Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maafku yang Terbungkus Gelisah

5 September 2018   04:44 Diperbarui: 5 September 2018   18:37 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidurku semalam kacau. Sekarang kutemui diriku tengah terduduk di tepi tempat tidur dengan tetesan air mata yang jatuh tergesa-gesa...

"Kekasihku,

Maafkan aku malam tadi. Aku merasa seperti orang bodoh yang baru belajar pintar menyayangi seseorang. Masih merasa harus dipapah untuk berjalan melihat ketulusan. Aku memang aneh, seperti katamu waktu itu. Aku terlalu sering cemburu, banyak menuduh, menciptakan kecurigaan yang sebetulnya tak perlu. 

Aku memang selalu begini. Hanya terhadapmu. Aku bisa tertawa sekaligus menangis seketika gelisah dan akhirnya cemburu. Ya, hanya kepadamu aku bisa menjadi begini. Gila, kan? Kau sebut aku posesif dan ingin mengatur hidupmu. Kau anggap aku ingin membatasi ruang gerakmu. 

Tidak begitu, sih menurutku. Aku hanya cemburu! Aku cemburu melihatmu bercanda dengan kawan-kawan wanitamu. Kau sepertinya terhibur oleh mereka. Padahal dulu kau bilang hanya akulah yang bisa membuatmu senang dan tertawa. Terus, kau anggap aku ini apa dong? Aksesoris hidupmu? Pelengkap koleksi teman wanitamu? Kau malah menjadi lebih galak ketika kupertanyakan hal itu. Aku juga cemburu pada teman-temanmu yang lain yang selalu bisa bertemu denganmu kapan saja. Yang bisa berbagi suka duka denganmu setiap hari yang mereka mau. 

Terlebih, mereka bisa bertukar tawa denganmu. Aku iri dan aku tak bisa mengendalikan pikiranku sendiri. Aku mau semua itu hanya untukku. Gundahmu, senangmu, senyummu, ocehanmu, lelucon-leluconmu, tawa lepasmu, pandanganmu, pesonamu, langkahmu, aku mau semua itu tertuju padaku. Aku mau kau hanya berbagi denganku. Aku tak mau orang lain menikmati semua itu sedangkan aku hanya jauh di sini bergumul dengan kerinduan dan kenangan akan kau. 

Selalu terpaku memandangi telepon genggamku menerka-nerka kapan ia akan berdering dengan namamu tertulis di layarnya yang kelap-kelip. Aku merasa kau lah yang tidak pernah mau mengerti perasaanku. Kau tidak pernah mau untuk bertukar menjadi diriku. Semenit saja. Kau akan rasakan bagaimana rasa cemburu itu bisa berkobar. Lagi dan lagi. Berulang kali. Dengan cita rasa yang sama ditaburi bumbu yang selalu berlebihan..

Sayangku,

Maafkan aku yang selalu meminta maaf padamu karena cemburu dan gelisahku. Kau memang selalu memaafkan tapi kurasa kau pun akan bosan dan muak dengan permintaan maafku ini. Kuijinkan kau untuk menyelami relung-relung hatiku yang paling dalam sehingga kau dapat melihat apa yang sesungguhnya terjadi di sana. 

Kau bisa bebas berhenti sejenak untuk menyadari betapa besar aku menyayangimu dan bagaimana berartinya kau untuk diriku. Kau juga bisa menorehkan balasan cintamu di sana sehingga kau akan membuat relung hatiku menyala-nyala bagai seribu lampion yang dilepas ke tengah lautan. Aku hanya ingin bersamamu. Selamanya. Maafkan aku."

Kulempar penaku sekencang-kencangnya. Kubuka jendela kamar tidurku lebar-lebar agar aku dapat merasakan sinar mentari menciumi wajahku. Tangisanku perlahan mereda. Air mataku memudar. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Kuangkat dan kudengar suara sendu di sana. Senyumku merekah perlahan. "Aku juga menyayangimu.."

**

Paris, 4 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun