Setelah melewati pintu masuk, saya langsung diarahkan oleh tanda panah hijau yang menuntun saya menuju resepsionis sekaligus kasir untuk membeli karcis. Suasana saat itu lumayan ramai.Â
Beberapa orang terlihat berlalu-lalang, ada pula yang tengah asyik bercakap-cakap. Ternyata hari itu bukan saya saja yang mempunyai niat berkunjung. Setelah membayar, saya bergegas meninggalkan lobi sembari melintasi sebuah layar berisi jadwal sholat hari itu.
Injakkan kaki pertama saya langsung menempel pada halaman masjid yang sebetulnya adalah ruangan terbuka yang dikelilingi dinding masjid dengan sebuah kolam di tengah-tengahnya, namun saat itu halaman tersebut terpaksa dipasangi penutup agar terhindar dari derasnya hujan.Â
Kedua mata pun langsung dimanjakan oleh warna-warni dinding yang didominasi warna coklat tua ditemani oleh pilar-pilarnya yang berwarna krem.Â
Desain dan arsitektur La Grande Mosquée de Paris terinspirasi dari Masjid Al-Quaraouiyine yang berada di kota Fez, Maroko yang merupakan salah satu masjid pemegang peranan penting di sana sekaligus menjadi salah satu masjid tertua di dunia.Â
Keseluruhan dekorasinya terutama Zellige (salah satu bentuk Islamic art yang merupakan karakteristik utama dalam arsitektur Maroko berupa mosaik berpola geometrik yang digunakan untuk menghias dinding, kolam, langit-langit, dan meja) dikerjakan langsung oleh para pengrajin asal Maroko, Tunisia dan Algeria dengan bahan-bahan tradisional.Â
Setelah puas mengitari halaman masjid, saya beralih ke pintu belakang yang membuka jalan menuju taman. Meski rintik hujan datang lagi, hal itu tidak menggagalkan niat beberapa orang untuk berpose dengan latar taman masjid dengan bunga-bunga dan dekorasi dindingnya.Â