Tidak ada yang bisa menghentikan Kiss, pada akhir tahun 80-an, sebuah power ballad berjudul Forever (Hot in the Shade, 1989) yang ditulis sang frontman Paul Stanley bersama penyanyi pop Michael Bolton, meraih sukses di pasaran.

Klipnya pun dibuat sederhana dengan keempat personilnya yang tampil bare face. Pada fase ini, posisi drum telah diisi oleh drummer multi talenta Eric Carr dan gitaris manis yang membuat mata saya nggak berkedip, Bruce Kulick.

Setelah era 80-an berlalu, Kiss mulai meninggalkan sound hard rock klasik mereka dengan memasukkan sound yang lebih berat cenderung nge-grunge lewat album Carnival of Souls: The Final Sessions (1997). Psycho Circus (1998) menjadi album Kiss selanjutnya.

Mereka memutuskan untuk kembali ke sound asli, balik ke nuansa hard rock bahkan lebih gahar, lebih ngotot dibarengi dengan kostum dan make up yang telah tertempel kembali di sekujur tubuh.

Album studio mereka ke-18 ini juga bukan circus asal-asalan karena berhasil nangkring di urutan ketiga pada US Billboard 200 dan menyabet Readers' Choice Award majalah heavy metal Metal Edge di tahun 1998. 


Perjalanan mendapatkan predikat sebagai sebuah band legendaris tentu saja tidak mudah. Seperti sang biduan dangdut Kristina, Kiss pun telah jatuh bangun. Bedanya, Kristina jatuh bangun mengejar pria idaman sedangkan Kiss jatuh bangun mengejar karir idaman.

Tidak semua album mereka sukses dan mendapat review lima jempol dari kritikus musik, tidak semua konser mereka berjalan mulus tanpa suara gitar yang nggak tune-in atau salah satu personilnya yang kepleset di panggung, tidak semua single jagoan mereka menjadi hits dan merajai tangga lagu dan di dalam tubuh Kiss sendiri, tidak semua anggotanya memiliki visi dan misi yang sama. 

Sepanjang karirnya, band yang musiknya dipengaruhi oleh Alice Cooper dan Led Zeppelin ini telah mengalami beberapa kali gonta-ganti personil, sesuatu yang wajar dalam dunia anak band.

Pada awal tahun 80-an, sang gitaris (Ace Frehley) dan sang drummer (Peter Criss) memutuskan keluar dengan alasan klasik, karena perbedaan musikalitas yang tak bisa disatukan lagi. Meski akhirnya mereka balik demi sebuah reuni di tahun 1995, namun ternyata perselisihan yang ada semakin menajam hingga membuat band ini retak kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun