Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beginilah Rasanya Tinggal di Negeri 4 Musim

31 Desember 2018   00:26 Diperbarui: 31 Desember 2018   00:32 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di awal bulan November (foto : Derby Asmaningrum)

Hidup di negeri orang yang memiliki 4 musim buat saya merupakan sebuah pengalaman. Ya, tentu saja karena atmosfernya berbeda dengan suasana di negara sendiri yang beriklim tropis terhampar indah di garis khatulistiwa dan digilir oleh 2 musim, yaitu musim hujan dan musim nyamuk, eh salah, musim kemarau deng, bergantian setiap 6 bulan. Begitu sih teorinya yang diajarin Bu Guru waktu pelajaran.. pelajaran apa ya? Geografi ya? Ahahahah. Lupa Bu Guru! Yang pasti bukan pelajaran Kesenian.

Beberapa teman pun ada yang penasaran dengan habitat baru saya itu. Jika kebetulan ketemu ketika saya sedang balik kampung atau dikala tengah bercakap-cakap lewat aplikasi WA, berbagai pertanyaan bak wartawan lagi ngejar-ngejar artis yang terkena skandal, keluar berjejalan satu demi satu. Pertanyaan top 10 mereka biasanya : "Enak gak sih tinggal di sana? Kalo sedang musim dingin gimana tuh? Lo kedinginan dong kalo lagi musim dingin? Pake bajunya gimana? Di dalam rumah kedinginan gak? Ada matahari nggak sih? Gak bisa jalan-jalan keluar dong? Kalo mandi gimana tuh? Pas musim panas berapa derajat ya? Makan apa lo di sana?" Mmm.. andaikan ada tukang mie ayam, kue putu, bakso dan tahu gejrot... 

Di negara yang menjadi kampungnya mobil Peugeot, Citroën dan Renault ini, ada 4 musim yang selalu bergantian cari muka kira-kira setiap 3 bulan dalam setahun. Mereka akrab dipanggil dengan musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Di dalam tiap-tiap musim tersebut terdapat angin dan hujan yang mau ikut-ikutan juga ambil bagian. Tetapi syukurlah mereka semua kompak dan bekerja sama sesuai dengan porsi serta perannya masing-masing.

Musim menurut KBBI Online adalah waktu tertentu yang bertalian dengan keadaan iklim. Diperkuat lagi dengan pengertian dari Wikipedia, musim adalah suatu pembagian di dalam tahun yang ditandai oleh perubahan cuaca, ekologi serta panjang pendeknya siang hari. Di bumi, musim-musim tersebut bisa terjadi dikarenakan oleh kemiringan sumbu bumi dan ketika orbit bumi berada di sekitar matahari.

Musim semi (le Printemps, Maret-Juni)
Musim ini merupakan musim peralihan dari musim dingin ke musim panas yang ditandai dengan temperatur yang perlahan-lahan menghangat, sinar matahari yang mulai rutin serta lebih lama menyapa tak lupa ditandai dengan bunga-bunga yang mulai bermekaran dengan warna-warninya yang sedap dipandang mata. Pohon-pohon yang tadinya gundul kedinginan dipenuhi lagi dengan dedaunan. Enaknya, kegiatan belajar mengajar di sekolah pun diliburkan selama 2 minggu di awal-awal bulan April agar para murid bisa refreshing sejenak menikmati pergantian suasana dari musim sebelumnya.

Musim semi merupakan musim favorit bagi banyak pasangan yang akan menikah, selain musim panas tentunya karena selain mendapat background yang indah buat foto dan pesta taman, suhunya juga tidak bikin cenat-cenut, di pagi hari berkisar antara 10-15 derajat Celsius dan setelah pukul 12 siang biasanya bercokol di angka 22-23 derajat Celsius, tidak terlalu dingin juga nggak kelewat panas. Biasanya Pemerintah Kota di sini juga akan memulai program pemeliharaan kembang-kembang guna mendandani kotanya yang pucat pasi ketika digempur musim dingin. Di area saya tinggal, Pak Walikotanya yang ganteng dan berkharisma memanglah termasuk sosok yang semakin di depan dalam hal penataan kota meski Beliau tidak pernah menunggangi motor Yamaha.

Salah satu sudut jalan dengan pepohonan yang mulai berbunga (foto : Derby Asmaningrum)
Salah satu sudut jalan dengan pepohonan yang mulai berbunga (foto : Derby Asmaningrum)
Pada musim ini matahari terbit sekitar pukul 7 pagi dan terbenam sekitar pukul setengah 9 malam. Dengan siang yang semakin panjang maka Prancis menerapkan sistem Daylight Saving Time (DST). DST adalah sistem yang dimaksudkan untuk "menyimpan cahaya siang hari" di musim panas, karena itu di Eropa sistem ini dikenal sebagai "Waktu Musim Panas". Waktu resmi dimajukan (biasanya) satu jam lebih awal dari zona waktu standar dan diberlakukan selama musim semi dan musim panas. Tujuannya adalah agar kegiatan kerja dan sekolah dimulai dan selesai lebih awal, sehingga ketika warga selesai berkegiatan, masih banyak waktu untuk menikmati siang hari yang terang. Waktu Musim Panas (WMP) biasanya digunakan di wilayah yang beriklim sedang dan kutub karena perbedaan yang cukup besar antara masa hari terang dibandingkan gelap sepanjang musim di wilayah-wilayah tersebut (Wikipedia Bahasa Indonesia).

DST diberlakukan di penghujung bulan Maret (tanggal 25 untuk tahun 2018) dan diinformasikan melalui media massa biasanya 2 hari sebelumnya. Maka ketika jarum jam menunjukkan pukul 2 dinihari pada tanggal 25 Maret, itu berarti langsung menjadi pukul 3 dinihari. Pergantian waktu di telepon genggam saya tidak masalah karena sudah di-set otomatis. Namun untuk jam dinding, saya masih harus memutar jarum jam alias manual dan sayangnya, saya pernah kelupaan sehingga berdampak pada pagi hari yang kocar-kacir...

Dengan diterapkannya DST ini, maka GMT (Greenwich Mean Time) untuk kota Paris dan Prancis keseluruhan dimajukan menjadi GMT+2 (GMT standar untuk Paris adalah +1) yang menjadikan Paris berada 5 jam di belakang Jakarta yang ber-GMT +7 sepanjang tahun karena tidak menerapkan DST. Jika Jakarta termasuk dalam zona waktu Waktu Indonesia Barat (WIB), maka zona waktu untuk Paris adalah Central European Summer Time (CEST) dan kembali menjadi Central European Time (CET) ketika DST sudah tidak digunakan lagi yakni pada musim gugur dan musim dingin. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, GMT adalah adalah rata-rata waktu surya seperti yang dilihat dari Royal Greenwich Observatory (Observatorium Kerajaan di Greenwich) di Greenwich, London, Inggris, yang melalui konvensi dikenal terletak di 0 derajat garis bujur. Secara teori, tengah hari GMT adalah saat di mana matahari melewati Meridian Greenwich (dan mencapai titik tertinggi di langit di Greenwich).

Selain DST dan GMT di atas yang bikin ribet, di musim ini pun hujan lebat terkadang tak ragu mengguyur. Lebatnya gak cuma sehari dua hari tapi bisa sampai seminggu berturut-turut sepanjang hari tanpa jeda. Jangan salah, di Prancis juga sering terkena banjir parah tapi untungnya bukan di tempat saya, biasanya sih di bagian selatan negara ini. 

Sweater dan celana jeans adalah kostum kebanggaan saya sehari-hari di bulan-bulan ini. Temperatur yang sangat bersahabat juga sering saya manfaatkan untuk jalan-jalan sore, duduk-duduk di taman atau juga jogging. Pokoknya semuanya demi menghirup udara segar guna meredakan hati yang luka seperti yang dicurhatkan tante Betharia Sonata.

Musim panas (l'Été, Juni-September)
Tentu saja saya sebagai orang dari negeri berhawa panas ya asik-asik aja menyambutnya meski kadang dibuat manyun oleh si matahari yang betah bersinar selama 16 jam dan udah nongol sejak pukul setengah 6 pagi kemudian balik kanan sekitar pukul 10 malam. 

Siang yang bergulir lebih lama ketika musim panas disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi sebesar 23,44 derajat yang membuat belahan bumi utara miring ke arah matahari. Hal ini didukung oleh satu fenomena yang dinamakan titik balik matahari musim panas (summer solstice) di mana matahari berada di titik paling utara menandai berlangsungnya siang yang panjang di belahan bumi utara atau malam terpendek sepanjang tahun. Pada saat itu, matahari tidak akan terbit tepat di timur tetapi agak lebih ke utara dari arah timur dan akan terbenam juga lebih ke utara dari arah barat. Summer solstice di belahan bumi utara untuk tahun 2018 terjadi pada tanggal 21 Juni yang juga menandai awal musim panas. Belahan bumi utara yang saya maksud yaitu benua Eropa, wilayah benua Amerika bagian tengah dan utara, Kepulauan Karibia, dan sebagian besar negara di benua Asia kecuali negara-negara yang sudah nasibnya lahir dan besar di lintasan garis khatulistiwa (Wikipedia).

Musim panas memang terdengar asyik karena itu berarti libur panjang (awal-awal Juli hingga akhir Agustus), mandi sinar matahari di pantai bagi bule-bule yang pengen kulitnya jadi eksotis seperti mbak Anggun C. Sasmi, pokoknya melakukan segala aktivitas outdoor. Semua orang senang semua orang bersuka cita. Namun segirang-girangnya kita, ternyata ada beberapa hal yang harus diwaspadai. Temperatur musim panas di Prancis bisa mencapai 30-35 derajat Celsius, biasanya pada bulan Agustus. Bagi saya yang berasal dari negara tropis agraris, suhu segitu mah tidak bombastis. Ahahaha. Saya sudah terbiasa dong tentunya. Tapi ternyata saya salah. Di sini panasnya nggak enak, seakan-akan menekan kepala hingga ke seluruh tubuh mengakibatkan sakit kepala, puyeng, saya malah sampe mual-mual. Sangat disayangkan mas Dede Yusuf tidak bisa datang memberikan pertolongan dengan Bodrex-nya. Kalau ditanya apakah ada semilir angin atau angin sepoi-sepoi yang lewat, jawabannya ada kadang-kadang tapi semilir anginnya pun... panas. 

Atmosfer musim panas di pusat kota Nice, bagian selatan negara Prancis (foto : Derby Asmaningrum)
Atmosfer musim panas di pusat kota Nice, bagian selatan negara Prancis (foto : Derby Asmaningrum)
Météo-France (BMKG-nya Prancis) ternyata sehati dengan saya sampai harus mengeluarkan himbauan bagi warganya melalui iklan di media massa untuk menghindari sengatan matahari dari jam 11 pagi hingga jam 4 sore apalagi bayi dan anak-anak, memakai pelindung kepala seperti topi atau payung jika memang harus keluar, menutup tirai jendela agar sinar matahari tidak menusuk masuk, dan yang utama adalah minum air putih sebanyak-banyaknya. Semua orang nampaknya mengindahkan peringatan tersebut. Ya iyalah. Siapa juga yang mau terbakar siang-siang. Kalau terbakar asmara lain lagi itu. Ahahahah. Biasanya di musim panas ini yang sering jadi korban adalah para manula yang terkadang saking panasnya mereka jadi susah bernafas sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Hal ini selalu menjadi topik utama di berita televisi tiap tahunnya ketika musim panas.

Penggunaan sunscreen juga menjadi hal yang utama untuk menangkal kejamnya paparan sinar matahari yang bisa menjadi momok bagi wanita, penuaan dini. Ahahahahh. Di sini saya bisa menemukan sunscreen dengan tingkatan SPF (Sun Protection Factor) dari rendah hingga yang tinggi yaitu SPF 15, 20, 30 dan 40+. SPF 6-10 memiliki perlindungan yang rendah terhadap sinar matahari, SPF 15-25 dengan perlindungan sedang, 30-50 memiliki perlindungan tinggi, dan SPF 50+ dengan perlindungan sangat tinggi. Jadi misalnya saya hanya sedikit beraktivitas outdoor maka saya cukup menggunakan sunscreen ber-SPF rendah atau sedang.

Suasana Opéra Plage Beach di kota Nice, sebelah selatan negara Prancis ketika musim panas (foto : Derby Asmaningrum)
Suasana Opéra Plage Beach di kota Nice, sebelah selatan negara Prancis ketika musim panas (foto : Derby Asmaningrum)
Musim gugur (l'Automne, September-Desember) 
Setelah berpanas-panasan sekarang mari kita bergugur-guguran. Musim gugur merupakan peralihan dari musim panas ke musim dingin yang ditandai dengan menurunnya temperatur perlahan-lahan disertai daun-daun yang mengering rontok berwarna merah atau kuning kecoklatan. Di musim ini matahari nampaknya lebih senang terbit agak lambat sekitar pukul setengah 8 pagi dan tenggelam kira-kira pukul setengah 6 sore. 

Jaket adalah pelindung tubuh yang sudah harus saya pakai di musim ini karena temperatur yang sudah mulai berubah dingin. Suhu udara di pagi hari biasanya berada di sekitar angka 6-9 derajat Celsius dan siang hari bisa ngelunjak hingga 13-15 derajat Celsius. Belum lagi jika hujan atau angin yang numpang lewat melengkapi potret muram musim ini. Jadi untuk menghemat duit biar nggak beli jaket yang beribet kegunaannya, saya pilih jaket yang lapisan luarnya tahan air sekaligus tahan angin.

Dengan siang hari yang semakin pendek maka sistem Daylight Saving Time (DST) sudah tidak digunakan lagi. Biasanya di akhir bulan Oktober (tanggal 28 untuk tahun 2018), jam di Prancis kembali dimundurkan ke waktu standar yaitu GMT +1 sehingga ketika waktu menunjukkan pukul 3 dinihari, itu berarti menjadi pukul 2 dinihari. Hal ini pun membuat saya harus memutar jarum jam dinding mundur lagi 1 jam secara manual. Jika pada musim semi dan musim panas perbedaan waktu antara Paris (Prancis keseluruhan) dan Jakarta adalah 5 jam, maka untuk musim gugur dan musim dingin, Paris berada 6 jam di belakang Jakarta. Jika di Bekasi Ibu saya sudah sarapan bubur ayam jam 6 pagi, maka nun jauh di Paris saya masih terlelap tidur karena masih pukul 12 tengah malam sembari bermimpi ikut makan bubur ayam...

Wajah pepohonan di musim gugur (foto : Derby Asmaningrum)
Wajah pepohonan di musim gugur (foto : Derby Asmaningrum)

Meski musim gugur terkesan sedih dan galau, saya menyukai pemandangan daun-daun yang jatuh berserakan di tanah beserta warna-warninya. Saya juga sangat menikmati ketika harus berjalan menyusuri jalanan kecil yang dipenuhi oleh dedauan kering yang berjatuhan dan menimbulkan suara-suara renyah seperti ketika kita sedang memakan potato chips dikala dedaunan itu terinjak-injak. Memang sih, pada akhirnya nanti ada petugas kebersihan yang akan menyapu seluruh dedaunan tersebut, tetapi sebelumnya, biarkanlah saya mengabadikannya lebih dahulu di dalam hati...

Di musim gugur sudah pasti ada libur. Pemerintahnya tidak melupakan para pelajar yang berkutat di sekolah dari jam setengah 9 pagi hingga jam 4 sore (jam 4.30 sore untuk anak-anak TK) dengan memberi jatah libur di penghujung bulan Oktober selama 2 minggu. Enak banget libur melulu di tiap-tiap musim... 

Musim dingin (l'Hiver, Desember-Maret)
Dingin yang menggigit, absennya sinar matahari, langit yang suram merupakan ciri-ciri utama musim yang satu ini. Belum lagi kedatangan superstar-nya yaitu sang salju yang biasanya naik panggung antara bulan Januari dan Februari. Di Prancis, musim dingin sudah resmi menancapkan kukunya tanggal 21 Desember kemarin. Musim dingin adalah musim di mana saya lebih memilih buat diam di rumah saja berhangat-hangat ria duduk di sofa sambil nonton serial kartun Alvin and The Chipmunks di televisi ditemani segelas coklat panas. Bagaimana tidak? Di pagi hari suhunya bisa jatuh ke angka -4 derajat Celsius dan di siang hari perlahan-lahan naik paling banter menjadi 3 derajat. Masih untung kalau ada matahari yang lagi mood bersinar karena biasanya langitnya abu-abu sepanjang hari dan kadang diselimuti kabut tebal. Pokoknya seperti tengah mengusung tema kesenduan. Tapi tolong jangan dibandingkan dengan temperatur di Siberia sana ya, yang bisa nyungsep hingga angka -45 derajat Celsius. Kabar baiknya, biasanya angin dan hujan hanya datang sesekali ketika mereka sedang kangen. Emangnya mantan doang yang bisa kangen sama kita...?

Di musim ini hari akan terang sekitar pukul setengah 9 pagi lewat dikit dan kembali gelap sekitar pukul 5 sore. Kebalikan dari musim panas yang memiliki siang yang panjang, pada musim dingin waktu siangnya kurang lebih hanya 8 jam sebelum ditelan oleh sang malam.

Menjelang malam di bawah langit musim dingin (foto : Derby Asmaningrum)
Menjelang malam di bawah langit musim dingin (foto : Derby Asmaningrum)

Jika pada musim panas belahan kutub utara condong ke arah matahari yang mengakibatkan siang yang panjang, maka di musim dingin belahan bumi utara menjauhi matahari sehingga siangnya menjadi pendek. Hal ini diperkuat dengan fenomena titik balik matahari musim dingin (winter solstice) yang berupa keadaan di mana sinar matahari secara bertahap bermigrasi ke selatan. Ketinggian matahari di atas cakrawala di siang hari adalah 47 derajat lebih rendah ketimbang enam bulan sebelumnya. Fenomena ini menandakan matahari tampil di siang hari di ketinggian terendah, di atas cakrawala. Winter solstice ini biasanya terjadi pada 21-22 Desember setiap tahun sebagai tanda awal musim dingin dan juga menunjukkan bahwa wilayah bumi bagian selatan akan mengalami siang yang lebih panjang, sebab matahari akan terbenam lebih lambat. Sedangkan di belahan bumi bagian utara, wilayah tersebut akan mengalami siang terpendek dan malam terpanjang (Wikipedia Bahasa Indonesia). 

Masalah pakaian, nah ini yang harus sabar. Harus berlapis-lapis setidaknya 2 lapis. Tapi ya tingkat kekebalan tubuh manusia terhadap dingin kan berbeda-beda. Kalau untuk tubuh saya, saya pakaikan 3 lapis yang membuat saya saingan sama kue lapis legit yang memang legit dan berlapis-lapis itu. Tank top dibungkus kaos lengan panjang, dibalut lagi sama sweater tebal. Setelah itu celana jeans, sepatu boots dan... lagi-lagi sebuah jaket! Tentu saja yang tebal, anti air, anti angin, anti peluru, eh nggak deng ntar malah saingan sama Pak Polisi. Pokoknya anti semuanya yang berbau-bau dingin. Setelah jaket, bagian leher saya lindungi dengan syal tebal, tak ketinggalan kupluk dan sarung tangan. Aje gilee! Sebelum keluar rumah ternyata udah capek duluan cuma gara-gara berpakaian. 

Menjaga kesehatan harus dilakukan dengan sedikit ekstra di musim dingin. Cahaya matahari yang sedikit, langit abu-abu nan sendu bisa membuat kita menjadi tidak punya mood, tidak bergairah, bete bahkan merasa sedih, tubuh kita akan merasa cepat lelah disusul ngantuk yang berkepanjangan. Belum lagi virus flu dan batuk yang juga sibuk bergentayangan di mana-mana. Namun di musim ini bukan berarti kita tidak bisa mengkonsumsi makanan yang bervitamin. Memang, sayur dan buah-buahan sedang dalam fase istirahat tetapi ada beberapa dari mereka yang dapat kita temukan dengan mudah seperti bayam, selada, asparagus, ubi, bawang merah, labu kuning, wortel hingga bit. Dari kubu buah-buahan, saya harus melupakan cherry atau stroberi karena mereka tengah terlelap bak Snow White yang keracunan apel. Sebagai gantinya, buah yang meledak di pasaran dan bertengger di puncak klasemen musim dingin diantaranya jeruk-jerukan dengan ragam jenisnya, nanas, leci, mangga, pepaya, markisa serta buah favorit saya yaitu si kiwi yang kaya akan Vitamin C berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Terakhir, sang pisang yang kaya akan magnesium merupakan buah yang akan menjaga kita dari rasa letih yang mendera sepanjang musim dingin ini.

Pemanas ruangan (heater) juga menjadi sahabat sejati dalam menjalani hari-hari di musim dingin apalagi pada saat... mandi! Tentu saja mandinya dengan menggunakan air hangat tapi berhubung dingin, kira-kira 10 menit sebelum mandi saya harus menghangatkan kamar mandinya dahulu. Pengalaman saya, penggunaan heater yang terlalu panas bisa mengakibatkan kulit menjadi kering sekaligus sakit kepala tetapi jika menyalakan heater dengan temperatur yang rendah pun, saya tetap akan kedinginan dan sakit kepala juga. Maka diantara serba salah seperti kata Om Ahmad Albar ketika ia naik bis kota, akhirnya saya memilih temperatur yang sedang-sedang saja mengikuti anjuran teteh Vety Vera.

Pelembab wajah dan tubuh dengan tekstur krim yang tebal serta lip balm (pelembab bibir) juga menjadi senjata andalan saya agar terhindar dari kekeringan kulit yang disebabkan hawa dingin di luar dan agresi heater ketika kita di dalam ruangan. Tak ketinggalan rambut saya pun harus mendapatkan perlindungan meski tidak ada Undang-undangnya. Agar tetap memperoleh nutrisi, tidak kering dan mudah disisir, maka lotion untuk rambut selalu stand by di dekat cermin kamar mandi... 

Lalu apakah di musim dingin masih bisa berolahraga? Ya bisa, siapa takut. Biasanya sih tempat fitness yang penuh sesak di musim ini. Ya apalagi kalau bukan karena arenanya yang indoor. Tapi banyak juga warga di tempat saya yang tetap tegar menjalani aktivitas jogging bahkan maen sepeda di bawah suhu yang sangat minimalis itu. Tentu saja dengan sportswear yang sesuai untuk musim dingin. Kalo nggak mah... 

Pemandangan di pagi hari bulan Januari setelah salju turun semalam suntuk (foto : Derby Asmaningrum)
Pemandangan di pagi hari bulan Januari setelah salju turun semalam suntuk (foto : Derby Asmaningrum)
Bandingkan dengan foto musim gugur ini di bulan November yang kebetulan sedang cerah bergairah :

Suasana di awal bulan November (foto : Derby Asmaningrum)
Suasana di awal bulan November (foto : Derby Asmaningrum)
Meski hawa dingin hadir membalut, para siswa-siswi di sini tidak pernah kalut karena ada libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya dibesut 4 hari sebelum hari Natal hingga seminggu setelah tahun baru. Di bulan Februari diberikan lagi libur selama 2 minggu untuk lebih intim bersama musim dingin. Biasanya turis lokal berbondong-bondong menyerbu kawasan pegunungan Alpen di sebelah tenggara Prancis yang sudah tersohor sebagai kawasan pendakian dan main ski. Terlebih di sana juga berdiri dengan gagah Mont Blanc (mont artinya gunung, blanc berarti putih) yang merupakan salah satu gunung tertinggi di Eropa (4.810 m).

Begitulah sedikit kisah kasih saya dengan negeri yang musimnya meriah ini. Bagaimanapun juga saya selalu rindu dengan iklim kampung halaman sendiri namun sepertinya rasa kangen akan tanah air harus diperpanjang dulu karena belum bisa balik awal tahun bahkan tengah tahun depan. Meski begitu, keyakinan ini selalu kokoh mempercayai kalau kau akan tetap menungguku di kota pantaimu yang menentramkan kalbu bersama sepiring Gangan di kedua telapak tangan. Ahahahha gombaaal..!

***

Derby Asmaningrum
Paris, 30 Desember 2018

Referensi :
KBBI Online
Wikipedia & Wikipedia Bahasa Indonesia

greenwichmeantime.com
elle.fr
marieclaire.fr
magazine-avantage.fr

healthline.com
france-montagnes.com
yves-rocher.fr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun